Bab 13

234 10 0
                                    

Dela berlari ke kantin, kepalanya beralih ke kanan, menghampir. Kirana mengumpat dibalik kedua tangan diatas meja. "Bodoh, bodoh, bodoh," suara samar-samar yang Kirana ciptakan. Dela yang ingin menanyakan apakah Kirana sudah memesan makanan atau belum, tidak jadi.

"Lu kenapa?" Dela memegang lengan Kirana. Kepala Kirana menegak, wajahnya tidak bisa dideskripsikan dengan kata kata. Dela duduk di depan Kirana. "Ada masalah apa? Perasaan tadi muka lu masih normal," kata Dela. Kirana membenarkan anak rambut yang berantakan.

"Tadi ka Adrian nyamperin gua,"

"Dia nyamperin lu?" Tanya Dela. Kirana mengangguk pelan. "Dia tadi nyamperin gua juga buat wawancara OSIS personal gitu," kata Dela.

Bisa ditebak, wawancara Adrian dengan Dela pasti pembicaraan nya normal sekitar motivasi mengikuti OSIS atau semacamnya itu.

"Gua pikir dia engga nyamperin lu karena kejadian kemarin," Dela tertawa kecil. "Eh, Dia nanya apaan aja ke lu? Gua penasaran," Dela memajukan wajahnya, antusias. Kirana menghela napas berat.

"Tadi dia bahas tentang gua nembak dia waktu itu," Mata Dela melotot kaget.

"Demi apa? Lu yang mancing dia bahas itu?" Kirana menggeleng cepat.

"Dia sendiri yang ngomong duluan," Kirana menghela napas panjang. "Tuh kan bener, bukan gua aja yang masih inget kejadian itu, dia juga," Kirana membenarkan omongan. Dela merapihkan duduk, tertawa kecil.

"Iya ya, ternyata kejadian itu membekas di hati ka Adrian, Jangan jangan dia geer lagi sama lu," kata Dela. Kirana menggidik.

"Jangan jangan sampai, gua engga mau punya pacar kayak gitu," Kirana memutarkan bola matanya.

"Hati-hati loh kadang hati suka engga hati-hati," goda Dela diiringi tawanya. Kirana memukul lengan Dela.

"Eh lu udah pesen makanan belum?" Kirana menunjuk mie yang ada di sampingnya.

"Engga napsu gua lanjutinnya," kata Kirana lesu.

"Kapan lu makannya?" tanya Dela.

"Tadi pas lagi wawancara didepan ka Adrian, biarin aja tuh orang gua bikin ngiler," kata Kirana kesal.

"Serius makan didepan ka Adrian?" Tanya Dela kaget. Kirana mengangguk. Dela menepuk tangan.

"Emang cuman lu doang yang bisa engga sopan sama ketua OSIS," Kirana tertawa.

---

Mereka berjalan menuju kelas. Tiba-tiba seseorang datang. "Kirana," Kedua wanita itu menoleh. Kirana memutar bola matanya. "Gimana lu pasti Dateng kan?" Tanya Eza.

"Engga tau, kayaknya besok gua pergi,"

"Pergi ke tempat pelatihan pasti," Kirana memutarkan matanya.

"Engga, pergi ke tempat yang jauh, sangat jauh, ke ujung dunia," sahut Kirana kesal, raut wajah Eza berubah.

"Gua udah perjuangin lu untuk masuk OSIS, engga semua anggota OSIS setuju dengan peserta yang lulus tanpa seleksi, masa lu engga hargain gua banget," tatapan Eza sedih. Kirana menghela napas panjang.

"Siapa suruh lu masukin gua," sahut Kirana.

"Gua engga mau tau, lu harus dateng, titik," lelaki itu pergi. Dela memperhatikan Eza.

---

Kirana keluar dari kamar mandi, wangi menyeruak ke seisi ruangan. Tangannya masih aktif mengeringkan rambut. Sebuah pesan masuk. Kirana mengecek siapa yang menghubunginya jam sembilan malam ini.

Hai Kirana, besok mau makan malem bareng aku engga? –Adam.

Adam mengajaknya jalan? Kebetulan besok Kirana tidak ada acara, apa salahnya menerima?

KIRANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now