Bab 26

174 9 0
                                    

Sedari tadi Adrian tidak mengangkat panggilannya. Kemana lelaki itu? Apakah sesibuk itu sampai teleponnya diabaikan? Atau apa ada hal lain?

"Eh, tadi di ruangan OSIS lu liat ada orang engga?" tanya Oliv ke Yunita.

"Ada kayaknya,"

Oliv tahu kalau Adrian hari ini ada rapat, karena tadi Adrian bilang kalau ia tidak bisa menganternya pulang, Oliv sengaja tidak langsung pulang karena ingin memantau. Ia tidak mau lelaki itu kena ganjenan wanita lain, especially Kirana.

"Mau liat Adrian ya?" Oliv mengangguk. Ia harus mengecek. Rasa penasarannya sudah diujung tanduk.

"Gue kesana dulu ya,"

Oliv berjalan keluar, kelasnya berada di lantai dua, dari sudut korior ia mengintip gerombolan anak-anak yang familiar berkumpul di depan ruang OSIS.

Matanya masih belum menemukan. Apa lelaki itu ada di dalam ruangan? Langkahnya mendekat sampai ke depan ruangan yang dimaksud. Orang-orang disana sedang asik bercanda sampao tidak menyadari kehadirannya.

Saat ia ingin memegang handle pintu, tiba-tiba seseorang menghalangi,

"Ngapain?" tanya Naya dengan tatapan tajam. Oliv menghela napas. Ia tahu banget, Naya ini adalah salah satu fans Adrian yang sangat sering cari muka.

"Bukan urusan lo," Oliv menghempas kemudian kembali memegang gagang pintu.

"Ini urusan gue juga, kalau lo mau masuk ke ruangan OSIS, lo harus izin sama gue," nada Naya naik satu oktaf. Oliv tertawa sarkas, kenapa orang ini selalu mengikut-campuri urusannya.

"Gue kakak kelas disini, jangan songong dan sok sok ngajarin gue deh, baru jadi OSIS aja belagu, dasar bocil," matanya berputar malas.

"Lo pikir, karena lo kakak kelas disini lo bisa berbuat seenaknya aja? Gitu?" Naya tidak takut dengan statusnya. "Kakak kelas yang baik itu mengajarkan adik kelasnya yang baik juga, termasuk masuk ke ruangan OSIS dengan sopan," Naya menang atas perdebatan mereka. Oliv memancarkan kemarahan, Naya menyunggingkan senyum miring.

Ini area OSIS, yang berarti ini area Naya bukan Oliv, kalau sampai Oliv berbuat macam-macam terhadapnya, pasti kemenangan itu akan berpihak pada Naya.

Dengan kesal, Oliv menjambak rambut Naya, Naya mengaduh kesakitan, ia tidak terima mendapat perlakuan seperti ini. tangannya pun meraih rambut Oliv dengan cepat.

---

Setelah membeli dua rim kertas a4, Adrian melihat ada sebuah kedai kopi tepat disebelah toko. "Ngopi dulu ya," ajak Adrian, Kirana mengekori.

"Pesen apa?"

"Kopi susu," Kirana mengeluarkan uang.

"Lu cari tempat aja,"

Ka Adrian traktir? –Kirana.

Tanpa pikir panjang, Kirana mengikuti, Adrian datang membawa dua cup.

"Makasih," Adrian mengangguk.

Ini kedua kalinya. Hanya, Adrian dan Kirana. Terakhir kali mereka berhadapan saat Adrian mewawancarai wanita itu.

"Gua ke toilet dulu ya," kata Adrian. Lelaki itu mengeluarkan dompet dan handphone. "Gua titip ini," Kirana mengangguk.

Adrian menghilang. Mata wanita itu mengitari seluruh kafe. Konsep nya cozy dan kekinian, mempunyai daya Tarik tersendiri, apalagi untuk yang suka nongkrong pasti suka dengan suasana ini.

Dret..dret.. Ada panggilan masuk. Kirana melirik.

Oliv

Angkat atau engga? Kalau ia angkat, hari ini Kirana sedang tidak ingin beradu mulut, dan Kirana memutuskan untuk mengabaikan. Itu lebih baik.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now