#1 Playlist: Semoga, Ya

3.7K 330 69
                                    

Bangun pukul 05.00 WIB, sholat subuh, lalu bermalas-malasan hingga pukul 07.00 dan mandi, sudah menjadi kebiasaan Shelma semenjak ia menjadi wanita kantoran. Kalau di meja makan ada sarapan, biasanya Shelma akan dengan senang hati memakannya karena gadis itu tidak suka memulai hari dengan perut kosong. Tapi, apabila meja kosong, maka Shelma akan makan seadanya atau malah membeli roti dan susu di family mart yang ada di lantai dasar gedung tempat kantornya berada.

Shelma meneguk susu yang beberapa detik lalu ia tuangkan ke dalam gelas. Rumah Arumdalu jam segini memang masih sepi. Hanya dirinya dan Delyn yang sudah bangun karena harus siap-siap untuk ke kantor—dan juga Yoru, kucingnya Naresya yang sekarang sedang menempelkan dirinya di kaki Shelma.

"Pagi, Yoru. Makanannya udah abis ya?" Yoru mengeong, seolah sedang menjawab pertanyaan Shelma. Gadis itu mengulum senyum dan berjalan ke tempat makan Yoru yang memang sudah tak berisi lagi.

"Makan yang banyak ya, Yoru." ujar Shelma sembari menuangkan makanan Yoru ke dalam tempatnya.

Shelma menghela napasnya dan menoleh ke luar jendela. Suasana di luar sana masih sangat mendung—entah karena memang akan turun hujan atau matahari belum menunjukkan sosoknya.

"Males," gumam Shelma sambil mengelus punggung Yoru. "Males ngantor, Ru..."

Ada banyak hal yang Shelma sukai di kantornya. Pertama, ada Ansel yang akan selalu mencairkan suasana dengan guyonan konyolnya. Kedua, ada Raras—yang selalu Shelma dan orang-orang kantor panggil dengan 'Mbak Raras', karena sosoknya yang keibuan. Ketiga, enggak ada yang spesial, sih. Tapi, Shelma suka sekali meja kantornya yang tertata rapi dan menyeruput kopi di siang hari.

Dari banyak hal itu, ada beberapa hal yang juga Shelma tidak sukai. Shelma menyebutnya dengan, cewek-cewek rempong. Duh, kalau udah mikirin cewek-cewek rempong itu, Shelma rasanya ingin segera resign saja! Kalau bukan karena dirinya yang butuh uang, Shelma pasti sudah lama melakukan itu.

"Untungnya gue masih waras," Shelma menggelengkan kepalanya beberapa kali. Kalau ada stress management di kantor, sepertinya Shelma akan terus terang menjawab bahwa penyebab stress nya adalah ketiga cewek rempong itu.

"Pagi-pagi kok udah ngeluh sih, Kak Shel?"

Shelma yang sedang berjongkok di dekat Yoru, refleks menolehkan kepalanya ke asal suara—kepada Delyn yang baru saja keluar dari kamar mereka. Delyn berjalan ke arah kulkas, mencari sekotak susu dan menuangkannya ke dalam gelas.

"Enggak ada roti ya?" gumam Delyn. "Kayaknya kita harus belanja weekend ini,"

"Del, apa yang membuat lo semangat dateng ke kantor?"

Delyn yang berniat untuk kembali meneguk minumannya bergeming dan mengurungkan niat. Ia tampak berpikir sejenak lalu menatap Shelma. "Karena akhirnya ada yang terima gue. Terlebih orang-orang di kantor care banget satu sama lain. Jadi gue semangat banget kalau ke kantor."

Mendengar itu, Shelma malah menghembuskan napasnya. "Enak kalau kayak gitu."

"Lagian Kak Shel tuh, kalau udah capek, resign aja."

"Gue butuh duit," balas Shelma lalu kembali masuk ke kamarnya meninggalkan Delyn yang mengulum senyuman di wajahnya.

☘☘☘

"Welcome to another hell," Shelma menghela napasnya dengan berat dan melangkahkan kaki masuk ke dalam Plaza Palace—tempat di mana Scote, kantornya berada.

Menjadi karyawan di Scote sebenarnya menjadi suatu kehormatan bagi Shelma. Selain karena Scote merupakan perusahaan besar dan memiliki jenjang karir yang menjanjikan, Shelma juga sudah lama mengincar perusahaan ini sebagai tempat ia meniti karir. Beberapa bulan lalu akhirnya Shelma diterima bekerja di tempat ini sebagai staff back office dan mengharuskannya pindah ke Rumah Arumdalu.

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now