#36 Playlist: A Sorrowful Reunion

1.2K 160 27
                                    

Shelma terkadang takut, dengan kebaikan yang semesta berikan untuknya akhir-akhir ini. Bukannya Shelma tidak bersyukur. Hanya saja, ia merasa semuanya terlalu baik, terlalu indah, tanpa ada satu pun yang mengganggunya. Shelma takut, kebahagiaannya itu hanya sesaat dan semuanya hilang begitu saja, dirampas darinya.

Shelma memberitahu Ibu, Ayah, dan Savira tentang dirinya yang sekarang memiliki seorang pacar. Savira menjadi Savira yang biasanya, tentu saja ia menggoda adiknya itu. Serta Ibu yang tidak sabar untuk bertemu dengan Gaga dan Ayah yang cemas—takut, jika lelaki itu bukan lelaki yang baik untuk Shelma.

Shelma hanya tertawa mendengar kehebohan keluarganya saat ia menelepon mereka untuk mengabari itu. Shelma seolah melupakan sesuatu yang penting, yang harusnya tidak boleh ia lupakan.

"Ngelamun aja."

Shelma mendongakkan wajahnya, menatap lurus pada Gaga yang duduk di hadapannya. Hari ini hari Kamis dan Gaga mengajaknya untuk makan siang di luar kantor. Shelma tersenyum, membiarkan Gaga menatapnya dalam keheranan.

"Kamu mikirin apa?" tanya Gaga akhirnya.

Shelma langsung menggelengkan kepala. "Aku cuma khawatir."

Mendengar itu, Gaga meletakkan sendok di atas piring dan memilih untuk memusatkan atensinya kepada Shelma. "Kenapa? Kamu sakit? Ada yang gangguin?"

Shelma menggeleng lagi, kali ini diiringi dengan kekehan kecil darinya. "Malah, aku ngerasa bahagia banget dan itu bikin aku takut." tuturnya lalu memandang Gaga lagi. "Terlalu bahagia itu menakutkan."

Gaga langsung meraih tangan Shelma yang terletak di atas meja. "Hei, kamu enggak boleh mikir gitu. Ya? Ini semua nyata, kok."

"Aku tahu kok, ini nyata. Tapi ... rasanya aku kayak ngelupain sesuatu. Ngelupain Kak Fidel."

"Kalau kamu ngelupain dia, nama Fidel itu enggak bakalan keluar dari mulut kamu." ujar Gaga. "Kemarin, kamu ngomongin Fidel. Kamu bilang, dulu dengerin lagu Potret bareng Fidel. Beberapa hari yang lalu, kamu bilang Fidel suka bolu pisang. Aku sampai cemburu dengernya."

Shelma melebarkan senyumannya dan tertawa lagi. "Jadi ... enggak apa? Enggak apa ya, kalau aku kayak gini?"

"Enggak apa. Fidel juga pasti enggak mau lah, kamu sedih-sedih." Gaga tersenyum. Kata demi katanya berusaha keras untuk meyakinkan Shelma. "Aku malah penginnya, kamu banyak-banyak sayang sama diri kamu sendiri, Shel. Biar aku aja yang kasih kamu rasa sayang banyak-banyak."

Shelma refleks mendorong tangan Gaga dan menatapnya sebal. "Ih, tuh kan! Gombal mulu."

Gaga tertawa puas. "Siapa yang gombal, sih? Orang itu beneran ngomongnya." Setelah tawanya mereda, Gaga kembali melanjutkan makan siangnya. "Oh iya, weekend ini ikut aku pulang ke rumah Papa, ya?"

"Ngapain?"

"Papa ngajak makan siang bareng sekaligus mau kenalan sama kamu."

Mendadak, Shelma tidak berselera makan. Selain Shelma yang memberitahu keluarganya, Gaga juga mengabari Darian bahwa ada seseorang yang ingin ia kenalkan. Darian yang terlalu senang langsung meminta Gaga untuk membawa Shelma ke rumahnya pada akhir pekan ini.

Tidak seperti Gaga yang biasa saja, Shelma tentu saja panik. Shelma tidak tahu harus bersikap seperti apa jika berkenalan dengan Darian nanti. Bagaimana kalau Darian tidak menyukainya? Bagaimana kalau ternyata Darian sudah menyiapkan seseorang untuk Gaga? Bagaimana kalau—ah, Shelma langsung membuang semua asumsi sinetron dari benaknya dengan menggelengkan kepala.

"Takut, Kak." gumam Shelma pelan. Meski pelan, Gaga masih dapat mendengar itu dan membuatnya tertawa.

"Kenapa takut, sih? And one more thing, mau sampai kapan kamu panggil aku Kakak? Aku pacar kamu bukan Kakak kamu."

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang