#9 Playlist: Terasa Dekat

1.4K 207 43
                                    

Setelah izin untuk makan siang sebentar dengan Irma—manajernya, Shelma membawa makan siang yang diberikan Arjun dan Gaga ke balkon lantai lima belas. Balkon itu lumayan luas, jadi Shelma tidak akan merasa ngeri untuk menikmati makan siangnya di sana. Selain itu, tempat ini selalu digunakan oleh Ansel—dan geng sebatnya untuk merokok.

Shelma selalu suka menghabiskan waktu di sini dan juga atap gedung. Karena selain dapat menikmati angin yang sejuk, ia juga senang memandangi pemandangan dari atas sana.

Shelma membuka makanan milik Arjun dan Gaga secara bergantian. Ia terperangah ketika membuka kedua makanan tersebut—yang ternyata sama persis. Ia kemudian terkekeh pelan. Kok bisa sih?

"Emangnya habis kalau sendirian?"

Shelma mendongak dan melihat Ansel menghampirinya dengan rokok yang sudah terselip di mulutnya. Shelma mengernyit, ia paling tidak suka saat Ansel merokok di dekatnya.

"Iya iya. Gue enggak nyebat kok. Tadi buat izin sama Mbak Irma doang." Ansel menyengir. Ia kemudian menurunkan pandangannya dan terheran melihat kedua makanan yang sama persis. "Kok bisa sama sih ini?"

"Mana gue tahu," Shelma mendengus, mengambil sendok plastik yang tersedia dan memberikan sebuah lagi kepada Ansel. "Gue enggak akan habis sendirian sih, Sel. Bantuin ya?"

"Dengan senang hati." Ansel tersenyum dan langsung menyuapkan makanannya dengan lahap. "Iris gimana, Shel?"

"Ya gitu deh... sedih lihatnya." Shelma mendadak muram, teringat bagaimana Iris menangis tadi malam.

"Ntar gue main deh ke kontrakan. Udah lama juga enggak main." balas Ansel. "Terus, lo kenal Arjun dari mana? Dia kenapa perhatian banget sama lo?"

"Itu loh, waktu ke Taman Safari. Yang gue ajakin lo buat jadi supir."

Mendengar itu, Ansel malah tertawa. "Aduh, maaf ya. Gue capek banget karena party semalaman."

"Enggak ada yang nyuruh lo party semalaman." Shelma mendengus kesal. Shelma masih ingat dengan jelas bagaimana Ansel membalas chatnya subuh itu dengan banyak typo di setiap typingnya.

"Jadi, siapa yang jadi supir waktu itu?" tanya Ansel lagi.

"Kak Kendra." jawab Shelma. "Terus, gue ketemu Arjun di sana, waktu gue lagi nungguin Delyn di toilet. Kita sama-sama lagi nungguin kopi. Daaan, gue malah berakhir ngobrol soal lagu sama si Arjun. Gue juga enggak nyangka dia jadi anak magang di sini."

"Lo diem-diem kecewa karena dia lebih muda dari lo ya?" Ansel tersenyum jahil, yang langsung dibalas pukulan ringan di lengannya oleh Shelma.

"Enak aja!"

Ansel terkekeh. "Tapi, kayaknya dia naksir lo deh. Kelihatan jelas."

Shelma tidak mau berkomentar soal yang satu itu, karena berteman dengan Arjun sudah sangat membuatnya senang. Siapa yang tidak senang bertemu dengan orang yang mempunyai kesamaan dalam musik? Kalau ditanya apakah Shelma tertarik untuk mengenal Arjun lebih jauh lagi, Shelma tentu saja akan sangat tertarik.

"Apaan sih. Enggak ah." balas Shelma akhirnya lalu melahap makanannya lagi.

"Dan yang satu ini dari siapa sih?"

"Dari Kak Gaga,"

"HAH?"

Sesuai dugaan Shelma, Ansel sudah pasti akan terkejut mendengar jawabannya. "Kok bisa? Lo sedeket apa sama Bang Gaga?"

Shelma terdiam sejenak, lalu meletakkan sendoknya di atas meja dan menatap Ansel lekat. "Kak Gaga tahu gue rada dibully sama Mbak Atika dan yang lain. Seminggu yang lalu gue lembur karena si Saski—"

Playlist : He's Just Not Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang