#4 Playlist: Is It The Answer

1.7K 235 58
                                    

"Nah, udah sampai."

Shelma diam-diam merasa kecewa, begitu ia sadar kalau ia sudah di depan Rumah Arumdalu. Sesaat, ia berharap Rumah Arumdalu jaraknya tidak begitu dekat dengan Scote sehingga ia bisa berlama-lama di dalam mobil bersama Gaga dan membicarakan tentang lagu kesukaan mereka.

Shelma melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya lalu bersiap-siap untuk meninggalkan mobil saat Gaga tiba-tiba menyerahkan handphone miliknya kepada Shelma. Shelma menatap benda itu dengan bingung dan menatap Gaga lagi.

"Follow spotifay gue dong," kata Gaga.

Shelma termangu sejenak sebelum akhirnya tersadar dan mengambil handphone Gaga lalu mengetikkan username spotifay nya ke dalam aplikasi itu. Setelah itu, Shelma mengembalikan handphone milik Gaga dan tersenyum kepadanya.

"Ntar gue followback ya,"

Gaga tersenyum dengan puas lalu meletakkan handphone nya pada konsol tengah. "Dengan gini kalau lo dengerin lagu baru, langsung gue masukin ke playlist."

"Kalau gitu gue juga," balas Shelma dan Gaga menanggapinya dengan tertawa, menunjukkan lesung pipinya dan membuat Shelma tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat itu. "Thanks, Kak. Udah nganterin gue lagi."

Gaga hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata. Suasana tiba-tiba menjadi hening. Menyadari itu, Shelma segera membuka pintu mobil dan melangkahkan kakinya keluar.

"Shel," panggil Gaga, membuat Shelma memutar tubuhnya dan menatap Gaga. Lagi-lagi, lelaki itu mengulum senyum. "Lo tahu kan posisi gue di kantor itu apa dan gue enggak bisa diem aja setelah sadar sama kerjaan-kerjaan mereka yang setengahnya lo yang kerjain. Kayak pergi fotokopiin dokumen mereka lah, atau bantuin tiap akhir bulan lah."

Shelma terperangah sejenak. Terkejut karena Gaga mengetahui semua itu. "Lo... kenapa bisa tahu, Kak?"

"Inget enggak pertama kali kita mulai sapa-sapaan waktu enggak sengaja ketemu di depan lift?"

Mendengar ucapan Gaga, memaksa ingatan Shelma ke hari itu, hari di mana ia dan Gaga tiba-tiba jadi sering berselisihan jalan. Entah itu saat ke toilet, ruang fotokopi atau di kantin. Padahal, ruangan HR itu ada di lantai atas staff back office.

Hari itu, Shelma bertemu Gaga di depan lift, saat ia tengah membawa tumpukan dokumen milik Atika dan Leta dari lantai bawah, tepatnya dari customer service.

"Eh, siapa nih?"

Shelma yang sedang kesusahan membawa beberapa dokumen itu berusaha mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja menyapanya. Tapi hal itu malah membuat dokumen-dokumen itu terjatuh dan barulah Shelma dapat melihat orang yang ada di depannya. Gaga, si laki-laki paling populer di kantor.

Shelma tidak sempat membalas sapaannya. Perempuan itu langsung mengumpulkan dokumen yang berserakan di lantai dan menyusunnya kembali.

"Sini, gue bantuin." kata Gaga sembari mengambil setengah dokumen. "Kok lo sendirian sih bawa dokumen sebanyak ini? Dan ini bukan punya lo."

"Iya. Tadi Kak Atika sama Leta nitip waktu gue mau ambil ke bawah, Kak." jawab Shelma seadanya. Gaga melirik perempuan itu sekilas, Shelma menghela napasnya panjang.

"Kalau yang kayak gini lain kali minta tolong security aja antar ke atas, Shel. Lo cewek. Enggak bisa bawa segini banyaknya. Atau lo bisa minta tolong Ansel."

Shelma, yang tidak sadar dirinya sedang dinasehati malah terkekeh pelan. "Enggak apa kok. Gue tadi emang mau ke bawah. Jadi sekalian aja."

Gaga tidak membalas ucapannya dan Shelma pun memilih untuk diam. Shelma bukanlah orang yang mudah untuk membuka konversasi, apalagi dengan orang yang sangat jarang ia temui di kantor. Kalau sudah berurusan dengan HR pun, Shelma lebih memilih berkomunikasi dengan Wulan. Karena menurutnya, Gaga itu sangat sulit untuk ia dekati.

Playlist : He's Just Not Into YouWhere stories live. Discover now