Bab 4

265 21 0
                                    

---

Setelah Bu Dita pamit, ketiga kakak kelas masuk kembali.

"Pada bawa buku semuanya kan?" Tanya Exel.

"Bawa ka," jawab serentak.

"Dibuka bukunya, bikin kotak-kotak, satu halaman empat kotak, total bikin dua puluh kotak," Semua mengeluarkan dan menuruti perintah Exel.

"Lima menit," kata Naya. Mereka menggaris dengan buru buru.

Waktu lima menit dipergunakan Kirana sebaik mungkin.

"Kotak nomor satu," kata Naya.

"Tunggu ka," sahut yang lain.

"Cepetan," Yang lain mengejar ketinggalan.

"Adrian Evano, Hilmi Prayoga," Naya membacakan satu persatu anggota OSIS dari jabatan paling tinggi.

"Kirana, nanti gua liat ya," kata Gilang. Kirana mengangguk.

Tring..tring..tring.. Bel istirahat pertama

"Waktu istirahat dipergunakan dengan baik ya, kalo mau makan jangan terlalu lama karena waktu untuk minta tanda tangan engga banyak," kata Adam.

"Iya ka," jawab berbarengan.

"Ada yang mau minta tanda tangan engga sekarang?" Tanya Naya. Teman teman Kirana berhamburan untuk mengantri.

"Ayo, ayo," Dela menepuk lengan Kirana, ikut berbaris, setelah menunggu kurang dari lima menit, Mereka menyodorkan buku ke Adam.

"Kalau mau minta tanda tangan kalau bisa bareng bareng sama yang lain," tangan Adam aktif mencoret.

"Emang kenapa ka?" Tanya Dela.

"Kadang suka aneh permintaan nya kalau bareng bareng kan jadi engga malu," Adam meraih buku Kirana.

"Iya nanti bareng sama yang lain," kata Kirana. Kirana beralih ke Naya. Naya tidak berbicara apa apa, tapi tangannya menanggapi.

Dalam hati Kirana bingung, kenapa kakak ini sangat sensitif terhadap nya.

"Makasih ka," kata Kirana. Tidak ada tanggapan. Wanita itu menggeser ke Exel.

"Tadi diapain sama ka Adrian?" Tanya Exel penasaran.

"Dihukum," jawab Kirana.

"Dihukum apa di cium?" Exel tersenyum usil. Mata Kirana melotot. Pertanyaan macam apa itu? Mana ada kakak OSIS mencium Peserta MOS? Tidak ada pernah Kirana dengar sekalipun.

Exel tertawa kecil melihat reaksi Kirana. "Bercanda, bercanda," dalam hati Kirana, itu tidak bukan bercanda, mana ada bercanda seperti itu. Kirana tersenyum paksa.

"Tadi gua yang dapet hukumannya," sahut Adam.

"Maaf ya ka, jadi ka Adam yang kena hukuman," kata Kirana tidak enak hati.

"Belom apa-apa udah kena hukuman, gimana kelanjutannya nanti," kata Naya sinis.

"Engga papa ko, itu juga bukan salah Kirana," kata Adam mengalihkan, Kirana menghela napas menahan kesal, sabar Kirana, sabar Kirana. Exel selesai menandatangi buku Dela.

"Kalian boleh pergi," Adam melihat Kirana yang sudah tidak berlama-lama.

"Makasih ka," kedua wanita itu berjalan menjauh.

"Ka Naya sinis banget," sahut Dela. Wajah Kirana terpampang kesal mengingat raut wajah Naya yang seperti ingin ditonjok rasanya.

"Sabar, sabar," Dela menempuk pundak Kirana. Ia tau banget jika ia posisikan menjadi Kirana. "Kita mulai dari siapa ni?" Tanya Dela, ia mau Kirana fokus ke hal lain. Mata Kirana mengitari.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now