Bab 21

197 11 0
                                    

Dela masuk. Matanya langsung terfokus ke seseorang yang sedang terbaring.

"Kirana," Dela berlari kecil.

"Lu dari mana aja? Lu engga papa kan? Gua kawatir banget tau," Kirana tertawa kecil, menekuk badannya.

"Gua engga papa ko," kata Kirana. Raut wajah Dela berubah.

"Tadi Ka Adrian ya yang nemuin lu?"

"Ko lu tau?"

"Tadi ka Adrian ke aula, terus dia dengan bangganya bilang 'tunggu'," Dela memparodikan apa yang Adrian lakukan tadi. "Gua yang menemukan Kirana," Kirana memperhatikan Dela. "Ternyata dia bisa jadi keren itu, gua engga percaya,"

Benarkah Adrian melakukan itu? Kirana jadi teringat tadi. Kalau tidak ada Adrian, Kirana tidak bisa membayangkan bagaimana nasib nya. Sendiri, kedinginan, tersesat di antara pohon-pohon asing. Mengingatnya saja sudah mengerikan.

Cara Adrian menatap Kirana. Laki-laki yang hampir tiap hari ia rutuki, ternyata bisa selembut itu memperlakukan wanita. Untuk pertama kalinya, mereka tidak beradu mulut, hanya percakapan ringan yang selalu mengundang senyum.

Ah.. Senyumnya. Tidak tau bahwa hanya membayangkannya saja sudah membuat bibir Kirana ikut tersenyum.

---

Pukul 07.30 a.m

Adrian melihat seseorang pergi membawa tas.

Huh

Menghela napas. Baru hari pertama disini, sudah banyak sekali masalah. Oliv meletakkan tas ke bagasi lalu masuk ke dalam taksi. Tanpa menoleh ia langsung masuk ke dalam mobil itu. Adrian yakin, setelah ini pasti akan ada masalah lagi.

Eza datang, menepuk pundak Adrian. "Oliv pulang?"

"Kalau diem-diem aja kan engga seru," sahut Adrian. Eza tertawa.

"Emang lu doang yang engga bisa engga ada masalah," kata Eza.

"Lu tau sendiri kehidupan gua gimana," Adrian menertawakan dirinya. Eza menepuk pundak Adrian.

"Ini bahu berat banget, lebih berat dari ngangkat beton,"

Iya benar. Beban yang berada di bahunya sangat berat, jadi salah satu caranya adalah dengan Adrian harus kuat. Kuat bertahan dalam keadaan apapun.

"Makanya gua kirim seseorang buat ringanin," kata Eza.

Adrian mengerti maksud Eza. Kirana. Ternyata mampu membuat senyum ini terukir lagi. "Berhasil kan?" Tanya Eza penasaraan.

"Lu kira ujian berhasil," Kaki Adrian berbalik menuju aula.

"Sukses engga usaha gua buat lu bahagia?" Eza mengekori dari samping. "Jawab dulu dong, sukses engga?"

Adrian berhenti. Bukannya tidak mau menjawab. Hanya saja terlalu dini untuk bilang, tapi dalam lubuk hatinya, ia tau jawabannya.

"Jawab gua, berhasil engga?" Adrian menghadap Eza.

"Iya berhasil," Eza menonjok udara.

"Yess," katanya dengan semangat.

Berhasil. Wanita itu mengembalikan senyum Adrian lagi.

---

"Kirana ayo cepetan," Dela keluar teras.

"Tunggu," Kirana membenarkan sepatu sambil berdiri.

Mereka sudah terlambat. Semoga tidak kena hukuman. Kirana dan Dela berlari ke aula. Melihat sudah banyak antrian panjang.

"Terlambat kita," Dela dan Kirana berdiri di dekat pintu.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now