Mengakhiri

22 6 32
                                    

🎶: The last night (Huh Gak)

.
.
.



°•°•°•°

"Gimana kalau gue nyaman sama lo?" Tubuhku tersentak atas pernyataan yang dilontarkannya begitu saja.

"Nya–nyaman?" satu anggukan dengan yakin diberikan oleh Aron untuk mengiyakan pertanyaanku barusan, dia hanya diam dengan wajah yang lebih tenang sembari menunggu mulutku melontarkan jawaban, berbeda dengan diriku yang benar-benar merasa canggung dalam sekejap.

Aku menghela nafas panjang dan menatap lekat pada iris mata dengan warna hitam pekat tersebut.

"Gue–" belum selesai mulutku mengucapkan jawaban yang ingin ku lontarkan, seseorang lebih dulu membuka pintu Rooftop lalu memusatkan pandangan miliknya padaku dan Aron.

"Gue nyariin lo Ron, tuh dicari sama anak basket di bawah, penting katanya," ucap laki-laki itu lalu melangkah mendekat dan menggenggam pergelangan tanganku.

Hanya terdengar helaan nafas panjang Aron sebelum sang empunya kini membalikkan tubuh lalu berjalan keluar dari Rooftop.

"Kok bisa di sini?" Aku menatap heran pada laki-laki satu ini dengan intonasi yang sedikit menuntut atas sebuah jawaban.

"Nyari kamu lah, terus kebetulan anak lain tadi liat kamu jalan ke arah sini sendirian."

"Katanya sibuk?" maaf, tapi memang hanya itu yang ingin ku ucapkan setelah melihat Dino yang tiba-tiba datang setelah jarang menampakkan dirinya di depanku dalam beberapa minggu terakhir.

"Maaf, jangan ngambek gitu, nanti cantiknya hilang." Tangan Dino mengusap lembut kepalaku sembari tersenyum hangat seperti biasanya.

"Ayo ke Kantin makan bareng, mau?" anggukkan dengan semangat ku berikan padanya saat itu juga.

"Ayo," ucap Dino.

Baru saja kakiku melangkah masuk pada area Kantin, seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang yang digerai begitu saja datang ke arah kami berdua ketika iris matanya menemukan sosok yang kurasa tengah dia cari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Baru saja kakiku melangkah masuk pada area Kantin, seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang yang digerai begitu saja datang ke arah kami berdua ketika iris matanya menemukan sosok yang kurasa tengah dia cari.

Bahkan tanpa memperdulikan keberadaanku, dengan cepat dia menarik lengan Dino sembari berbicara tergesa-gesa agar Dino mengikuti dirinya.

Entah apalagi hal penting yang tengah dimaksud oleh wakil dari ketua OSIS satu ini.

"Din, lo harus ikut gue sekarang!" pintanya masih dengan intonasi seperti tadi.

"Sepenting itu Ser?" tanya Dino pada Serlin yang tengah mengangguk.

Apa mata gadis ini berfungsi dengan baik?

"Iya, jadi ayo bur–"

"Gak bisa nanti aja? Dino mau makan, dia belum makan daritadi," potongku memotong ucapannya, dan sukses mengalihkan perhatian mereka berdua yang sedari tadi masih saling sahut tentang persoalan ini.

Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now