Bab 8

224 11 2
                                    

Ini hal tergila yang pernah Kirana lakuin semasa hidupnya selama enam belas tahun. Adrian diam melihat lurus wanita itu dengan penuh tanya. Seluruh warga sekolah yang berada di ruangan itu diam, menatap ke arah Adrian lihat. Dela dan teman-temannya kaget melihat Kirana yang berdiri. Wanita itu berjalan menghampiri Adrian.

Astaga, ada apa dengan gua? – Kirana.

"Kirana ngapain?" Tanya Gilang bingung.

"Bukan Adrian yang gila, tapi Kirana yang gila," Dela menggeleng, tersenyum tak menyangka.

Tadi wanita itu dengan jelas menolak, tapi ternyata Kirana akan menembak Adrian tepat di penutupan Masa Orientasi Sekolah.

Kaki Kirana melangkah menaiki tangga. Pandangan Adrian tidak putus. Wanita itu menghela napas panjang, ia meyakinkan dirinya sediri.

Di tepi ruangan, Eza menatap wanita itu tidak percaya. Wah. Kejutan yang sangat mengejutkan. Fix. Wanita ini menarik.

"Ngapain tuh?" tanya Vina penasaran.

"Engga tau," jawab Adam yang juga memperhatikan podium.

"Bakal rame ni," sahut Exel tertawa.

Lalu,

"Ka," Kirana menatap Adrian lurus. "Mau engga jadi pacar saya?"

Deg.

Semua orang berisik. Benarkah kata-kata itu terucap di bibir Kirana?

Eza tersenyum puas. Wanita itu memenangkan taruhannya.

Satu ruangan meneriaki mereka. Tidak akan menyangka kejadian ini akan terjadi saat ketua OSIS sambutan. Adrian pun tidak pernah membayangkan akan di tembak oleh adik kelas yang masih berpakaian cupu di tengah orang banyak.

"Terima," beberapa orang menyahut. Bahkan guru-guru menatap aneh dan takjub oleh keberanian wanita itu.

Adrian memajukan wajah untuk mendekat ke mic. Dengan tegas, ia bilang, "Engga,"

Deg. Ditolak.

Nyes. Kirana menutup mata.

Beberapa orang tertawa. Eza sudah tau pasti Adrian akan menolak mentah-mentah dengan satu kata yang sangat menyakitkan orang yang mendengar. Apakah benar wanita unik ini akan melakukan apapun demi keinginannya? Sebegitu inginkah Kirana untuk masuk OSIS?

"Balik ke tempat," kata Adrian lagi.

Malu. Malu. Malu. Setengah mati. Kirana menghela napas berat. Semua warga sekolah tau betapa terinjaknya harga diri Kirana. Bukan. Tapi Kirana menginjak harga dirinya sendiri.

Wajah Adrian datar, tapi dalam hati menyimpan tanda tanya. Tidak mungkin wanita itu melakukan ini tanpa alasan, pasti ada sesuatu sampai akhirnya Kirana berani meminta menjadi pacarnya padahal Adrian sudah berulang kali bersikap kasar.

"Maaf semuanya, saya lanjutkan lagi,"

---

Kirana menepuk kepala berulang kali. Sudah kesekian kalinya ia menyalahkan dan menyesali segala hal yang ia lakukan.

"Ahh," decak kesal Kirana. "Bodoh banget si lu Kirana, Kenapa mau aja ngelakuin itu," Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Mengguling ke kanan, mengguling ke kiri berharap bisa amnesia sejenak.

Tok..tok..tok..

Mama masuk ke kamar.

"Gimana tadi hari terakhir MOS?" Mama duduk di sisi kasur. Kirana duduk dengan wajah frustasi.

KIRANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang