JUST SEAN | 03

8.6K 635 67
                                    

'Cintaku selalu padanya. Tidak akan berubah, apalagi memudar.'

🍥 🍥 🍥

[Blushing]

Nayla melangkahkan kakinya sambil bersenandung kecil.

Saat sampai kelas, ia menaruh tas merah muda bernuansa lolipopnya itu dimejanya.

Alisnya bertaut melihat teman-teman di kelasnya berkerumun ramai. Tata dan Jenni pun ikut berkerumun di ujung sana.

Buru-buru Nayla menghampiri mereka. "Eh, eh, ada apa sih, Jen?" Tanya Nayla menepuk pundak Jenni.

Jenni langsung menunjukkan tiket konser Qless. Qless adalah boyband yang kini tengah booming. Anggotanya pun tampan-tampan dan ber-multitalenta. Wajar saja seramai ini. Konsernya pun pasti akan megah dan ramai di kunjungi.

"Ih, Nayla mau ikut deh.. Jarang-jarang Qless konser di Jakarta.." Nayla terlihat sedih.

"Pasti gak akan boleh sama Bokap lo, Nay," komentar Tata.

"Iya, kita gak ikut juga deh. Kita nonton live aja ya di rumah? Kita nginep deh di rumah lo," rayu Jenni. Begitulah Nayla, tak bisa kemana-mana selain rumah dan sekolah. Keluar rumah selain ke sekolah pun hanya di izinkan bila bersama Sean. Terkadang dirinya merasa seperti rapunzell yang selalu terkurung. Padahal Nayla ingin seperti teman-teman yang lainnya. Yang bisa bebas pergi kemana pun, semau mereka.

Tiba-tiba Nayla memegang dadanya. Melihat itu, Jenni dan Tata langsung panik.

"Sakit.." rintih Nayla sambil menunduk.

"Ya ampun, Nay. Lo pasti kambuh!" Tata langsung mendekat mengelus dada Nayla. Sedangkan Jenni, seperti biasa, gadis itu membuka tas Nayla dan mencari obat di sana.

Nayla jarang sekali kambuh. Paling-paling kalau gadis itu merasa tertekan.

Nayla merasa baikan setelah meminum obat. Jenni dan Tata pun menghela nafasnya lega. Walaupun mereka terkadang terkejut juga melihat kondisi Nayla, tapi mereka tetap setia dan terus menjaga sahabatnya itu walau mereka baru bersahabat sejak awal masuk SMA Elang. Nayla tak salah memilih sahabat. Setidaknya, ia memiliki seseorang selain Papihnya dan Sean.

₩₩₩

Sean menggiring bolanya mendekat ke ring.

Dan ia melempar bola oranye tersebut dengan tangkas.

Hup!

Niceshoot!

Pria itu kembali mengambil bola basketnya.

Prokk Prokk

Suara tepuk tangan seseorang tak membuat pria itu menoleh. Ia masih sibuk memainkan bolanya.

"Sean Antony." Pria itu mendecih sambil tersenyum kecut. "Hebat juga lo. Pantes anak cheers maksa pelatih buat jadiin lo kapten tim. Padahal gue yang udah paling lama ikut tim. Dan lo bisa dengan mudah jadi kapten, haha," pria itu mendekati Sean. Namanya Brayen Anta. Pria tampan dan cukup populer di kalangan siswi. Sayangnya, pria itu masih kalah saing oleh Sean yang jauh lebih tampan dan populer dari pria itu. Dan lagi sekarang, Sean hampir juga merebut gelar kapten di tim basketnya. Padahal Brayen adalah pria yang paling benci di kalahkan!

Sean yang masih cuek bebek bermain dengan basketnya, kembali memasukan bola ke ring dengan mudahnya.

"Gue gak tau apa yang akan lo rebut lagi kali ini, Sean." Tekannya yang kali ini memasang wajah serius. Sean menangkap bolanya. Ia menghadap pada Brayen.

"Rebut?" Sean terkekeh. Pria itu tak pernah merasa merebut apapun, dari siapa pun. Pria itu melewati Brayen begitu saja.

Tapi Brayen menahan Sean.

Pria itu menarik kerah seragam Sean. Tapi Sean langsung menepis tangannya. Berbalik Sean yang menarik kerah pria itu. "Gak usah banyak tingkah. Ladenin lo, buang waktu gue." Tekan Sean yang berhasil membuat rahang Brayen mengeras.

"SEAAAANNYA AKUUU!!!" Teriak kencang seorang gadis dengan rambut kuncir kudanya di ujung sana.

Sean mendengus mendengar itu.

Saat sudah berlari mendekati Sean, mata Nayla terbelalak melihat kerah seorang pria yang Nayla tidak tahu itu tengah ditarik oleh Sean.

Buru-buru Nayla menarik tangan Sean dan menatap Brayen.

"Maafin Sean, ya!! Sean pasti gak sengaja.. Please, jangan marah sama Sean.." lirih Nayla takut.

Brayen terkekeh mendengar penuturan Nayla.

Gemes banget, nih cewek. Pengen gue bawa pulang, batin pria itu. Ia mengelus puncak kepala Nayla yang langsung ditepis oleh Sean. "Gue maafin. Nama lo siapa?" Modus Brayen yang langsung Nayla jawab dengan semangat.

"Nayla!"

"Namanya imut kayak orangnya," puji Brayen yang membuat Nayla blushing. Sedangkan Sean malah mendecih.

Pria itu menarik tangan Nayla menjauh dari Brayen. Sean membawa Nayla keluar lapangan basket.

"Ngapain sih lo minta maaf sama dia?!" Geram Sean.

"Sean marah-marah terus ih. Nayla tuh takut dia dendam sama Sean. Sean jangan suka tarik-tarik kerah orang dong! Nanti kalo orang itu gak suka terus malah jadi berantem gimana?" Gerutu Nayla yang membuat Sean mendengus. Tak tahu saja kalau Brayenlah yang pertama menarik kerahnya.

"Terus juga, gak usah blushing kayak tadi lagi depan cowok." Cerca Sean sebal.

"Kenapa? Sean cemburu, ya? Ngaku!" Pekik Nayla senang.

"Bukan. Muka lo kayak ayam," celetuk Sean lalu pergi begitu saja meninggalkan Nayla yang sudah mencebik kesal.

"Ih, Seaaan!!"

₩₩₩


Maaf guys, Just Sean akan slow update.

Aku sebel banget udah ngetik cerita ini sampe tamat malah ke hapus entah error atau gimana. Makannya aku bete banget buat ulang nulis cerita ini:(

Aku baru ada mood buat ngetik lagi sekarang. Jadinya aku baru post Just Sean lagi:(

Tapi aku akan nulis ulang pelan-pelan demi kalian;)

Have fun, guys;)

Dont forget to vote and comment.♡

JUST SEANWhere stories live. Discover now