#21 Playlist: A Painful Wound

1.4K 202 43
                                    

Hujan turun dengan derasnya hari itu. Shelma, si ceroboh, terpaksa harus kembali ke sekolah untuk mengambil buku pelajaran Bahasa Inggris yang ia letak di dalam laci meja. Kebetulan, ia diberi pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan esok hari. Mau tak mau, Shelma harus menjemput buku itu.

Sekolah terlihat sangat sepi, dikarenakan hujan yang turun, maka tidak ada kegiatan ekstrakurikuler. Shelma hanya melihat Pak Sahid, Si Penjaga Sekolah yang terkenal akan keramahannya. Shelma berlari dengan pelan setelah ia menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga. Setelah berhasil mengambil buku, Shelma berjalan keluar sambil menghembuskan napas lega.

Namun sayangnya, senyum Shelma itu tak bertahan lama. Begitu pula dengan eratnya ia memeluk buku pelajaran di depan dadanya.

"Dari mana lo?" Cindy, kakak kelasnya bertanya dengan ketus.

"Ngambil buku," jawab Shelma dengan cepat, lalu berusaha untuk berjalan melewati Cindy. Namun, Cindy dengan cepat merentangkan tangannya di depan Shelma, membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

Cindy tersenyum miring dan mendorong Shelma dengan jari telunjuknya. Awalnya, hanya sekali dan pelan, namun berikutnya, dorongannya semakin kuat hingga Shelma harus mundur beberapa langkah ke belakang.

"Mau ke mana sih, lo, adik kelas? Buru-buru banget."

Shelma mengernyitkan dahinya, pelukan pada buku pelajarannya semakin erat. "Kak Cindy, apa lagi? Gue kan udah bilang... Gue enggak punya hubungan apa-apa sama Kak Fidel—"

"Alah!" bentak Cindy, kali ini mendorong Shelma kuat hingga tubuhnya bertabrakan dengan pembatas dinding di lantai tiga. Shelma membulatkan matanya, melirik dengan takut ke bawah. "Mau sampai kapan sih lo berlagak jadi anak polos, Shelma?! Lo bilang kayak gitu puluhan kali—tapi, apa?! Kemarin, lo pulang berdua bareng Fidel! Harus berapa kali gue bilang—FIDEL ITU COWOK GUE!"

Shelma sudah mulai ketakutan. Cengkraman Cindy pada kerahnya semakin kuat.

"Kak—harus berapa kali juga gue bilang?! Gue sama Kak Fidel enggak punya hubungan yang kayak gitu!"

"Bacot!"

Satu tamparan. Dua tamparan, berhasil Cindy daratkan pada wajah Shelma.

"Gue muak lihat muka sok polos lo!"

Shelma melirik kembali ke bawahnya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Sementara Cindy sudah terlihat sangat emosi. Selain kakak kelasnya ini dikenal dengan emosinya yang tinggi, Cindy juga nekat melakukan apa saja.

"Cindy, lepas! Lepasin dia!"

Shelma membuka matanya dan melihat Fidel berusaha menengahi, berusaha melepaskan cengkraman Cindy dari kerah Shelma.

"Gila lo, ya!" bentak Fidel lagi. "Lo gila! Stop kayak gini!"

"Oh, sekarang terang-terangan lo bantuin dia, Del?!"

Shelma memejamkan matanya pasrah, berharap dengan kehadiran Fidel dapat sedikit melunakkan hati Cindy—yang selalu merasa memiliki kekuasan di sekolah. Tapi, Fidel bukan pacarnya Cindy. Shelma tahu, saat ini, Cindy sedang kacau dengan segala sumpah serapahnya yang ia berikan kepada Shelma.

Namun, siapa yang sangka, kehadiran Fidel hari itu sama sekali tidak melegakan hatinya, karena ia berakhir melihat Fidel terjatuh dari lantai tiga karena menolong dirinya.

"KAK FIDEL!"

"KELUAR!"

Shelma membuka matanya dengan satu hentakkan begitu ia mendengar suara teriakan dari luar kamarnya. Peluh membasahi pelipisnya dan ia terduduk dengan napas yang tersengal.

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now