Makna

18 5 37
                                    

🎶: Say Hello (Punch)

.
.
.



°•°•°•°

Siang itu langit benar-benar terasa terik, namun tidak ada terasa sedikitpun menyentuh kulit orang-orang yang berada disana. Entah para anak laki-laki yang tengah bermain basket tersebut maupun gadis-gadis yang senantiasa menemani permainan mereka.

Sorakkan-sorakkan lantang dari beberapa orang gadis benar-benar memenuhi lapangan indoor kala itu, padahal yang sedang terjadi hanyalah permainan biasa dan bukan sebuah kompetisi besar.

Namun untuk mereka semua melewatkan permainan basket dari seorang Aron Altezza Gunanjar benar-benar sebuah kerugian besar.

Seolah tidak perduli dengan keringat yang kini membasahi wajahnya, Aron terus-menerus memainkan bola yang berada ditangannya dan sesekali mencetak score setelah melemparkan bola tersebut pada sebuah ring.

Wajah tampan yang tidak perlu diragukan tersebut sukses membuat puluhan pasang mata gadis-gadis di Sekolah hanya tertuju padanya sedari tadi.
Tapi Aron tetaplah Aron yang hanya bisa mengunci pandangannya pada seorang gadis dengan rambut panjang yang dikucir satu asal-asalan saat itu.

Dia berjalan pelan sembari membawa satu botol mineral tepat ketika Aron dan teman-temannya telah mencapai score akhir dan berhenti bermain.

Sontak senyum miliknya terukir begitu saja ketika sedikit berlari menghampiri seseorang yang bernotabe sebagai pacarnya tersebut.

"Aku beli minum buat kamu," ucap Elina saat mengulurkan tangannya dengan niat untuk memberikan mineral tersebut sembari mengulas senyum seperti biasa.

Tangannya terulur mengambil satu botol mineral tersebut dan meneguk habis tanpa menyisakan isinya sedikitpun, karena memang tenggorokkannya benar-benar kering sekarang.

"Kata bunda kalau mau minum itu duduk dulu."

Yang dinasehati hanya terkekeh kecil dan mengarahkan jemarinya untuk menggenggam tangan Elina untuk membawa gadis itu ikut duduk bersamanya di salah satu bangku yang ada pada tepi lapangan.

Aron, "Hehe maaf, keburu haus banget by."

"Malem ini ada waktu luang?" tanyanya pada Elina setelah melemparkan botol kosong tersebut pada tempat sampah di dekatnya.

Gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepala pelan dengan wajah yang tampak tidak enak karena hendak menolak ajakan tersebut.

Dia tahu Aron pasti ingin mengajaknya jalan-jalan, dan kebetulan besok juga hari sabtu.

Hari dimana sekolah mereka memang libur dalam setiap minggunya.

Jika ditanya apa yang ada dalam benaknya...Elina ingin sekali mengatakan bahwa dia senggang malam ini.

Namun sepertinya gadis itu benar-benar tidak bisa, karena dia juga sudah memiliki janji lebih dulu bersama salah satu teman dekatnya.

Siapa lagi jika bukan Lilis.

Anak itu memang lebih dulu mengajak Elina untuk menemaninya jalan-jalan bersama yang lain, namun sampai saat ini Elina juga masih belum mempertanyakan siapa saja yang ikut bersama mereka nanti.

"Maaf ya," ucapnya pelan sembari memutar bola matanya sedikit untuk memberanikan diri menatap pada Aron yang tengah tersenyum.

Laki-laki itu menggerakkan jemarinya untuk mengusap rambutnya sembari menarik kedua sudut bibir yang menampilkan senyum manis.

"Gapapa sayang, nanti lain kali aja kalau gitu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now