JUST SEAN | 11

3.3K 410 105
                                    

'Ternyata berjuang sendiri, melelahkan juga.'

🍥 🍥 🍥

[Salah paham]

Kini Sean dan teman setim basketnya tengah berkumpul di kantin merayakan kemenangan mereka kemarin.

Tiba-tiba Bara menyodorkan Sean sepuntung rokoknya. "Nih," tawarnya.

"Gue gak ngerokok," tolak Sean. Ya, sebenarnya Sean sempat ingin mencoba untuk merokok dulu, tapi saat mengingat Nayla memiliki jantung yang lemah, dan asap rokok sangat berbahaya, Sean mengurungkan niatnya jauh-jauh. Apalagi Nayla selalu ada di sampingnya, Sean selalu mengingat itu. Makanya sampai sekarang ia tidak merokok dengan satu alasan. Nayla.

"Cemen lo," ejek Bara lalu terkekeh. Sean hanya mendengus geli.

"Biasalah, doinya, gak boleh kena asep rokok.. yakan, Se?" Goda Fino membuat Sean menoyor kepala sahabatnya itu.

Panjang umur, Nayla datang. "Seaaann!!!" Panggilnya sembari berlari mendekati meja Sean.

Terlihat semua pandangan menoleh pada Nayla. Ada yang menggoda Nayla genit membuat Sean risih. Wajar, Sean baru bergabung ke tim basket ini. Jadi mereka belu tahu seberapa dekat hubungannya dengan Nayla hingga berani-beraninya menggoda Nayla. Hanya Fino yang tahu.

"Namanya siapa, bep? Imut amat dah, haha." Goda Fahri salah satunya.

"Nama aku Nayla, hai?" Sapa Nayla polos membuat Sean mendengus tak suka.

"Sini duduk deket abang!" Tukas Rian, ini sih biangnya playboy.

Nayla hendak menolak tapi tiba-tiba Rian menarik Nayla hingga Nayla terduduk di samping pria itu. Hal itu membuat rahang Sean mengeras. Fino yang sudah tahu kalau Sean sudah panas hanya pura-pura sibuk makan tak mau ikut campur.

Sean bangkit tiba-tiba membuat semua menoleh padanya. Ia menarik Nayla agar bangkit dan membawa Nayla pergi dari sana.

"Eh-Eh mau kemana, Se?! Belom juga makan, woi!" Pekik Bara heran.

"Makanya jangan gangguin permaisurinya, pundungkan dia." Kekeh Fino.

"Ceweknya?" Tanya Bara penasaran. Sedangkan yang lain hanya cuek bebek. Toh, mereka juga baru kenal dengan Sean.

"Bukan, friendzone rasa love relationship." Ujar Fino yang membuat Bara menggaruk tengkunya yang tak gatal bingung.

£££

Sean melepas tangan Nayla dari genggamannya. "Lain kali jangan samperin gue kalo lagi kumpul sama cowok." Titah Sean membuat alis Nayla bertaut.

"Kenapa?" Tanyanya sedih.

"Gue gak suka."

"Sean malu, ya, Nayla samperin?" Tanya Nayla sedih membuat Sean meraup wajahnya pusing.

"Bukan. Gue gak suka kalo lo di godain sama mereka. Pokoknya, lain kali lo gak boleh samperin gerombolan cowok kayak tadi. Apalagi gak ada guenya. Ngerti?" Ujarnya tak terbantahkan membuat Nayla mengangguk.

"Sean, pulang sekolah ke taman bermain yuk! Nayla kangen kesana sama Sean," pinta Nayla manja.

"Asalkan lo gak lupa minum obat." Syaratnya.

"Pasti! Nayla gak akan lupa! Janji!" Jawabnya antusias membuat Sean mengacak-acak pucuk rambut Nayla sambil tersenyum gemas. Nayla mencebik saat rambutnya berantakan.

Tiba-tiba bel berbunyi menandakan pelajaran kembali dimulai.

"Yaudah, Nayla kelas dulu ya! Sean jangan lupa, oke! Nayla tunggu di gerbang nanti pulang sekolah!" Ujarnya lalu pergi dengan semangat setelah mendapat anggukan dari Sean.

Sean tersenyum melihat kepergian Nayla yang mulai menghilang perlahan dari pandangannya.

£££

"Sean!"

Sean menoleh mendengar namanya di panggil oleh seseorang yang ternyata adalah Bara. Pria itu pun berlari menghampiri Sean.

"Jangan lupa! Nanti pulang sekolah latihan, bro." Ujarnya membuat kening Sean bertaut.

"Latihan?"

"Oh iya, tadi lo pergi duluan aja sih di kantin. Jadinya gak tau kan. Kita latihan, buat lomba bulan depan. Lo gak lupakan?"

Sean membuang nafasnya frustasi. Nayla pasti akan ngambek kalau Sean membatalkannya tiba-tiba. Apalagi tadi Nayla sudah seantusias dan sesenang itu. "Gue boleh gak ikut sekali?"

"Mau mati lo? Inikan latihan pertama setelah pertandingan kemaren. Lo tau sendiri kalo latihan pertama sama latihan akhir itu pasti ada Pak Ferdi yang awasin dan ngelatih." Jelas Bara yang semakin membuat Sean frustasi.

"Kenapa sih emangnya?" Tanya Bara heran yang hanya Sean sahuti dengan gelengan.

Pria itu langsung pergi meninggalkan Bara begitu saja.

"Anjir, dingin banget dah. Bukan ke cewek doang dinginnya. Bener kata Maretta. Pantesan banyak cewek yang takut-takut deketin si Sean, takut ikut beku kali, ya." Bara mengedikkan bahunya acuh lalu pergi juga dari sana.

£££

Nayla kini sudah berada di samping gerbang menunggu Sean. Ia mengambil ponselnya di saku saat merasa sebuah pesan masuk.

Dari : My Sean 💚🐯

Nay, sorry ya, gue gak bisa ikut sekarang.
Ada latihan basket. Lo pulang aja ya gue udah pesen taksi online. Lo tunggu sana aja.

Nayla mencebik membaca itu.

Gamau!
Nayla mau tungguin Sean latihan aja.

Saat Nayla hendak mengirim, ponselnya malah mati daya. Dirinya memang selalu lupa men-charge sebelum tidur, jadinya di saat-saat seperti ini pasti habis baterai.

Nayla berjalan masuk kembali ke sekolah. Ia berjalan menuju lapangan basket. Sean pasti disana.

Mata Nayla terbelalak saat melihat Sean yang tengah berada di parkiran bersama Maretta.

Mereka terlihat memasuki mobil dan keluar dari area sekolah.

Nayla terdiam.

Sean jahat. Sean bohong sama Nayla.

Nayla mengusap air matanya yang mulai mengalir satu persatu. Padahal ia sangat mengharapkan pergi ke taman bermain bersama Sean. Tempat yang dulu Nayla dan Sean selalu kunjungi saat kecil.

Tapi, setidak mau itukah Sean pergi dengannya hingga lebih memilih pergi dengan Maretta?

Hati Nayla terasa sesak sekarang.

Sean jahat.

JUST SEANWhere stories live. Discover now