Coklat

87 41 28
                                    

Aku memperhatikan Jejey yang kini menulis apa saja yang harus dibeli dan dilakukan untuk di Rumah Lala malam ini dari banyak pendapat yang barusan terlontar oleh para mulut mereka.

Bell sekolah yang berbunyi dan menandakan saatnya jam pelajaran terakhir akan dimulai sebentar lagi membuatku dengan yang lainnya sontak menghentikan apa yang tengah kami kerjakan sekarang.

"Kalau gitu biar ini aja yang bakal kami beli nanti." Jejey menyimpan catatan itu kedalam saku bajunya setelah mengatakan hal tersebut.

"Nanti kalo udah balik sekolah beli masing-masing aja makanan yang belum Jejey masukkin list, terus bawa kerumah Lala," ucapku membuat mereka menganggukkan kepala dan beranjak meninggalkan kantin satu persatu, lalu melangkahkan kaki kearah kelas sebelum akhirnya para guru pengajar berada disana.

Baiklah mari habiskan jam pelajaran ini sebelum bersenang-senang.


•••

Kakiku melangkah pelan kearah dapur sembari membawa tas kecilku yang berisikan sedikit pakaian setelah mencium aroma masakkan yang menyebar luas dan berasal dari sana.

"Nasi goreng."

Wanita paruh baya tersebut menoleh sembari tersenyum ketika mendengar suaraku yang ada di belakangnya.

"Makan dulu baru kerumah Lala."
Dirinya terus sibuk memotong beberapa bahan mentah untuk dimasak lagi agar menemani menu nasi goreng hari ini.

Aku mengangguk dan mengisi nasi goreng pada piring yang ku ambil dari lemari piring disamping.

"Kenapa? Ada masalah?" Dia bertanya ketika aku mulai ingin menyuapkan pelan makanan itu kedalam mulutku.

"Gak ada bun gak ada." Kekehanku membuatnya tersenyum dengan sedikit lega sekarang.

Mungkin akan kuceritakan nanti, atau mungkin tidak perlu.

"Kalau gitu habisin buruan, keburu dingin." Lagi-lagi aku hanya mengangguk dengan senyum diwajahku dan kembali terfokus pada layar ponsel yang sedari tadi menampilkan puluhan notif chat dari grub chat.
Hingga tanpa kusadari tanganku kini menyuapkan suapan terakhir makanan yang ada dipiringku.

Aku berniat untuk duduk lebih lama sebentar tetapi kurasa niatku pupus begitu saja ketika kudengar langkah kaki seorang laki-laki yang mungkin bisa dibilang lebih tua dari ibuku kini datang mendekat kearah kami dengan pakaian seperti baru pulang dari tempat kerjanya.

Tubuhku sontak beranjak berdiri dengan cepat dan mengecup pipi ibuku sebentar sembari berpamitan dan bergegas menuju ke arah pintu keluar untuk menghindari pembicaraan dengan orang itu.
Tentu saja tatapan heran dengan sedikit sedih terpancar dari matanya sekarang, sebenarnya aku tak setega itu tapi...

Ah sudahlah, kalian tak akan mengerti.

Ah sudahlah, kalian tak akan mengerti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now