I'm Yours

22 4 33
                                    

🎶: Love again (NCT dream)


.
.
.



°•°•°•°

•Flashback on•

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah untuk pulang sesegera mungkin, tubuhnya benar-benar butuh istirahat.

Namun belum tepat pada tujuan yang diinginkannya, Elina tampak memberhentikan langkah setelah mata gadis itu mengunci pandangan pada seseorang yang sibuk dengan kotak dan beberapa bola yang berserakkan di sekitarnya.

Sontak terlintas diotaknya untuk membantu orang tersebut muncul begitu saja ketika mendekati gadis dengan rambut bervolume itu.

"Biar gue bantu," ucapnya, terlihat gadis itu hendak menolak ucapan Elina karena takut merepotkan, namun Elina lebih dulu menyangkalnya dan terus-terusan memasukkan beberapa bola tersebut ke dalam kotak.

"Gapapa udah, biar cepet kelar."

"Makasih ya...E-Elina?" Sahut gadis itu sembari menebak dan sedikit menyipitkan matanya untuk membaca nama yang tertera dibaju seragam milik Elina.

"Sama-sama, lain kali hati-hati ya."

•Flashback off•

Rangkaian ingatan tersebut secara tidak sengaja terputar dikepalaku.

Setelah seharian memaksakan untuk mengingat tentang gadis itu, kini malah secara mudah muncul begitu saja ketika aku tidak sedang memikirkannya.

Apa-apaan.

Ya...gadis di ruang OSIS itu, Viona.

Pantas saja jika kurasa wajahnya memang tidak asing, ternyata diriku pernah berinteraksi dengannya.

"Lin." Kepalaku sontak menoleh ke samping kanan dimana sang pemilik suara berjalan.

Aron, laki-laki itu sedikit menggigit bibir bawahnya dan menghindari kontak mata denganku disaat menghentikan langkah kaki miliknya.

Dia tampak sedikit...ragu?
Entah ada apa dengannya.

Ah iya jangan lupakan Lilis dan Yudha yang telah pulang lebih dulu, tetapi kurasa pasangan satu itu sebenarnya mereka tidak langsung pulang.

Biar kuberi tahu sedikit, mereka telah menjalin hubungan sejak beberapa hari lalu, namun baru saja mengungkapkannya padaku dan Aron.

Yang benar saja.

Baiklah mari kembali ketopik.

"Kenapa?" sedikit kumiringkan kepalaku untuk menatap pada mata miliknya dan mengunci pandanganku disana.

Perlahan mata itu juga berotasi menatap mataku lekat.

"Gue suka sama lo."

Sudah kuduga.

"Iya gue tau," ucapku dengan intonasi santai seperti biasanya.

Tapi aku bersungguh-sungguh bahwa aku memang sudah menduga hal ini sebelumnya.

"Gimana ini?" keningku sedikit berkerut ketika mulutnya melontarkan pertanyaan tersebut, gimana? entah apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki satu ini.

"Apa yang gimana Aron?"

Baiklah, aku tidak mengerti.

"Ah gak peka lo Lin."

"Dih kok nyalahin gue?"

"To the point aja lah," ucapnya lagi sembari menarik pelan kedua tanganku dan menggenggamnya perlahan.

Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now