#15 Playlist: Gaharu atau Arjuna

1.3K 203 26
                                    

"Gimana... gimana kalau gue... sampai suka sama lo, Kak?"

Pernah tidak sih, kamu merasa tiba-tiba langsung mengerti dengan maksud seseorang padahal kamu mencoba untuk tidak memikirkan itu? Sedikit rumit, tetapi itulah yang sedang Gaharu rasakan sekarang.

Gaharu sudah terlalu sering mendapatkan kalimat yang sama dengan yang Shelma lontarkan beberapa detik lalu, bahkan sejak ia masih sekolah. Sebenarnya, saat Gaga bersikap baik kepada perempuan, ia melakukan itu dengan tulus tanpa ada maksud lain—atau seperti yang perempuan-perempuan itu bayangkan.

Harusnya, Gaga bisa saja langsung membalas ucapan Shelma seperti yang sudah-sudah ia lakukan sebelumnya. Namun entah kenapa, kepada Shelma, ia tidak sanggup melakukan itu. Lidahnya mendadak kelu, tubuhnya membeku, dan mendadak ia tidak tahu mau mengatakan apa.

Drrtt...drrttt

Gaga tersentak dan mengalihkan atensinya dari Shelma ketika handphone yang ada di dalam saku celananya bergetar dan mengeluarkan suara. Gaga merogoh handphone-nya dan melihat nama 'Mas Rangga' terpampang di layar benda itu.

"Mas Rangga, Shel." ujar Gaga lalu menatap Shelma lagi dan menunjuk handphone-nya. "Gue boleh angkat ini dulu?"

Shelma hanya mengangguk, membiarkan Gaga mengangkat telepon itu. Tak lama kemudian, Gaga kembali dan menatap Shelma lagi.

"Gue disuruh ke atas sama Mas Rangga karena masalah Saski. Lo mau ikut atau enggak dulu?"

"Enggak dulu," Shelma menggeleng pelan. "Gue masih sedikit shock."

Gaga tampak ragu untuk meninggalkan Shelma. Walau terlihat baik-baik saja, tetapi Gaga tahu Shelma masih butuh seseorang di dekatnya.

"Nanti pulang bareng gue,"

Shelma yang sedang memandangi pemandangan Jakarta dari lantai lima belas itu langsung menolehkan kepalanya kepada Gaga. Ia cukup terkejut dengan ucapan Gaga itu. "Hah?"

"Nanti pulang bareng gue aja. Mau ya?" kata Gaga dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.

Shelma mengernyitkan dahinya, menatap Gaga dengan bingung. "Kak, soal yang barusan gue bilang... dilupain aja." kata Shelma akhirnya. "Enggak ada maksud apa-apa kok. Soalnya lo baik banget sih sama cewek. Udah berapa banyak cewek yang lo baperin coba? Enggak baik tahu, kayak gitu terus."

"Gue juga enggak ada maksud baperin mereka," balas Gaga. "Tapi soal mau ngantarin lo pulang, gue ada maksudnya."

"Apa?"

Gaga tidak langsung menjawab pertanyaan Shelma. Ia terdiam dan tampak sedang berpikir. "Ada pokoknya. Udah ah, gue ke atas dulu. Pokoknya pulang sama gue ya."

"Thank you, next." balas Shelma dan tersenyum miring, lalu memutuskan untuk kembali menatap langit siang yang sedikit mendung itu.

Gaga tersenyum kecil, menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan Shelma sendiri di balkon lantai lima belas itu. Saat Shelma yakin ia sudah sendirian, kakinya yang sejak tadi menumpu keberanian langsung terjatuh dengan lemas. Napasnya yang sejak tadi tertahan kemudian terengah, seolah ia bisa kehabisan oksigen kapan saja.

Shelma memejamkan matanya dan berusaha melupakan apa yang tadi ia ucapkan kepada Gaga. Ia kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha keras untuk menampik perasaan sukanya kepada Gaga. Bagaimana pun juga, ia tidak boleh menaruh hati kepada seseorang. Shelma tak mau, kejadian dulu menimpanya lagi.

Shelma tak mau, ada Fidel lainnya lagi.

☘☘☘

"Shel, ke mana aja sih lo? Hampir sejam lo keluar." Ansel tahu-tahu muncul sebelum Shelma berhasil masuk ke dalam ruangan. Keningnya berkerut menandakan ia sedang cemas. "Lo ketiduran di Mushola?"

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now