Bab 28

172 8 0
                                    

Kirana sedang duduk di teras. "Gimana hubungan lu sama Adrian? Udah jadian?" Kepalanya terangkat saat seseorang datang.

"Jadian gigi lu peyang," kata Kirana sewet. Kakaknya itu mengambil duduk di sisinya.

"Mungkin dia belum berani kali," kata ka Gilang.

"Engga mungkin gua sama dia, lagian dia juga udah punya pacar," Ka Gilang menoleh, matanya sedikit melebar.

"Serius?"

"Hm-hm,"

"Engga percaya gua,"

"Yaudah kalau engga percaya, terserah," Kirana menaikan suaranya kesal. Ia mengatakan apa yang dicurigainya sejak awal, kalau memang itu tidak benar, Kirana pun tidak peduli, yang terpenting adalah ia bisa jauh-jauh dari buaya Samudera itu.

"Lu ngomong kaya gitu karena lu takut Adrian engga suka sama lu kan?" Ka Gilang menatap interogasi. "Lo takut lo cuman dianggap adik kelas biasa aja kan?" tambahnya.

Kirana menatap sebal. "Mau dia anggep gua temen ke, kacung ke atau adik kelas nyebelin ke, gue tetep engga peduli," itulah Kirana, berkata seolah-olah ia bisa tidak terjadi apa-apa padahal ada.

"Gini deh, mana ada cowok malem-malem nganterin cewek terus mau diajak makan sama keluarganya ke rumah tuh cewe abis itu bercanda-bercanda sama keluarganya?" Kirana mencerna kata-kata seseorang disampingnya itu. "Coba lu pikir, kalau tuh cowo emang engga ada rasa sama lu, mana mungkin dia mau ngelakuin itu,"

Apa benar yang dikatakan ka Gilang? Adrian mau menunjukan keberadaannya ke keluarga Kirana karena mempunyai rasa kepada wanita itu?

Ka Gilang menyadari Kirana sedang memikirkan apa yang ia katakan. Adiknya ini terbungkus dengan keberanian tapi nyatanya didalamnya ada keluguan, entah itu polos atau ia sengaja untuk tidak peka terhadap sekitarnya.

"Engga usah pura-pura bego atau pura-pura polos," Kirana mengercitkan kening.

"Dih, ngapain gua pura-pura bego, kalau gua tau dari awal gua pasti larang dia dateng,"

Ring..ring..

Ponsel Kirana berdering. Pembicaraan mereka terputus, bukan, lebih tepatnya pertengkaran. Tangannya meraih lalu memencet tombol hijau.

"Halo, Kirana proposal buat Bu Umi kirim ke gua sekarang ya, soalnya besok gua mau kasih,"

"Kenapa engga besok aja lang?" Kakaknya itu merasa terpanggil.

Aa... Jadi bahan ledekan nih. Kebetulan sekali nama temannya dengan kakaknya sama. Ka Gilang sangat kesal jika Kirana tidak memanggilnya dengan embel-embel kakak, katanya si 'songong'

"Besok gua pagi-pagi banget sebelum bel mau ngasih ke bu Umi, gua takut engga ketemu lu,"

"Lu sendiri ngasihnya, Gilang?" Kirana menekan kata 'Gilang'. Ka Gilang mengerutkan alis, emosinya mulai tidak stabil

"Iya gua sendiri,"

"Oh, oke, gua langsung kirim ke lu sekarang, tunggu ya Gilang," lagi lagi Kirana melakukan itu.

Dalam hati Kirana tertawa. Jarang-jarang buat kakaknya marah.

Rasain. Kesel kan lu. - Kirana

Kirana menutup telpon. Matanya melirik ke kanan. Sepasang bola mata mengarah padanya dengan aura kemarahan. Tepat seperti dugaannya. "Lu sengaja ya?" Kirana menggeleng polos.

"Engga, temen gua ini namanya Gilang, bukan ngarah ke lu," Ka Gilang menarik rambut Kirana sampai kunciran rambutnya berantakan.

"Aa," Kirana mengaduh kesakitan. Gilang lari ke dalam. Kabur. Pasti akan ada sorakan maut.

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now