Bab 17

186 9 0
                                    

Badan Kirana tak berhenti gemetar.

"Kirana lu engga papa?" Dela kawatir.

"Engga papa," kedua tangan Kirana berada di kantong jaket.

"Mau pake jaket gua engga?" Tanya Dela.

"Engga usah engga papa,"

"Serius?" Kirana mengangguk. Dela mengambil tangan Kirana, setidaknya bisa menghangatkan tubuh wanita itu walau hanya sedikit.

"Tangan lu dingin banget,"

"Tangan lu hanget banget, enak," Kirana tersenyum, hangat tubuh Dela bisa dirasakan.

---

Eza menatap langit, dan tangannya terulur Mengecek rintikan air.

"Masih gerimis," kata Eza. Adrian mengangguk.

"Dingin," Adrian merasakan hembusan angin sejuk yang menyeruk ke wajah mulusnya. Ah. Jadi teringat.

Kirana tadi bilang kalau dia engga kuat dingin

"Lu bawa jaket lagi engga?" Adrian menoleh.

"Bawa, jaketnya satu lagi di tas,"

"Nanti pinjem ya" mata Eza beralih ke tubuh sahabatnya.

"Buat apaan? Kan lu udah pake, jaket lu hanget lagi," Eza meraba lengan yang menyelimuti Adrian, sepertinya Adrian tidak perlu lagi meminjam jaketnya karena jaket Adrian tampak lebih hangat dibanding punya nya.

Tatapannya beralih, wajah Adrian terlihat menyimpan sesuatu, mata Eza menyipit, menyadari sesuatu "Buat Kirana ya?" wajah Eza menginterupsi Adrian.

Mata Adrian tidak berkutik, kenapa mesti diperjelas jika sudah tau jawabannya. Memang temannya ini sangat suka membuat orang lain merasa terjebak dalam situasi yang bernama 'cinta'.

"Pokoknya gua pinjem," kata Adrian sekali lagi, kata-katanya tidak menjawab pertanyaan Eza.

"Jadi ketua OSIS kita," Eza menggantungkan kata-katanya, Adrian menatap Eza menantikan apa yang selanjutkan dilontaarkan.

"Sedang mengkawatirin seseorang?" Eza berbicara setengah berbisik, ditambah senyumnya yang benar-benar ingin sekali Adrian tinju wajahnya kemudian mental ke ujung bumi sampai bibirnya Eza menjadi rata.

"Sebagai ketua OSIS yang baik ya gua harus bertanggung jawab menjaga ketertiban seluruh peserta dan panitia, jangan sampai ada yang sakit atau terluka, dan kalau ada masalah pun pasti yang ditubruk pertama kan gua, emang gua salah kalau mengkawatirkan peserta? Engga kan?" Eza tersenyum kemenangan, yes, dia berhasil membuat sahabatnya ini menjadi salah tingkah, jika Adrian tidak menyimpan sesuatu atau merasa pertanyaan yang Eza ucapkan tidak ada yang salah, kenapa mesti menjawabnya dengan terbelit-belit. Lelaki itu sangat tau siapa Adrian , meski tanpa lelaki itu berkata apapun.

Adrian langsung berdiri "Udah ah, gua mau ke Aula, acaranya udah mau dimulai," Adrian berjalan tanpa menghiraukan.

"Eh, monyet, jawab dulu, woy, jangan tinggalin gua,"

---

Adrian dan Eza masuk ke dalam aula. Sudah dipenuhi oleh para peserta dan panitia. Mata Adrian berlari ke seseorang. Kirana. Sedang mengobrol dengan Dela, sesekali menggidik.

Benar ternyata. Dia kedinginan.

"Ka Eza, ke podium sekarang," kata Vina.

"Iya bawel," Eza memang seperti itu bercanda nya.

Kenapa dia pake jaket tipis banget si, udah tau engga kuat dingin. – Andrian

Mata Adrian masih menetap.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now