Kalimat

116 43 47
                                    


Vote yuk, hargai penulis :*

.
.
.

🎵: Frisian ( Bolbbalgan4 )

.
.
.



°•°•°•°

Kupegang erat beberapa buku yang kubawa sembari menggenggam sebotol air minum yang baru saja kubeli.

Terus berjalan dipinggir lapangan tanpa memperhatikan mereka yang tengah bermain adalah hal yang kulakukan, aku tak punya banyak waktu untuk melihat para idola sekolah itu beradu dengan bola basket disana karena buku-buku yang dititipkan oleh guru pengajar padaku ini harus segera kuberikan pada penjaga perpustakaan untuk bisa segera menyusul dua temanku yang kini tengah menunggu dikantin.

Langkahku terhenti ketika seorang laki-laki dengan perawakan tinggi bersama rambutnya yang berwarna coklat tua dengan sedikit basah oleh keringat itu berdiri didepanku dan langsung mengambil botol air yang kubawa sedari tadi.

"Thanks udah bawain."

Sebentar, apa?

Sejak kapan aku terpikir untuk datang kelapangan dan membawakannya sebotol air begini?
Kurasa aku tak sedang melakukan hal itu.

"Minum gua!" bentakku sedikit kesal ketika laki-laki di depanku ini dengan santainya berucap hal demikian.

"Sekarang punya gue."

"Sejak kapan?"

"Sejak lo ngasih ini ke gue."

"Gue gak pernah ngasih ini ke lo, bahkan niat buat beli in lo air minum aja gak ada."

"Intinya ini udah punya gue, apapun alesan lo."

"Lo waras kak? Nyari masalah mulu perasaan sama gue."

Aku tak mengerti ntah apalagi mau laki-laki satu ini. Seseorang yang sama dengan orang yang mencari masalah denganku di Kantin saat itu.

"Waras lah, makanya lo ngasih gue ambil."

"Ish tapi gue gak ngasih, balikkin!"

"Sesuatu yang udah dikasih ga boleh diambil lagi." Membuka botol itu dan meminumnya dengan santai didepanku adalah suatu hal yang benar-benar membuatku menahan emosi sedari tadi.

"Oh iya gue  lupa. Kenalin, gue Aron. Ketua tim basket di Sekolah ini."

Aku memutar bola mataku malas ketika dia bahkan hanya mengucapakan kalimat lain dan bukannya meminta maaf.

"Gue gak perduli mau siapapun lo dan apapun posisi lo disini, sorry gak penting."

Kuputuskan untuk kembali dengan beberapa langkah melewatinya yang tengah berdiri didepan ku tadi.

"Kita lihat aja sampai mana lo bisa bertahan sama omongan lo kali ini."

Teriaknya tak begitu keras tapi masih dapat terdengar jelas ditelingaku yang hanya berjarak beberapa langkah dari dirinya berdiri dengan senyum smirk miliknya sekarang.

Terserah.

Terserah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now