JUST SEAN | 18

1.1K 217 8
                                    

'Orang yang sedekat ibu jari bahkan bisa menjadi sejauh matahari.'

🍥 🍥 🍥

[Orang asing]

Hari ini Nayla akan pergi makan malam bersama Brayen. Memang Brayen sudah berhasil mengambil hati Geral, makanya sekarang sudah bisa bepergian bersama gadis itu.

Brayen hendak bangkit memesan, tapi Nayla menahan pria itu. "Nayla aja yang pesen," Brayen kembali duduk dan mengangguk.

Ia melihat punggung kepergian Nayla yang kia menjauh menuju kasir. Sesungguhnya Brayen tak tega melihat Nayla yang selalu tak bersemangat. Apalagi saat bepergian dengannya. Brayen sadar, pria yang mampu membuat Nayla tersenyum adalah Sean, bukan dirinya.

Brayen membuang nafasnya pelan.

Di sisi lain Nayla yang sedari tadi berjalan tanpa menghiraukan sekitar terbelalak melihat seseorang. Orang yang akhir-akhir ini ia rindukan. Sean, pria yang kini juga tengah terdiam menatapnya.

Butuh beberapa menit untuk mereka saling tersadar dari lamunan masing-masing. Sampai seorang wanita paruh baya yang mengantri di belakang Sean kebingungan karna antrian jadi macet. "Mas sama Mbak saling kenal?" Tanyanya menyadarkan mereka.

Nayla langsung angkat suara. "Enggak. Maaf," Nayla langsung mengantri di belakang wanita paruh baya itu. Sean terhenyak mendengar jawaban Nayla. Pria itu langsung maju karna kini bagiannya memesan.

£££

Kini mereka akan pulang. Brayen yang tadi melihat Nayla berpapasan dengan Sean paham mengapa gadis itu kini terlihat murung.

Brayen melihat Sean yang hendak pulang juga tengah menaiki motornya.

"Sean!" Panggil Brayen mendekati pria itu membuat Nayla terbelalak dan refleks melirik Sean.

"Nyokap gue minta jemput mau ada pertemuan keluarga buru-buru banget. Tolong anterin Nayla pulang, ya?"

Sean melirik Nayla yang terlihat kaget.

"Kakak gila, ya? Nayla gamau." Tepis Nayla tak suka.

"Lo yang bawa dia kesini, dan sekarang lo main suruh orang lain anter pulang gitu aja? Lo suka kayak gini, ya?" Kesal Sean. Bagaimana jika Brayen melakukan itu bukan pada dirinya tapi pada pria yang berpikiran jahat.

"Justru karna lo orangnya!" Bentak Brayen tapi pria itu menarik dan membuang nafasnya mengatur emosinya. "Karna itu lo, makanya gue lakuin ini." Brayen langsung pergi begitu saja.

Meninggalkan Nayla dan Sean dalam suasana canggung berdua.

"Nayla cari taksi aja-" Sean menarik tangan Nayla. "Naik."

Sean memakai helm fullface-nya. Tak melihat pergerakan Nayla dikaca spion, Sean mendengus.

"Lo bilang lo suka naik motor gue," gumam Sean.

"Enggak sekarang." Bohong. Nayla menahan tangannya yang gemetar. Dan Sean melihat itu. Nayla selalu gemetaran saat berbohong sejak kecil. Dan Sean tahu itu.

"Soal tadi di kasir, lo beneran gak mau kenal lagi sama gue?" Terdengar nada sedih disana, tapi Nayla tak bisa melihat ekspresi Sean karna pria itu memakai helm.

Nayla mengangguk. Sean kembali melirik tangan Nayla yang bergetar lewat spion. Sean tersenyum. "Yaudah, sekarang naik dulu. Anggap aja gue orang asing yang mau anter lo pulang karna rumah kita searah. Cepet."

Nayla akhirnya naik. Kalau biasanya Nayla memeluk erat dirinya saat dibonceng, kini tidak. Nayla benar-benar memperlakukannya layaknya orang asing.

JUST SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang