Tugas saya selesai

13 2 18
                                    

Mungkin saat hatiku masih sayang
Salahku memutus cinta
Dan kini ku menyesal
Rindu hanya di dalam hati~

  - Rindu dalam hati 🎶




.
.
.



°•°•°•°


Lilis terus menatap lengannya yang sedari tadi masih mengeluarkan darah, tetesan cairan berwarna merah itu berhenti keluar ketika Aron menutupnya dengan kain kasa dan juga kapas.

Laki-laki itu meniup lengan Lilis beberapa kali dengan mimik wajah khawatir ketika mengusapkan sedikit alkohol di sana pada beberapa menit yang lalu.

"Sakit gak?" ia hanya menggeleng menjawab pertanyaan yang dilontarkan Aron barusan sembari terus memutar sedikit tangannya untuk melihat pada bagian yang terluka.

Sebenarnya luka itu tidak terlalu besar. Namun bisa dibilang cukup dalam ketika mereka mencabut beberapa pecahan kecil yang tertancap di sana dari vas tersebut.
Buktinya saja mereka berdua hampir menghabiskan satu kotak tissue hanya untuk menghentikkan darah tersebut.

Aron beranjak dari tempatnya setelah menaruh kotak p3k tersebut kembali ke dalam laci meja belajar Lilis dan merebahkan dirinya dikasur gadis itu.

Melihat Aron yang kini berada disampingnya. Lilis mengikuti apa yang dilakukan laki-laki itu dan menatap pada langit-langit kamar dengan warna biru dongker tersebut.

"Lain kali kalo mama ngelempar barang gitu lagi dilawan, Lis," ucap Aron sembari memiringkan tubuhnya ke kanan untuk menghadap ke arah Lilis.

Gadis itu tertawa kecil. "Lawan gimana coba? Yang ada nanti bukannya baik-baik aja tapi lo malah ketemu jasad gue. Mau?"

"Enggak lah bego. Ngomong ngada-ngada lo." Hampir saja tangan Aron mengenai jidatnya jika saja Lilis tidak lebih dulu mengambil bantal sebelum laki-laki itu lebih dulu menjitaknya.

Tawa miliknya makin keras ketika merasa berhasil membuat Aron kesal hanya karena kata-kata miliknya. Hey dia hanya bercanda, sungguh.

"Ketawa lo."

"Suka-suka gue lah." Tawa yang sedari tadi terus menjadi itu kini reda, tepat ketika salah satu topik kini muncul di dalam benaknya begitu saja.

"Gue kirain lo tadi fc gara-gara mau nanya soal video yang gue kasih."

Merasa tahu akan kemana arah pembicaraan ini. Aron membuka kembali matanya yang sempat terpejam tadi. Laki-laki itu menghela nafas panjang. "Kenapa emang?"

"Ya, gak kenapa-kenapa. Lo gak liat pacar lo asik banget sama mantannya kayak gitu? Kalo gue sih ya.. Kalo gue nih jadi lo, gue bakal negur dia sih."

"Emang lo gak ada ikutan nimbrung sama obrolan mereka waktu itu?" bukannya menjawab seperti yang diinginkan olehnya, Aron malah mempertanyakan hal lain.

Tapi mungkin tidak apa, karena
gadis itu seperti sangat menikmati akan hal yang tengah dibahas sekarang.

"Gak ada, gue nyimak doang sambil nungguin Aksa balik dari toilet."

Melihat Aron yang kini beranjak dan duduk disisi kasur, Lilis hanya memejamkan matanya dengan santai.
Dia tau bahwa kakak laki-lakinya itu kini mulai tersulut emosi.

"Soal cari ganti? Itu bener?" Tepat sasaran. Aron benar-benar bertanya akan hal yang dia inginkan.

Otaknya memutar dengan cepat pada kejadian beberapa hari lalu. Ketika dia tengah bersama dengan Yudha dan bercerita bahwa Elina seperti meminta bantuan dirinya untuk mencarikan gadis itu laki-laki dari anak musik yang dia kenal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now