#10 Playlist: Kenyataannya

1.4K 222 56
                                    

People said, do nothing and chill on Sunday, tapi tidak untuk seorang Shelma Laila Iswari. Walaupun ia tidak sebersih dan serapi Iris, Shelma juga tidak begitu suka sesuatu yang tidak rapi dan tidak dikerjakan saat itu juga.

Setelah selesai sarapan bersama anak-anak rumah Arumdalu, Shelma mulai mengerjakan pekerjaan rumah apapun yang bisa ia lakukan. Mulai dari menyapu, mengepel, dan bahkan menyirami bunga-bunga yang ada di rumah Arumdalu. Bunga-bunga tersebut sudah ada sebelum mereka menempati kontrakan ini.

Kata Naresya—yang lebih dulu tinggal di sini—pemilik rumah ini sangat menyukai tanaman. Jadi sebisa mungkin, merekalah yang harus menjaga tanaman-tanaman itu selayaknya perabotan yang ada di dalam rumah.

Saat sedang sibuk menyirami tanaman sambil bersenandung lagu kesukaannya, sebuah mobilio berwarna abu-abu berhenti di depan rumah. Shelma menanggalkan earphonenya dan menatap mobil itu agak lama. Tak lama kemudian, Iris berlari keluar dengan langkah yang buru-buru.

"Iris, jangan lari-lari." tegur Shelma karena merasa ngeri melihat gadis itu berlari dengan terburu-buru.

"Eh, Kak Shel, Iris pergi dulu ya." ucap Iris.

Shelma mengangguk. "Hati-hati ya. Kalau ada apa-apa jangan lupa ngabarin."

"Iyaa. Dadah Kak Shel. Nanti Iris bawain oleh-oleh!" serunya sambil keluar pagar dan masuk ke dalam mobil tersebut. Setelah memberikan klakson, Dito—temannya Iris menyapa singkat ke arah Shelma dan pamit untuk pergi.

Shelma tersenyum tipis dan hendak memasangkan kembali earphone ke telinganya ketika sebuah mobil lainnya berhenti di depan pagar. Si pemilik mobil menurunkan jendelanya dan Shelma tersenyum miring saat melihat wajah isengnya Ansel dan juga Raras.

"Ngapain sih pagi-pagi ke sini?" tanya Shelma.

Ansel dan Raras—yang berada di dalam mobil tersebut kemudian menaikkan lagi jendelanya dan turun dari mobil sambil terkekeh.

"Kita mau lihat Iris. Anaknya ada kan?" tanya Raras.

"Yah... Iris baru banget pergi ke gereja, Mbak, terus sekalian ke Bandung." jawab Shelma.

Ansel yang baru saja menutup pintu mobilnya untuk mengambil bungkusan plastik langsung menatap Shelma dengan kecewa. "Yah... apa pas-pasan tadi?"

"Pasti pas-pasan. Lagian ngide banget deh pagi-pagi ke sini." kata Shelma lagi.

"Ya udahlah enggak apa juga. Siapa aja yang ada di rumah?" Raras pun kemudian berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Ansel yang berjalan di belakangnya.

Shelma menggelengkan kepalanya lalu menyusul kedua orang tersebut yang sudah duduk di ruang tamu.

"Siapa aja nih yang di rumah?"

"Ada Eca sama Lana sih. Tapi lagi di kamar masing-masing. Enggak tahu pada ngapain." kata Shelma menjawab pertanyaan Ansel.

"Lana, Lana!" teriak Ansel, meneriaki nama Alana dengan nada seperti anak kecil yang ingin mengajak bermain temannya.

Tak lama kemudian, Shelma mendengar suara pintu yang ditutup dan Alana muncul tak jauh dari mereka—tapi saat sadar siapa yang memanggilnya, Alana langsung mundur beberapa langkah dan bersembunyi di balik dinding.

"Ih! Koh Ansel! Aku belum mandi!" seru Alana yang disambut gelak tawa dari Ansel dan juga Raras.

"Enggak apa. Tetap cantik kok." balas Ansel.

"Gombal banget lo. Masih pagi." tegur Shelma.

Ansel tertawa lagi. "Gue bawain makanan nih, Lan. Simpen aja buat nanti siang."

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang