JUST SEAN | 10

3.1K 378 65
                                    

'Akhirnya kamu paham, betapa menyenangkannya si pengganggu hidupmu ini.'

🍥 🍥 🍥

[Reda]


Nayla mendorong tubuh Sean.

"Na-Nayla ma-mau ke kelas." Gadis itu langsung keluar uks dengan jalan sedikit pincang, meninggalkan dua pria yang kini dalam suasana mencekam.

Sean melirik Brayen. "Sampe sini paham kalo Nayla milik gue?"

Awalnya rahang Brayen mengeras dan bahkan wajahnya kesal memerah, tapi ia mencoba lebih tenang. Brayen mendecih melirik Sean balik. "Tadi itu sepihak. Bahkan gue juga bisa lakuin itu,"

Tangan Sean mengepal. "Sampe lo lakuin hal yang sama gue lakuin ke Nayla tadi, gue gak akan lepasin lo."

"Liat aja, seberapa lama Nayla bisa tahan untuk suka sama cowok dingin kayak lo. Gue akan memperlakukan dia lebih baik dari lo, camkan itu." Setelah berujar begitu, Brayen pergi meninggalkan Sean.

Sean menendang ranjang uks saking kesalnya.

Membayangkan Nayla tidak menyukainya lagi? Shit, mengapa rasanya Sean sangat membenci hal itu.

£££

Bel pulang berbunyi, semua murid mulai berhamburan keluar sekolah dan segera pulang ke rumah mereka masing-masing. Begitu juga dengan Nayla.

Sayangnya, gadis itu bingung ingin pulang dengan siapa. Jenni dan Tata sudah pulang duluan, karna Nayla sendiri yang menolak di antar karna tak mau merepotkan walaupun mereka sudah memaksa.

Tiba-tiba seorang pria membopongnya masuk ke dalam mobil. Mobil yang sangat Nayla kenal. Mobil Sean.

Melihat Sean membuat Nayla teringat kejadian tadi di uks. Ia pun mengetuk keningnya mencoba melupakan ingatan itu.

Sean yang sudah duduk di kursi kemudi tak buka suara dan malah langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Awalnya Nayla juga hanya diam tak berani buka suara, tapi saat merasa dirinya tidak ke arah rumah Sean pun mulai kebingungan. "Kok gak ke arah rumah Sean?" Tanya Nayla yang tak dihiraukan oleh Sean.

"Sean, Nayla nanya.." ujar Nayla sambil menarik-narik seragam Sean agar pria itu manyahutinya.

Sean membuang nafasnya. "Om Geral nyuruh lo check up hari ini."

"Nayla gak mau, kenapa di percepat? Nayla takut di suntik kayak kemarin!" Pekik Nayla layaknya anak kecil.

"Harus. Lo harus mau kalo mau cepet-cepet sembuh."

"Sembuh?" Nayla tersenyum sumbang. "Apa masih ada kemungkinan Nayla sembuh?" Tanya Nayla yang tak bisa Sean jawab sama sekali karna pria itu pun juga tak tahu.

"Tuhkan. Sean aja gak bisa jawab." Lirih Nayla yang mulai meneteskan air matanya. "Nayla pengen kayak anak-anak lainnya, Sean. Mereka bisa pergi bebas jalan-jalan tanpa takut sama yang namanya kambuh. Mereka bisa ngelakuin aktivitas tanpa yang namanya check up rutin. Nayla capek.." Gadis itu mengusap air matanya yang semakin deras.

Sean tak bisa berkata mendengar semua lirih Nayla. Pria itu meminggirkan mobil.

Ia menghadap Nayla dan menangkup wajah cantik Nayla dengan kedua tangannya agar menatapnya. "Nay, lo harus sembuh. Justru lo harus semangat berobat supaya lo bisa beraktivitas kayak remaja pada umumnya. Lo harus denger apa kata gue. Bukan cuma Om Geral, gue juga berharap lo sembuh."

"Emangnya, Sean sayang sama Nayla?"

Sean menarik tubuh Nayla dan memeluk gadis itu.

"Gue sayang sama lo. Jadi jangan pernah bilang capek, ya?" Lirih Sean ditengah pelukan mereka.

"Sebagai?" Tanya Nayla serius.

Sean terkekeh lalu melepas pelukan mereka. Pria itu menarik hidung Nayla gemas. "Sebagai kucing kesayangan,"

"Kok kucing? Emang muka Nayla mirip kucing?!" Pekik Nayla tak suka.

"Haha, lumayan,"

"Ih, Sean jahat." Rajuk Nayla yang membuat Sean terbahak.

Tunggu, Nayla jadi teringat. Kan Nayla yang kemarin berujar akan menjauhi Sean. Tapi, bagaimana. Sekarang rasanya semakin sulit untuk menjauh dari hidup Sean. Bagaimana ini nasip Nayla yang sudah terlanjur jatuh sejatuh-jatuhnya pada Sean?

Nayla melirik Sean yang sudah kembali fokus menyetir. "Sean.."

"Hm?" Sahut Sean seadanya.

"Soal kemarin Nayla bilang gak akan ganggu Sean.." Nayla ragu berucap. "Boleh gak Nayla tarik?"

Sean terkekeh. "Emm, boleh gak ya.."

Nayla menunggu jawaban Sean hingga menunggu dengan menatap ekspresi pria itu.

"..Kayaknya di ganggu lo itu emang capek sih. Tapi udah terlanjur jadi rutinitas. Jadi tanpa di ganggu sama lo, hidup gue malah sepi." Ujar Sean dengan wajah seriusnya hingga membuat wajah Nayla berbinar cerah.

"Ja-Jadi kita baikan'kan?! Nayla bolehkan deket-deket Sean lagi?!!" Pekik Nayla senang sekali hingga membuat Sean terkekeh.

"Yeaaaaaayyyy!!!!" Girang Nayla layaknya anak kecil yang entah mengapa mampu membuat Sean ikut tersenyum dan ikut bahagia ketika melihat wajah ceria gadis itu.

Sean belum tahu apa yang ia rasakan pada Nayla. Yang pasti, Sean tidak suka melihat Nayla dengan pria lain, dan Sean bukannya tidak menyukai Nayla selalu mendekatinya,  hanya saja, Nayla terlalu kekanakan hingga membuat Sean terkadang kesal.

JUST SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang