Nyaman?

57 10 33
                                    

🎶: Loveship (Paul Kim)

.
.
.



°•°•°•°

Sesekali sepasang hazel itu menatap lekat pada kedua mataku dan menatapnya lamat-lamat, dengan salah satu tangan kekar yang masih setia mengelus lembut surai rambutku yang ditiup lepas oleh angin yang berhembus sedari tadi.

Aku membalas tatapan miliknya, jemariku bergerak pelan dengan sapu tangan dari dalam tas yang kukenakan untuk menghapus jejak sedikit air yang terus menetes dari rambut sedikit basah tersebut pada sekitar rahangnya sembari mengulas senyum, dua sudut bibir itu saling menarik dan menampilkan senyum khas yang menjadi favoriteku entah dari kapan, akupun juga tidak tau.

"Udah dibilang juga mau hujan deras, kenapa maksain kesini sih?" Sudah berapa kali helaan nafas pasrah ku hembuskan, dia hanya tersenyum lembut padaku tanpa membalas semua omelan yang terlontar begitu saja dari mulut cerewet ini.

"Kan tadi gak deras."

"Tapi sekarang lagi hujan Dino, mana deras lagi." Mataku berputar melihat ke arah samping halte bus tempat ku berdiri dari puluhan menit lalu sebelum laki-laki satu ini datang dengan motor miliknya yang kini diguyur oleh air hujan.

"Yaudah iya, bawel banget heran." Dirinya tertawa kecil sembari menggeleng pelan ketika kalimat itu terlontar.

"Daripada kamu bucin," balasku.

"Dih gak ngaca." Aku tertawa pelan dan memasukkan sapu tangan itu ke dalam tas lalu menatap pada guyuran hujan, dugaanku benar, bahwa memang akan ada hujan lebat sore ini saat kulihat langit-langit sebelum menyalakan ponsel untuk menghubungi kakakku agar menjemput lebih cepat.

Baru saja saat itu kakiku melangkah berada dibawah naungan halte bus, hujan lebat telah berjatuhan begitu saja menyirami bumi dan isinya, terkadang rasanya damai memandangi ciptaan Tuhan yang satu ini, namun disisi lain aku juga jengkel karena dia datang disaat yang tidak tepat.

Oh ayolah.

Aku berdiri dari tempat yang kududuki dan melangkah sedikit sembari mengulurkan tanganku pada air hujan yang tidak berhenti sedari tadi.

"Jangan main hujan, nanti sakit," pintanya yang masih setia hanya ikut menatap dan duduk di tempat yang dia duduki sekarang.

"Biarin sakit, kan enak Aku bisa libur sekolah." Dapat kudengar langkah derap kaki itu mendekat hingga mataku menangkap sosok yang sedari tadi bicara denganku itu berdiri tepat di sampingku.

"Gak usah ngada-ngada, seneng banget kayaknya bikin khawatir."

Aku menghentikan aksiku dan beralih memeluk erat sosok di sampingku, menenggelamkan kepalaku dengan nyaman pada dada bidang itu kini membuatku merasa sangat hangat di tengah dinginnya hujan.

"Kenapa hm?" Kalimat yang dia lontarkan sontak membuatku sedikit mendongak untuk menatap wajah tampan itu.

"Gapapa."

Dino menurunkan sedikit kepalanya dan berhenti tepat di samping wajahku, dia membisikkan suatu pertanyaan yang aku yakin jelas dia juga sudah tau apa yang akan menjadi jawabannya.

"Kangen ya?"

"Itu tau, ngapain nanya lagi coba." sepersekian detik berikutnya kulihat dia ikut tersenyum lalu membalas pelukanku.

"Love you say," ucapnya, mulutku tidak menjawab itu dan masih menunggu kalimat lain yang akan terlontar selanjutnya dari mulut laki-laki ini.
"Ton." Sudah kuduga, sifat menyebalkan oknum satu ini tidak akan hilang begitu saja.

Like a Destiny [HIAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang