JUST SEAN | 19

2K 275 59
                                    

'Perpisahan bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan bunga yang ditinggalkan oleh hujan, akan layu tak berbentuk.'

  🍥 🍥 🍥

[Love not hate]

Akhirnya hari kelulusan untuk angkatan Sean telah tiba. Perayaan begitu meriah disini. Bahkan kedua orang tua Sean datang dan mereka berfoto bersama.

Sean melihat Nayla yang datang membawa buket bunga perayaan untuk Brayen. Sesuatu terasa sakit di dalam sana.

Besok Sean akan berangkat ke Amrik dan mungkin akan lama untuk kembali lagi ke sini. Tapi Sean bahkan tak bisa bicara dengan Nayla. Apakah ia harus pergi dengan ingatan akhir menjadi orang asing bagi Nayla?

£££

Nayla mengulet ke kanan dan ke kiri meregangkan badannya yang baru saja bangun dari tidurnya.

Sebuah telpon masuk. Nayla membaca sang penelpon.

Fino?

Nayla menarik ikon hijau untuk mengangkat ponsel ke kupingnya.

"Halo, kak? Tumben pagi-pagi---"

"Nay, dengerin gue. Mungkin cuma ini yang bisa gue bantu untuk lo dan Sean." Suara Fino di ujung sana terlihat terburu-buru.

"Ma-Maksud Kakak apa? Na-Nayla gak paham," Nayla terkekeh bingung.

"Nay, dengerin gue. Sean cinta sama lo--"

Deg.

"--satu hal yang harus lo tau, dia buat lo benci sama dia, supaya lo bisa relain dia sekolah di Amrik."

"Dia bisa ajak Nayla, Kak. Kenapa mesti buat Nayla benci?!"

"Nay, Sean mikirin kesehatan lo. Lo pikir dengan kondisi lo yang kayak gini, Sean bakal biarin lo?"

Nayla terisak. Gadis itu mulai menangis.

"Sekarang yang terpenting, lo samperin Sean ke bandara. Dia berangkat sekarang. Lo gak maukan, biarin dia pergi dengan perasaan sedih? Selama ini, bukan cuma lo yang sedih dan terpuruk. Gue yang jadi saksi mata semua keterpurukan Sean. Sean gak makan dengan baik, Nay. Bahkan tiap malem dia minum. Lo tau Sean bukan peminum. Bisa dibilang kalian saling menyakiti satu sama lain."

Nayla menangis sejadi-jadinya. Ia pikir Sean benar-benar membencinya.

"Cepet, Nay. Sebelum semuanya terlambat."

£££

Nayla keluar dari taksi. Ia berlari mencari Sean.

Nayla melirik pesawat yang sudah take off, apa itu pesawat Sean?

"Seaaaannnnn!!! Hiks," Teriak Nayla lalu terduduk menangis sejadi-jadinya tak memperdulikan orang-orang sekitar yang sudah menatapnya berbisik-bisik.

Kini Nayla terlambat.

Nayla harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bertemu Sean. Dan dirinya akan dipenuhi rasa bersalah selama itu. Begitu juga Sean

Nayla meremas bajunya. Dadanya sangat sakit. Ia terus menangis.

Kini pikirannya berkecamuk. Ia tak yakin bagaimana melewati hari tanpa Sean dengan perpisahan yang tidak baik seperti ini.

"Ya Tuhan, please temuin Sean sama Nayla.." hati Nayla terasa sangat perih. Ia mengusap air matanya kasar. Saat mata Nayla kembali terbuka sepasang sepatu yang sangat Nayla kenali ada dihadapannya.


Nayla mendongakkan kepalanya melihat wajah pria dihadapannya yang berhasil membuat Nayla membeku.

Sean. Pria itu belum pergi. Nayla langsung melompat memeluk pria itu.

"Nay? Lo kenapa? Siapa yang buat lo nangis?!" Panik Sean. Nayla masih menangis kencang dalam pelukan Sean.

"Sean jahat. Kenapa Sean gak bilang kalo Sean juga cinta sama Nayla! Kenapa Sean malah buat Nayla benci sama Sean!"

Sean melepas pelukan mereka. "Gue berniat suatu saat nanti, gue dateng ke rumah lo. Nyatain cinta gue dengan jas putih gue, Nay. Saat gue mampu jaga lo dan lamar lo dengan hasil usaha gue sendiri. Bukan uang Papah." Sean terkekeh remeh. "Mungkin khayalan gue terlalu tinggi. Maaf kalo keputusan gue buat lo sedih, tapi gue gak pernah benci sama lo."

Cup

Mata Sean terbelalak saat Nayla mencium pipinya kilas.

Nayla menepis air matanya lalu tersenyum lebar. "Sean hebat, kok. Nayla bangga sama Sean. Maaf Nayla telat taunya. Tapi karna sekarang Nayla tau, Nayla dukung Sean. Semangat, ya. Sean cowok terhebat yang pernah Nayla temuin setelah Papih. Jadi Nayla yakin, Sean pasti bisa." Nayla tersenyum, "Yaudah Nayla pulang ya. Sean hati-hati, demi Nayla." Ia lalu berbalik pergi tapi Sean mengejar Nayla dan menarik tangan gadis itu hingga berbalik dan memeluknya erat.

Nayla terhenyak di dalam pelukan Sean. Jantungnya yang sudah lemah ini terasa akan hangus saja.

"Lo gak bisa beberapa menit lagi disini? Gue kangen sama lo." Tanyanya dengan suara parau. Jangan sampai Sean menangis. Nayla tak pernah melihat Sean menangis setelah bayi. Percayalah.

Nayla membalas pelukan Sean tak kalah erat. "Free to you,"

JUST SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang