JUST SEAN | 12

1.4K 243 62
                                    

'Seperti daun, aku akan mengikuti angin membawaku terbang.'

🍥 🍥 🍥

[Merajuk]

Sean duduk dikursi panjang pinggir lapangan menunggu yang lain untuk memulai latihan.

"Sean?" Sean menengok melihat Maretta yang menghampirinya. "Nih, tadi kebetulan gue beli air minum dua." Maretta menyodorkan sebotol air mineral.

Sean mengambil itu. "Thanks," Maretta mengangguk lalu duduk di samping Sean.i

Tiba-tiba Fino datang dan langsung merangkul Sean. "Woi!"

Sean menepis rangkulan Fino. "Apa sih lo pegang-pegang kayak tante-tante."

Fino mencebik. "Mana yang lain? Belom keluar kelas?" Sean tak menjawab, Maretta yang buka suara. "Iya kayaknya, kalo Bara lagi di suruh Pak Ferdi ambil kunci gudang di kantor." Oh iya, jadi Bara itu adalah sepupu Maretta. Bara adalah kapten basket, Maretta kapten cheers. Kalau diibaratkan, mereka adalah paket komplit.

Fino hanya mengangguk-angguk paham mendengar itu.

Tiba-tiba Maretta merasakan perih pada perutnya. Ia langsung memegang perutnya menahan perih dengan mata terpejam.

Fino yang melihat itu langsung mendekati Maretta. "Kenapa lo?" Sean yang mendengar itu ikut menengok.

"Pe-Perut gue sakit banget.."

Tiba-tiba Pelatih, Rian dan Refan datang. Lantas mereka menghampiri Maretta karna melihat gadis itu kesakitan.

"Kamu mau ke rumah sakit saja?" Tanya Ferdi.

"Ma-Maretta punya obat sa-sakit perut di rumah, pak. Gausah ke rumah sakit. emang biasa ka-kayak gini kalo Maretta telat makan.." jelas Maretta pada Ferdi sang pelatih.

"Yaudah begini saja--" Ferdi melirik seseorang yang ada disamping Maretta. "--Sean, kamu antar Maretta ke rumahnya. Yang lain mulai latihan sekarang."

"Ga-Gausah, Pak! Maretta tunggu Bara aja!" Tolak Maretta tak enak pada Sean.

"Tetap pada keputusan awal." Kekeuh Ferdi lalu menuju lapangan bersama yang lain kecuali Sean dan Maretta.

Maretta melirik Sean yang bangkit dan berjalan duluan. Melihat Maretta yang tak bergerak, Sean berbalik. "Gamau gue anter?"

Maretta langsung bangkit dan mengikuti Sean.

£££


Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Latihan pun selesai. Sean mengambil tasnya setelah meneguk air mineral miliknya.

Sean membuka ponselnya. Betapa terkejutnya ia melihat banyaknya notif missed call dari Geral. Ia membuka pesan.

Dari : Om Geral

Sean nayla belum pulang, kok gak kabarin Om, ya? Hapenya juga gak aktif, apa pergi sama kamu?

Sean memasukkan ponselnya ke dalam tas buru-buru lalu pergi dari sana tanpa pamit membuat yang lain membuang nafasnya melihat tingkah Sean, ada juga yang sudah terbiasa dan membiarkan saja.

£££

Sean membuang nafasnya melihat Nayla yang tengah duduk bersender sambil menjilat sebuah lolipop. Sesekali gadis itu terkekeh melihat film tom and jerry di televisi umum cafe.

Sean sudah duga Nayla pasti kesini.

Sean mendekati gadis itu.

"Seneng banget bikin orang-orang khawatir?" Sindir Sean.

Nayla yang baru sadar akan kehadiran Sean terkejut tapi pura-pura tak perduli.

"Balik. Om Geral udah nelponin gue tadi."

Nayla bangkit. Tapi tak menatap Sean sedikit pun. Sean yang menyadari itu pun mendengus. Apakah ia berbuat salah?

Tanpa basa-basi seperti biasanya, Nayla langsung menaiki motor Sean. Tanpa memeluk erat seperti biasa juga.

Sean melirik Nayla dari kaca spion. Gadis itu terlihat membuang wajahnya ke samping.

Sean membuang nafasnya kasar lalu menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata.

Percayalah hanya bersama Nayla Sean tak berani mengebut karna takut gadis itu kambuh. Padahal Sean adalah tipe cowok yang ugal-ugalan saat mengemudi.

£££

Pagi-pagi, Nayla sudah memakan sebungkus coklat. Untuk membaguskan mood-nya tentunya.

"Woi! Pagi-pagi makan gituan. Tata belom dateng?" Tanya Jenni yang baru masuk kelas.

Nayla menjawab dengan gelengan singkat.

"Kenapa sih lo? Ada masalah lagi sama Kak Sean?"

"Jen. Menurut Jenni, Sean cocok gak sama yang namanya Maretta-Maretta itu?"

Jenni mengangguk cepat. Saat menyadari ia salah jawab, buru-buru ia langsung menggeleng. "Enggak maksud gue, Nay!"

Nayla semakin murung.

Jenni mengetuk keningnya merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia terlalu jujur.

"Emang kenapa? Mereka gak mungkin pacarankan? Kak Sean kan cuma deket sama lo kalo soal cewek selama ini."

Nayla menggeleng. "Siapa taukan mereka lagi pdkt. Sean aja gak pernah liat Nayla sebagai cewek. Sean pasti selalu liat Nayla sebagai anak kecil, Jen. Adiknya, mungkin?"

Jenni mengangguk setuju. Tiba-tiba sebuah ide terlintas diotaknya. "Gue punya ide!"

Nayla langsung bersemangat. "Apa?"

"Lo selalu di anggap Sean anak kecilkan?" Nayla mengangguk. "Mungkin karna penampilan lo, Nay!" Pekik Jenni membuat Nayla melihat penampilannya dari atas ke bawah.

Rambut yang dikuncir dua dengan jepitan merah muda yang menahan kedua belahan poninya,

Anting lolipop,

Seragam yang oversize, dan--

--gelang lolipop yang sangat mendominasi Nayla layaknya bocah sd.

Bahkan bau minyak telon adalah aroma tubuh Nayla.

Nayla membuang nafasnya sedih.

"Gue, akan buat lo terlihat dewasa!"

Nayla ternganga. "De-Dewasa?"

Jenni mengangguk cepat penuh semangat. "Nanti malem pas acara prom sekolah, gue akan dandanin lo! Saat itu, gue yakin. Sean akan liat lo sebagai cewek!"

£££

Atas permintaan kalean aku lanjutin Just Sean nih yaa:* Jangan lupa vote & komen! Luv!❣️

JUST SEANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant