#19 Playlist: More About You

1.3K 188 48
                                    

Besok adalah anniversary Scote. Sebagai salah satu panitia, Shelma sudah diharuskan untuk tiba di kantor sejak pagi. Maka dari itu malam ini, Shelma melakukan apa yang biasa ia lakukan di akhir pekan, agar hari minggunya nanti bisa ia gunakan untuk beristirahat.

Sembari melipat pakaiannya untuk diserahkan ke tukang laundry esok pagi, Shelma mengomel tidak jelas dan membuat Delyn yang sejak tadi sedang menatap laptopnya pun mengalihkan atensinya kepada Shelma dan melepaskan earphone yang ia gunakan.

"Emang ngadi-ngadi aja sih. Anniversary doang disuruh bawa pasangan? Ide siapa sih ini." Shelma kembali bergumam sehingga meyakinkan Delyn bahwa Delyn tidak salah mendengar saat ia sedang menggunakan earphone tadi.

"Kak, lo kenapa deh?" tanya Delyn akhirnya.

Shelma tersadar dengan monolognya sendiri lalu memukul pakaiannya yang telah tersusun rapi dengan kesal. "Ini. Besok kan anniversary-nya Scote, Del... Terus, undangannya tuh disuruh bawa pasangan. Buat apaan coba?"

Mendengar alasan mengapa Shelma sibuk menggerutu selama hampir semenit itu, Delyn hanya tertawa dan benar-benar meninggalkan kesibukannya di depan laptop.

"Gue pikir ada apaan gitu yang lebih penting."

"Hei, itu penting, Delyn Makaila Soediono." Shelma menyanggah dengan cepat. "Penting, karena gue enggak punya pasangan! Dan itu bisa melukai harga diri orang-orang yang enggak punya pasangan. Kok, mereka enggak pengertian ya?!"

Delyn semakin tertawa mendengar alasan yang Shelma berikan. Sekarang, ia benar-benar menjauhkan laptopnya dan lebih tertarik untuk melanjutkan percakapan dengan Shelma.

"Bukannya simple aja ya, Kak? Lo enggak perlu bawa pasangan. Kan enggak wajib."

Betul, sih. Shelma seharusnya tidak perlu memikirkan tentang membawa pasangan ke acara Scote itu. Teman-temannya—seperti Ansel dan Arjun juga berkata bahwa mereka tidak akan membawa pasangan. Marisha, kekasihnya Ansel tinggal di Medan. Dan Arjun, memang tidak memiliki siapa-siapa untuk dibawa.

"Iya sih.... Tapi..." Shelma menggantungkan ucapannya, merasa bingung mengapa dirinya harus sepusing itu tentang membawa pasangan ini. "Del... Gue boleh pinjem Kak Kendra aja enggak, sih?!"

"Hah?" Delyn terhenyak lalu sekon berikutnya ia tertawa puas. "Beneran, nih? Gue coba hubungin Kak Kendra, ya."

"Hei!" Shelma memekik kecil, membuat Delyn mengurungkan niatnya. "Malah diiyain... Gue bercanda tahu, Del."

"Kalau beneran juga enggak apa. Kak Kendra pasti mau nolongin."

"Aduuuuh... Enggak, enggak. Mau ditaruh di mana muka gue?" Shelma menghela napasnya dan kembali melipat pakaian-pakaiannya yang siap untuk disetrika.

Shelma mengambil satu pakaian dengan asal sembari menekuk bibirnya cemberut. Saat ia menatap sebuah jaket denim yang besar dan asing, Shelma terperangah sejenak sembari mengingat-ingat siapa pemilik jaket itu.

"Eh, jaket siapa tuh? Gue baru lihat." sahut Delyn.

"Sama. Gue juga baru lihat—ASTAGA!"

"Kenapa, kenapa?" tambah Delyn bingung.

"Astaga...." Shelma menghela napasnya dan memukul pelan kepalanya sendiri. "Sumpah, gue bego banget, Del."

"Kenapa sih?" tanya Delyn gemas.

"Ini tuh punya temen kantor gue—yang waktu itu ngantarin gue pas papinya Iris meninggal. Dan ini tuh udah semingguan? Duh... Bodoh banget, sih, Shel..."

"Ah... Cowok itu," Delyn mengangguk-angguk karena telah mengingat sosok Gaga yang mengantarkan Shelma saat papi Iris meninggal. "Nah, itu siapa? Lo kayaknya belum sempat cerita."

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now