JUST SEAN | 05

6.6K 568 45
                                    

'Bagai bintang, kamu terlihat dekat. Tapi saat ku gapai, ternyata amat jauh.'

🍥 🍥 🍥

[Nama Kontak]

Seorang pria tengah serius berkutat dengan ponselnya.

Dztt..

Ponselnya bergetar yang merupakan tanda pesan masuk dalam ponselnya. Sean membuka pesan tersebut.

Dari : 021 18x xxx
Ini gue Maretta, Se. Besok pagi lo ikut rapat eskul ya, ada yang mau di omongin, hehe. Sorry ganggu😊

Sean mendengus. Ia mau ikut eskul tersebut karna ia suka bermain basket. Tapi mana tahu kalau begitu banyak drama dalam eskul itu?

Nayla yang menglihat perubahan ekspresi Sean pun penasaran. Saat hendak bertanya, Sean sudah memotong duluan. "Gapapa, gausah nanya." Juteknya. Nayla langsung cemberut.

"Sean pelit!" Pekik Nayla mendelik pada Sean.

"Bodo," cuek Sean yang membuat Nayla kembali mencebik.

Nayla langsung mencuri-curi lirik ke pesan tersebut.

"Ih, Sean chatan sama cewek?!" Pekiknya tak suka. Tapi tak Sean hiraukan.

"Sean, curang. Nayla aja save nomor cowok cuma Sean sama Papih. Jahat." Cebik Nayla yang membuat Sean mendengus geli.

"Gue gak pernah suruh lo'kan?" ujar Sean yang memang ada benarnya. Pria itu memang tak pernah meminta Nayla untuk hanya menyimpan nomor pria itu.

"Au ah, Nayla mau pipis aja!" gadis itu berlari ke kamar mandi membuat Sean terkekeh. Sejujurnya Sean adalah orang yang tak begitu banyak berekspresi. Tapi sejak mengenal Nayla, pria itu seperti banyak merasakan perasaan yang campur aduk. Hanya Nayla yang bisa membuatnya tergelak.l

Sean melirik sebuah ponsel ber-case merah muda dengan corak lolipop. Sean jadi penasaran, benarkah nomor pria yang di simpan di ponsel Nayla hanya dirinya dan Geral?

Ia mengambil ponsel Nayla. Sudut bibirnya tertarik melihat wallpaper ponsel gadis itu adalah fotonya semasa kecil saat memasukan satu lolipop besar ke dalam mulut kecilnya. Menggemaskan.

Sean hendak membuka sandi, tapi--

Apa Nayla masih pasang sandi hapenya yang kayak dulu?, batin Sean ragu.

Tapi tak ada salahnya mencoba. Pria itu mengetik 'naylasayangsean'.

Cklik

Terbuka!

Shit, Sean langsung terbahak. Bisa-bisanya Nayla memakai kalimat menye seperti itu sebagai sandi ponselnya selama tujuh tahun berturut-turut.

Sean ingat, Nayla baru di belikan ponsel di kelas 4 SD. Dan sekali pun gadis itu berganti ponsel, sandinya masih itu-itu saja. Padahal Sean baru kali ini lagi membuka ponsel gadis itu.

Ia membuka kontak. Baru terbuka aplikasi tersebut, namanya sudah langsung terlihat di favorit dan darurat dengan nama, 'My Sean💚🐯'. Sean terkekeh melihat itu. Sean ingat, namanya di tambah emot macan karna dirinya selalu dicebik 'galak' oleh Nayla.

Kontak gadis itu hanya ada lima peserta. Dirinya, Geral, Tata, Jenni dan Dokter Laura. Tak ada lagi.

Melihat nama Dokter Laura, Sean menghela nafasnya berat.

Ia sejujurnya merasa kasihan pada Nayla. Di umurnya yang masih menginjak remaja, gadis itu harus terikat dengan dokter karna kondisinya yang tidak seperti remaja biasanya.

Sean menaruh ponsel itu.

Ia mengambil ponselnya dan membuka kontak.

Ia mengganti nama kontak Nayla di ponselnya.

Dari 'Nayla' menjadi,

'Nayla❤'.

Sean mendengus geli melihat kelakuannya. Ia harus menjaga ponselnya baik-baik, atau tidak, Nayla akan melihatnya dan melompat girang dan terus mengoceh percaya diri hingga membuat kepalanya pecah dan--ah sudahlah. Pokoknya Nayla tak boleh membuka ponselnya dan tahu nama kontaknya di ponsel Sean.

Atau kepala Sean akan tamat dengan serangan ocehan pede dari gadis itu.

₩₩₩

Nayla melangkah dengan riang sambil bernyanyi pelan. Ia datang terlambat kali ini karna harus kontrol dahulu di rumah sakit yang sudah menjadi kepercayaan penyakitnya.

"Nayla!"

Nayla berbalik badan dan langsung melihat sosok Brayen di sana.

Brayen mendekati gadis itu, tapi sebelum itu terjadi, Nayla berlari menjauh dari Brayen.

Hal itu membuat Brayen menautkan alisnya bingung.

Kenapa juga Nayla sebegitu menghindarinya? Memang ia memiliki virus corona hingga di hindari seperti itu?

Padahal Brayen benar-benar penasaran kenapa gadis itu tak datang di konser semalam.

Di sisi lain, Nayla berhenti berlari di balik tembok. Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Sean bilang, Nayla gak boleh deket-deket lagi sama Brayen. Nayla gak boleh deket lagi sama Brayen. Maaf ya Brayen, Nayla harus dengerin kata Sean., batinnya sedih. Ia menghela nafasnya berat.

"Saatnya melanjutkan perjalanan Nayla yang panjang menuju kelaaaaas! Go, go! Nayla kuat, Nayla semangat!" Ujarnya bangga sambil kembali melangkah dan bernyanyi riang.

₩₩₩

Haha, Nayla gemes pen mutilasi😝

JUST SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang