Keraguan

24 7 22
                                    

🎶 : Bye (Gfriend)

.
.
.



°•°•°•°

Derap langkahku terdengar samar ketika jalanan kembali kian ramai kini, aku berhenti sejenak memandang tepat pada seorang gadis yang juga tengah mengatur nafas miliknya, yang ku rasa sama tidak teraturnya dengan nafasku sekarang.

Jemariku terbuka untuk menghalau terik matahari yang memancar pada wajahku pagi ini.

"Ghin," panggilku menoleh pada gadis yang kini sudah meneguk setengah air pada botol minumnya.

"Apa?" Ghina berbalik menatapku setelah duduk di bawah salah satu pohon besar yang rindang disekitar sini.

Aku mengikuti yang dia lakukan, ku hela nafasku panjang setelah ikut duduk disebelahnya.

"Soal Dino?" sambung gadis itu kembali, seolah membaca apa yang tengah ku pikirkan dengan memandang kosong pada banyaknya pejalan kaki yang juga sedang berolahraga seperti kami.

Aku mengangguk kecil dengan pelan, lalu mengulum bibirku karena ragu untuk mengatakan hal yang benar-benar mengganggu pikiranku akhir-akhir ini.

"Akhirin apa jangan?" akhirnya pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku dengan mata yang masih tidak berani berkontak dengan mata Ghina yang menatap padaku.

Iris mataku masih setia menatap kosong sedari tadi.

Ah sial, dia... ck bukan, kurasa kata mereka lebih cocok untuk menggambarkan dua orang yang kini berhasil membuatku benar-benar kehilangan akal sehat.

Telingaku dapat mendengar bahwa Ghina ikut menghela nafas panjang.

"Lo nyaman sama Aron?" pertanyaan miliknya itu sontak membuatku menoleh dan menggeleng cepat padanya.

"Enggak lah, bukan karena itu."

"Terus?"

"Gak ngerti juga, gue ragu aja," jawabku.

"Gimana orang lain mau ngerti, kalau lo aja gak bisa ngerti tentang diri lo sendiri," jawab Ghina kembali mengucapkan kalimatnya yang dia beri jeda sebentar.

"Pikirin baik-baik sebelum bertindak, kalau lo gak mau nyesel," sambung gadis itu lagi.

Diriku yang semulanya berniat untuk pergi ke Kelas sontak menghentikkan langkah ketika dapat kurasakan jemari seseorang menggenggam lenganku dan menariknya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Diriku yang semulanya berniat untuk pergi ke Kelas sontak menghentikkan langkah ketika dapat kurasakan jemari seseorang menggenggam lenganku dan menariknya.

Laki-laki yang tengah mengenakan seragam basket itu menarik kedua sudut bibirnya dan menampilkan senyum lembut yang selalu dia gunakan.

Manis.

"Pertandingannya udah selesai?" tanyaku, karena pada beberapa menit terakhir sebelum aku memutuskan untuk pergi ke Kelas dengan niat menjauhi ramainya murid-murid yang berkumpul di Lapangan Sekolah, pertandingan itu masih berlanjut dan masih dapat terlihat sosok Aron yang terus mencetak score di sana.

Like a Destiny [HIAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt