JUST SEAN | 13

1.3K 266 52
                                    

'Bukan acuh, hanya berbeda cara dalam memperhatikan seseorang yang spesial.'

🍥 🍥 🍥

[Prom]

"Jen, serius? Kayaknya Nayla gak cocok deh pake baju kayak gini. Naylakan tepos," polos Nayla membuat Tata terbahak mendengar kejujuran itu.

"Ck, tapi ini cocok sama lo. Apa salahnya dicoba? Emang cewek monclok doang yang boleh pake kayak gini, ha?" Kekeuh Jenni memasukan kembali gaun itu ke dalam keranjang belanja mereka.

"Gue bayanginnya sih lo cantik pake itu, Nay, pasti Kak Sean bakal terpikat abis sama lo!" Yalin Tata membuat Nayla kembali percaya diri.

"Oke!" Angguk Nayla lalu membawa keranjang belanja mereka dengan semangat menuju kasir.

£££

Pukul sudah menunjukan pukul 7 malam yang artinya acara prom sekolah akan segera di mulai.

Sean sudah berangkat dengan Fino karna katanya Nayla akan berangkat dengan Jenni dan Tata. Kini pria itu tengah berkumpul dengan Bara dan tim basket lainnya. Penampilan mereka bagaikan sorotan para wanita sekarang mereka sangat keren. Terutama Sean. Buktinya sudah berapa kali para gadis cari perhatian pada pria itu. Sayangnya Sean tak pernah tertarik sedikitpun. Pria itu sangat cuek dan dingin.

Maretta menghampiri mereka. Setelah memberikan Bara kunci mobil yang barusan ia pinjam pada sepupunya itu, Maretta menghampiri Sean.

"Thanks ya kemarin," ujar Maretta dengan senyum bak dewinya pada Sean.

"Santai aja," jawab Sean seadanya tanpa mau berbasa-basi, pria itu pergi hendak mengambil minuman.

Maretta yang sadar dicueki pun hanya menggaruk tengkunya yang tak gatal, jujur ia tak pernah diabaikan oleh pria. Entah kenapa Sean sangat membuatnya penasaran akhir-akhir ini. Sebenarnya sejak dulu Maretta sempat tertarik pada Sean, tapi yang Maretta tau Sean sudah memiliki kekasih yaitu gadis kecil yang selalu mengekorinya itu. Tapi ternyata Maretta baru tahu, kalau gadis itu hanyalah seorang teman sejak kecil. Bukan pacar.

Sean mengambil sebuah gelas yang berisi cola lalu meminumnya.

Tiba-tiba suasana ramai. Bisikan-bisikan apalagi godaan para pria terdengar di telinga Sean.

Pria itu melirik sorotan mereka. Betapa terkejutnya Sean melihat Nayla yang menjadi sorotan mereka.

Nayla dengan gaun ungu muda selutut tak berlengan dan menunjukan punggungnya yang putih mulus.

Bahkan untuk pertama kalinya Nayla mengurai rambut panjangnya dan memakai heels.

£££

"Gila, Nay. Semua pada terpukau tuh sama lo. Tapi lo emang cantik banget si parah!" Puji Tata berbisik pada Nayla sambil berjalan memasuki sekolah.

"Siapa dulu dong. Dandanan rekomen gue," bangga Jenni membuat Nayla terkekeh. "Liat deh, Sean liat lo tuh!"

Nayla melirik Sean. Dari ekspresi pria itu, tak ada mimik terpukau sedikitpun. Demi apapun.

"Kayaknya Sean biasa aja deh, Jen, Ta." Sedih Nayla.

"Iya yah, kok kayaknya ekspresinya malah marah gitu sih, Nay?" Panik Jenni.

"Serius kalo Kak Sean marah gue gak ikutan, ya." Bisik Tata takut. Ia tahu sekali bagaimana kakak kelasnya itu saat marah.

"Masa sih Sean marah? Tapi emang Sean gak pernah suka sih kalau Nayla pake baju terbuka." Ujar Nayla membuat Jenni terbelalak.

"Ya ampun, Nay! Telat banget ngasih taunya.. Terus gimana dong? Jangan bilang gue yang suruh, ya?! Bisa mampus gue.." panik Jenni.

Mereka makin tersentak saat Sean mendekati Nayla.

"Tamat, Nay." Gumam Jenni yang Tata angguki pelan.

Sean melepas jaketnya lalu menutupi tubuh Nayla. Pria itu menarik Nayla pergi dengan kasar dan terlihat marah. Semua terhening melihat kepergian mereka.

"Gara-gara lo sih!" Cebik Tata pada Jenni.

"Ih, kok nyalahin gue, sih!" Tak terima Jenni.

"Terus siapa? Gue?" Geram Tata lalu meninggalkan Jenni kesal.

"Dih, dasar nenek tua marah-marah mulu."

£££

Sean melepas tangan Nayla.

"Siapa yang nyuruh lo pake gaun terbuka kayak gitu, hm? Om Geral bisa marah Nay kalo tau. Lo harusnya bisa dong pilih mana yang bener dan mana yang salah. Penampilan lo sekarang, itu sama aja lo kasih para cowok disini tontonan gratis. Dan lo tau? Sama aja lo kayak cewek murahan. Paham?" Ujar Sean tajam membuat mata Nayla berkaca-kaca menahan tangisnya.

"Cewek murahan?" Lirih Nayla pelan.

"Iya. Penampilan lo sekarang gak beda jauh sama cewek-cewek yang ada di diskotik." Ujar Sean tanpa menyaring ucapannya seperti biasanya.

Nayla mengusap air matanya yang sudah mengalir di pipinya sedari tadi. "Padahal Nayla cuma mau buat Sean liat Nayla sebagai cewek. Bukan kayak biasanya. Nayla berusaha buat Sean lirik Nayla. Tapi ternyata sekarang Sean bilang Nayla mirip cewek murahan?" Lirih Nayla sesegukan membuat Sean membuang nafasnya sedikit merasa bersalah. Tapi ia tidak menyesal bicara seperti itu, agar Nayla tak mengulanginya lagi.

"Gak gini caranya, Nay. Lo pikir gue apaan, mesti lirik lo dengan cara lo pake baju kayak gini? Emangnya gak ada cara lain?" Suara Sean melembut. "Tanpa lo harus kayak gini, lo udah cantik dimata gue."

Nayla melirik Sean kesal. "Tapi Nayla bukan cuma mau Sean pikir cantik! Nayla mau Sean suka sama Nayla! Suka sebagai cewek Sean!" Pekik Nayla layaknya anak kecil.

Sean membuang nafasnya. "Sekarang kita pulang, nanti lo masuk angin." Sean menarik tangan Nayla memasuki mobil, tapi Nayla menepisnya.

"Tuhkan! Kenapa Sean ngalihin pembicaraan? Sean beneran gak akan pernah suka sama Naylakan?" Tandas Nayla membuat Sean lagi-lagi membuang nafasnya.

"Nay, jangan kayak anak kecil. Lo sekarang udah dewasa!" Ujar Sean dengan suaranya yang kembali meninggi. Ia benar-benar habis kesabaran. Nayla selalu saja seperti anak kecil, kemauannya selalu harus dituruti. Dan Sean bukannya tak mau menjawab, hanya saja, pria itu tak mau bilang sekarang bagaimana perasaannya.

Nayla terdiam mendengar bentakan Sean. Sean kembali menarik gadis itu agar masuk ke dalam mobil dengan lembut.

Sean memutari mobil dan duduk di kursi kemudi. Pria itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Ia membuang nafasnya melihat Nayla yag membuang pandangannya ke jendela luar selama perjalanan.

JUST SEANWhere stories live. Discover now