#38 Playlist: Belajar Untuk Memaafkan

1.2K 152 24
                                    

Sudah lama rasanya Shelma tidak berbelanja bulanan bersama penghuni Arumdalu. Shelma bahkan tidak ingat kapan terakhir kali pergi bersama mereka. Akhir-akhir ini, semua penghuni Arumdalu memang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Maka dari itu, berhubung semua penghuni sedang berada di rumah, Shelma langsung mengajak keempatnya untuk belanja bulanan menggunakan mobil Delyn.

Awalnya, Naresya dan Iris menolak. Mereka lebih memilih untuk menunggu di rumah saja. Tapi malam itu, Shelma lebih keras daripada biasanya sehingga mau tak mau, Naresya dan Iris pun menurut.

"Sabun cuci piring, buat cucian sama lantai. Habis semua." kata Alana yang berjalan di sebelah Shelma sambil menatap ponselnya yang berisikan benda-benda yang harus mereka beli.

"Mie instan jangan lupa. Susu dan sereal juga." Shelma menambahkan.

"Kita pisah aja gimana, Kak? Gue sama Iris ke makanan. Lo, Nares, dan Lana cari kebutuhan yang lain." ujar Delyn.

Shelma mengiakan. "Di-cek lagi ya."

"Oke." Delyn dan Iris pun memisahkan diri dari Shelma, Naresya, dan Alana lalu berjalan menuju rak makanan.

Alana mengambil satu troli dan mendorongnya di sisi sebelah kanan Shelma. Sementara Naresya berjalan di sisi kiri Shelma, sambil melihat-lihat sekitar.

"Ntar habis ini kita makan, kan?" Tahu-tahu saja, Alana menyahut.

"Lan, kita belanjanya aja belum mulai." balas Shelma.

"Habisnya, aku laper. Terus, syarat Kak Eca mau ikut juga kan harus makan makanan enak."

Naresya langsung mengernyitkan dahinya, tidak ingat mengatakan hal itu itu. "Kapan gue ngomong gitu?"

Shelma terkekeh. "Iya, iya. Habis ini kita makan enak."

"Wuih, Kak Shel kok baik, sih? Belum tanggal gajian perasaan."

"Suasana hati aku lagi bagus."

Alana yang iseng langsung menyenggol lengan Shelma beberapa kali. "Kenapa nih? Kenapa?"

"Kepo ah."

Alana tentu saja tidak semudah itu menyerah untuk mengganggu Shelma dan bertanya-tanya atas suasana hati Shelma yang katanya sedang bagus itu. Meski begitu, Shelma juga tidak semudah itu mengatakan alasannya dan hanya mengabaikan Alana.

"Aku juga coba cek ke kopi dulu ya. Kalian lanjut aja." ujar Shelma, memisahkan diri dari Alana dan Naresya.

Shelma menyusuri rak kopi untuk melihat kopi kesayangannya yang selalu tersedia di dapur Arumdalu. Kadang-kadang, Shelma juga membawa bubuk kopi itu ke kantor untuk ia seduh di pagi hari dan membiarkan Ansel, Raras, atau Arjun ikut meminum kopi yang ia bawa dari rumah.

Shelma itu memiliki kebiasaan meminum kopi dua hari sekali. Di pagi hari dan setelah makan siang. Di pagi hari, Shelma akan menyeduh kopi yang ia bawa sendiri dan untuk yang siang hari, ia akan membeli kopi di bawah. Atau jika persediaannya habis, Shelma akan membeli dua-duanya di lantai bawah.

Sebuah senyum lega muncul di wajah Shelma begitu ia menemukan merk kopi kesukaannya. Shelma mengambil beberapa kota dan bermaksud untuk menghampiri kembali Alana dan Naresya. Namun pada detik berikutnya, senyum Shelma tak terlihat lagi ketika netranya tanpa sengaja bertemu pandang dengan orang yang paling ingin ia hindari. Seseorang yang Shelma pikir, tidak akan pernah bertemu lagi.

Mendadak, Shelma tidak mampu menggerakkan kakinya di bawah sana. Jantungnya berdebar-debar. Ia kembali takut untuk berhadapan dengan Cindy setelah terakhir kali mereka bertemu. Padahal waktu itu, Shelma sudah berani untuk berhadapan dengannya. Akan tetapi setelah bertemu lagi, Shelma justru ketakutan dan teringat dengan masa-masa yang tidak menyenangkan itu.

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang