Bab 37

197 8 0
                                    

Seseorang dari perwakilan Pramuka datang.

"Ini ka orangnya," kata Vina memperkenalkan ke Adrian tetapi lelaki itu masih terfokus ke Kirana. Vina menoleh ke arah yang sama.

Ngeliatin Kirana nyanyi? - Vina

"Ka Adrian?" Vina melambaikan tangan.

Lelaki itu mengerjap. "Iya?" Ia bahkan tidak tau ada seseorang datang karena saking terpakunya.

"Ini orangnya,"

"Masuk dulu yuk,"

Adrian menyempatkan melirik. Hatinya mengenali dan bertekad untuk membawa wanita itu kembali ke genggamannya,

---

"Gimana ka?" Tanya Kirana.

"Keren banget" Eza memberi jempol. Kirana tersenyum bangga. Ia lega sudah menyelesaikan dengan baik.

"Engga nyangka gadis yang gua temukan punya suara seindah itu, Kenapa engga bilang punya bakat nyanyi si?" Tanya Eza.

"Ya kali gua pamer,"

Seseorang melangkah mendekat. Adrian. Tubuhnya sudah tidak tahan untuk bertemu dengan wanita itu. Dari dulu ia menunggu. Mereka menyadari kehadiran Adrian. Senyum wanita itu perlahan pudar.

"Tadi liat engga Kirana tampil? Keren banget," kata Eza semangat. Kirana ikut senang melihat orang lain juga senang bisa menikmati suara nya.

"Bagus, suaranya indah," Lelaki itu masih speechless.

"Makasih," Kirana tanpa ekspresi, Adrian mengangguk

"Adrian," Ketiga orang itu melirik kearah yang sama.

"Ikut aku," kata orang itu datar.

Adrian tau, pasti Oliv juga menyadari siapa pemilik suara satu tahun lalu yang membuat hubungan Adrian dengan dirinya semakin merenggang. Tanpa kata Adrian mengekori Oliv ke taman dekat parkir. Kirana dan Eza hanya menatap.

---

"Suara itu milik Kirana kan?" Adrian mengangguk datar.

"Kamu udah tau lama?" Adrian menggeleng.

"Baru tau," katanya tenang.

Oliv berjalan satu langka mendekat.

"Kalo sampai kamu dekat sama Kirana lagi, aku akan mengambil tindakan lain," Adrian menghela napas. Ia mulai kehabisan kesabaran.

"Lo mau ngancem gue apa lagi?"

"Aku cuman mau mempertahankan hubungan kita," Adrian menggeleng.

"Dari awal kita tau, hubungan kita ini engga serius, dan,-"

"Aku engga pernah berpikir seperti itu, aku setuju untuk bertunangan sama kamu bukan karena paksaan,"

Adrian mengeraskan kedua rahangnya. Emosinya tak tertahankan.

"Dulu lu bilang, hanya menganggap ini main-main," Oliv kelabakan. Ia ingat perkataan nya. Tapi sekarang tidak begitu. "Kenapa kata-katanya jadi berubah?"

"Iya itu dulu, sekarang engga, aku nganggep hubungan kita serius," Adrian menggeleng.

"Dari awal sampai sekarang, gua tetap tidak akan mau pertunangan kita diadakan," Adrian pergi meninggalkan Oliv.

"Adrian," panggil Oliv. Orang-orang memperhatikan mereka. Adrian tidak menggubris. Oliv menghentakkan kakinya kesal.

---

Pukul 14.00. Acara sudah selesai.

Dela dan Kirana sedang makan siang. Tadi mereka belum sempet karena acaranya begitu meriah dan perutnya sampai lupa untuk diisi.

"Tadi suara lu bagus banget," Kirana terkekah. "Gila, gua engga nyangka lu punya bakat terpendam gitu," kata Dela lagi.

"Lu pernah ikutan kompetisi nyanyi gitu engga si,"

"Pernah dulu sekali pas SD," Mereka duduk setelah memesan.

"Kenapa?" Tanya Dela penasaran.

"Malu, engga pede gua," Dela memukul pundak Kirana.

"Suara bagus gitu dibilang jelek, sok merendah deh lu," Kirana tersenyum malu. "Merendah untuk meroket,"

Seseorang membawa dua piring. "Monggo di makan,"

"Makasih mbae," Orang itu pergi.

Kirana dan Dela mengambil alat makan dan mulai fokus ke makanan mereka masing-masing.

"Kirana," panggil seseorang. Wanita itu menoleh.

"Gila, artis kita," Hilmi duduk disamping. Kirana tersenyum kecil. "Keren banget loh tadi,"

"Gua tau," kata Kirana, tangan nya aktif menyuap.

"Idih, sombong," kata Hilmi dengan mimic jijik.

"Tadi lu yang bilang bagus," Kirana membela diri.

"Gue tarik omongan gua," kata Hilmi.

"Idih, plin plan lu,"

Kata-kata Adrian untuknya. Ternyata di dunia ini tidak hanya Kirana yang mempunyai sifat itu.

"Lu makan apaan Del?" Tanya Hilmi.

"Kwetiau mbae," kata Dela.

"Enak deh kayaknya," Hilmi ngiler melihat kedua orang itu makan.

"Pesen aja ka," kata Dela.

"Gua pesen juga deh," Hilmi berdiri dan pergi. Dela dan Kirana melanjutkan makannya.

"Tas lu masih di ruang OSIS kan?" Tanya Dela.

"Masih,"

Tiba-tiba seseorang datang. Mata Dela dan Kirana menoleh ke arah yang sama.

"Kirana," kata Oliv datar. Seperti nya ada yang salah. Ada apa Oliv datang? Dan dengan wajah yang tidak bisa diartikan baik.

"Ikut gua," kata Oliv lalu pergi. Kirana tau pasti ini ada hubungannya dengan Adrian. Wanita itu meletakkan alat makannya.

"Kirana," panggil Dela kawatir, ia tidak mau sahabatnya itu berurusan dengan nenek lampir.

"Lu disini aja, lanjutin makan," Kirana berdiri, ia tidak mau Dela kawatir dengannya.

"Tapi makanan lu belum abis," kata Dela. Kirana pergi.

---

Oliv membawa Kirana ke belakang sekolah. Adrian tidak mau mendengarkan nya. Itu membuat Oliv murka, dan ditambah satu fakta baru lagi tadi, kalau Kirana dari dulu atau pun sekarang memang penghalang untuk membuat Adrian bisa membuka diri kepada Oliv.

"Kirana, lu tau kenapa gua nyeret lu kesini?" Kirana diam. Ia tau jawabannya. "Jangan genit sama pacar gua,"

What? Genit? Siapa yang genit sama pacarnya?

"Gua tau lu dari awal tujuannya mau ngerebut dia dari gua kan? Adrian bukan tempat lu untuk ngejablay,"

Apa? Ngejablay?

Kirana tidak percaya kata-kata itu keluar dari wanita yang ia pernah anggap baik. "Dia milik gua, dan akan seperti itu selamanya," Kirana menatap tajam.

"Gua engga pernah ada niatan buat ngerebut dia dari lu, kalau lu mau dia, silakan ambil, gratis," Oliv tertawa sarkas.

"Jangan munafik, gua tau kejelekan lu,"

"Gua kasian sama ka Adrian, punya pacar berhati jahanam," Oliv menatap tajam.

"Maksud lu apa?" Kini giliran Kirana.

"Gua engga heran kenapa dia pergi,"

---

KIRANA (COMPLETED)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin