Kepercayaan

16 5 28
                                    

🎶: Ending scene (IU)

.
.
.



°•°•°•°

Gadis itu geming, ucapan yang baru saja dilontarkan Aron seolah benar-benar membuatnya kehabisan kata-kata dalam sekejab.

Semua yang telah dia pikirkan di dalam kepalanya buyar begitu saja ketika wajah itu menatap padanya dengan tatapan nyalang dan tajam, namun satu hal yang dia tahu saat menyelam lebih dalam pada sorot mata tersebut...

...ada kekecewaan disana.

"Gue liat dipostingan Aksa, kenapa?kaget?"

Kepalan tangan Elina mengerat disamping tubuhnya, gadis itu mati-matian menahan air mata yang terus memaksa keluar ketika tanpa sadar kepalanya terus menunduk.

"Wow, sama mantan dong."

"Pantes gue ditolak waktu ngajak jalan kemarin."

Elina mengangkat kepalanya tepat ketika laki-laki itu bertepuk tangan sembari tertawa hambar. Terlihat jelas alis gadis itu tertaut heran ketika mendengar kalimat terakhir dari apa yang diucapkan Aron barusan.

"Nolak? Sorry tapi ini gak ada hubungannya sama aku nolak kamu kemarin."

"Masa? Yaudah sih, lagian juga lo keliatannya seneng-seneng kan?"

"Maksud kamu apaan sih? Aku tau aku salah disini, tapi kamu gak bisa ngenilai aku seenaknya gitu aja tanpa dengerin dari sudut pandang aku, Aron!"

"Dengerin apalagi? udah jelas kenyataannya gitu." Aron mengalihkan pandangannya pada sekitar seolah memang enggan menatap balik pada gadis itu yang kini balas menatap tajam padanya, terlihat jelas bahwa hanya mereka berdua yang berada di Koridor sore itu.

"Lo baru aja nyimpulin sesuka hati lo atas apa yang gak bener-bener lo liat secara langsung, Aron. Altezza. Gunanjar," tekan Elina pada tiap kata-kata terakhirnya.

"Terserah."

Tidak ada jawaban lebih dari Aron, kini yang terdengar hanya suara derap langkah kaki laki-laki itu yang semakin lama semakin terdengar pelan ditelinga Elina.

Gadis itu hanya diam ditempatnya dengan detak jantung yang tidak berarturan sedari tadi, bahkan air mata yang dia tahan kini tumpah begitu saja ketika dia menolehkan kepalanya pada punggung Aron yang semakin menghilang pada ujung koridor.

"Sialan!" umpatnya.

Kepercayaan? Apa yang kalian pikirkan saat kata itu terlintas dipikiran kalian?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepercayaan? Apa yang kalian pikirkan saat kata itu terlintas dipikiran kalian?

Bukankah suatu hubungan memang harus memiliki hal tersebut untuk bisa tetap terus bertahan? Lalu apa gunanya jika dalam suatu hubungan salah satunya menolak hal tersebut secara mentah-mentah?

Memikirkannya saja benar-benar membuatku muak.

Aku tidak menyangkal atas apa yang Aron katakan padaku saat beberapa jam yang lalu.

Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now