#8 Playlist: Di Ujung Malam

1.4K 203 38
                                    

Shelma sudah bersiap-siap untuk menyalakan motornya ketika ia tersadar bahwa seharian ini, ia belum sempat melihat ponselnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi Shelma untuk selalu memasang handphonenya ke dalam mode senyap saat ia bekerja. Bagi Shelma, itu membantunya untuk fokus, tetapi tidak bagi orang lain.

Savira dan ibunya sering kali memarahi Shelma untuk tetap menyentuh handphonenya saat sedang bekerja dan Shelma akan selalu memberikan protesan kecil. Karena menurutnya, ibunya dan Savira selalu mengirimkan hal yang tidak penting. Contohnya, ibunya mengirimkan stiker-stiker yang ia buat sendiri lalu mengirimkan pesan yang kira-kira berbunyi seperti ini, "Ibu kreatif kan?" dan pesan-pesan tidak penting lainnya. Padahal, mereka tidak tahu saja anak bungsunya itu suka dibuat stres saat di kantor.

Shelma sudah akan membuka ponselnya, bermaksud untuk menanyakan kepada anak-anak Arumdalu apakah mereka punya titipan atau tidak. Biasanya, Alana senang menitipi Shelma sesuatu atau kadang Shelma yang berinisiatif sendiri untuk membawakan mereka makanan.

"Shel, kenapa lagi?" Tiba-tiba, suara Arjun mengudara. Shelma menoleh kepadanya, Shelma pikir lelaki itu sudah pulang.

"Kok lo masih di sini?" Alih-alih menjawab, Shelma malah bertanya kembali kepada Arjun.

"Nungguin lo pulang, baru gue pulang."

Shelma segera menggeleng. "Enggak usah. Gue bakalan lama ini. Mau nelepon anak-anak di kontrakan dulu. Mending lo duluan aja, Jun."

"Tapi—"

"Duh, udah, enggak usah dibikin ribet. Enggak ada monster juga di sini!"

"Monster..." Arjun bergumam lalu terkekeh pelan. "Ya udah deh. Hati-hati ya, Shel. Jangan lupa kalau mau belok, hidupin lampu sein."

"Heh, gue bukan ibu-ibu!"

Arjun tertawa lagi lalu menutup kaca helmnya. "Tapi kan, calon ibu-ibu." ujarnya lalu tersenyum. "Gue duluan ya."

Shelma balas tersenyum dan melihat kepergian Arjun. Setelah Arjun tak terlihat lagi, Shelma kembali menatap handphonenya. Ekspresi di wajahnya mendadak berubah menjadi bingung. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Delyn, Alana, dan juga Naresya. Tidak hanya itu, ada puluhan chat yang juga tidak terbaca olehnya dan chat itu berasal dari grup kontrakan dan juga personal chat dari Delyn.

Shelma segera membuka chat dari Delyn dan membeku ketika membaca isi chat tersebut.

Delyn: Kak, Papi Iris udah enggak ada. Gue sama Eca mau ke rumah duka sekarang. Lana udah dari pagi juga di sana nemenin Iris. Kalau lo lihat ini sekarang, nyusul ya? Ini alamatnya.

Shelma kemudian berusaha tenang walaupun kabar itu sangat mengagetkannya. Pantas saja, ia tidak melihat Delyn pagi ini saat ia terlambat bangun dan pergi ke kantor. Karena ia pikir ia akan terlambat, Shelma tidak bisa berpikir jernih kemana perginya Delyn tadi pagi.

Shelma mengutuk dirinya sendiri dan seketika sangat merasa bersalah kepada Iris. Shelma kemudian meninggalkan motornya dan berlari keluar basement. Ia tidak akan sanggup mengendarai motor untuk ke tempat duka karena letaknya yang lumayan jauh. Shelma bahkan tidak peduli dengan jaket kesayangan pemberian Savira yang tergantung begitu saja pada kaca spion motornya.

Shelma melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit. Ia kemudian berlari ke tepi jalan untuk memberhentikan taksi. Tepat pada saat itu pula, suara yang sangat tidak asing lagi di pendengarannya meneriaki namanya.

"Shelma!"

Shelma berbalik, terperangah dengan sosok Gaga yang ternyata masih berada di dalam mobilnya dan belum meninggalkan kantor. Gaga kemudian keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri Shelma.

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now