JUST SEAN | 17

1.5K 289 86
                                    

'Terkadang rasa sayang tak selalu harus terlihat.'

🍥 🍥 🍥 

[Rawat inap]

Nayla duduk di antara Jenni dan Tata. Nayla berbisik pada Jenni. "Kok ada mereka?"

"Ketemu tadi, terus Kak Maretta nyuruh gabung aja, karna kita gak enak terus ada Kak Sean juga, yaudah deh kita gabung. Katanya sih mereka sekalian party anak basket plus cheers gitu." Jelas Jenni berbisik. Nayla membuang nafasnya.

Ia melirik Sean yang serius dengan ponselnya. Apa pria itu tak jadi pergi ke Amerika? Atau di undur?

Nayla memegang dadanya.

Tuhan, kenapa mendadak jantungnya terasa diremas-remas.

Nayla mengatur pernapasannya. Jenni dan Tata yang menyadari itu duluan langsung mendadak panik.

"Nay? You okay?" Jenni menatap Nayla cemas. Semua ikut melirik Nayla.

"Kita rumah sakit ya, Nay?!" Panik Tata.

"Gue telpon ambulan, ya--!" Sebelum Fino selesai bicara, Sean mengangkat tubuh Nayla. Pria itu membawa Nayla menuju mobilnya.

Semua terkejut menatap kepergian Sean dan Nayla yang terlihat berontak dengan susah payah karna dirinya melemah.

"Turunin, Nayla!"

Sean acuh. Pria itu mendudukan Nayla ke kursi sebelah kemudi lalu disusul pria itu yang langsung menyetir. Menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata agar segera sampai ke rumah sakit terdekat.

£££

Karna kondisi Nayla yang memang lumayan parah, gadis itu harus menginap di rumah sakit. Geral sedang menuju kesini. Sedangkan Jenni, Fino dan Tata kini sudah berada di sini.

"Astaga Nay, gue panik banget tau gak." Ujar Tata mengelap peluh di wajah Nayla dengan tisu. Gadis itu berkeringat menahan sakit di dadanya.

"Lo gak minum obat lo kan?" Tandas Sean.

Nayla pura-pura tak mendengar dan malah mengalihkan. "Yaudah, kalian pulang aja ya. Udah malem, Papih Nayla udah mau sampe kok."

Jenni, Tata dan Fino yang paham situasi Nayla dan Sean pun ikut merasa canggung. Jenni menggaruk tengkunya yang tak gatal. "Ya-Yaudah, gue sama Tata balik ya. Lo jangan lupa minum obat, okay? Nanti sampe rumah gue kabarin,"

"Gue juga balik ya, Nay. Get well soon, ya." Ujar Fino.

Nayla mengangguk dengan senyumnya. "Makasih, ya. Hati-hati di jalan,"

Mereka pun pergi. Nayla membuang nafasnya Sean malah tak ikut pergi juga.

"Sean juga pulang aja,"

"Sebelum Om Geral sampe, gue gak akan pergi." Ujar Sean lalu duduk di sofa mengambil ponselnya di saku lalu fokus dengan ponselnya. Membuat Nayla semakin merasa canggung. Tak sangka, Sean yang sejak kecil bersamanya, bisa jadi secanggung ini.

Tiba-tiba ponsel Sean berdering. Pria itu terlihat mengangkat telponnya.

"Iya, Ma?"

"Kamu di mana, sayang? Besok kan kita take off. Kamu udah packing?"

"Lusa aja gimana, Ma? Sean masih ada urusan, Ma."

JUST SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang