Awal

295 48 26
                                    

Dan akhirnya kebikin juga yang ini setelah pertimbangan panjang beberapa hari :")

Selamat membaca para readersku   (っ´▽')っ

°•°•°•°




.
.
.

Katakan padaku bagaimana caranya agar diriku bisa mengatakan semua hal akan apa yang tengah kusukai ?

Ah tentu saja hal tersebut hanya akan memakan beberapa lembar kertas tak berguna berisikan kata-kata yang terbesit begitu saja dikepalaku.
Apalagi jika hal itu berupa seorang makhluk hidup, mungkin hanya dengan kata-kata saja pun tak akan cukup wkwk.

Kalau dengan kata-kata saja tak akan bisa menjelaskan tentang semua itu, bagaimana jika aku menyajikannya dengan bentuk cerita ?

Wkwk baiklah kalau begitu lebih baik kalian simak saja sendiri bagaimana seseorang tengah bermain-main dengan takdirnya disini.

Ya mungkin itulah mengapa diriku menyebut hal ini destiny, tapi daripada destiny kupikir diriku lebih menyukai kata "Bulan" hehe.

•••

.
.
.


Derap langkah kakiku memenuhi panjangnya koridor yang sepi kala itu, dapat kulihat dari beberapa pintu kelas yang terbuka bahwa para murid dan pengajar telah saling berinteraksi, itu karena memang bell untuk jam pelajaran pertama juga telah berdering dalam beberapa menit yang lalu.

Semua yang kubayangkan tadi malam untuk pagi ini rasanya pupus begitu saja ketika kedua bola mataku yang mengarah pada jam dinding dikamarku, sialnya pagi ini aku malah terlambat sebagai murid baru.

Yang kulakukan hanya terus berlalu sembari melihat kearah sekitar untuk suatu ruangan yang sedari tadi belum juga kutemukan. Sepersekian detik berikutnya, mataku berbinar ketika kulihat sebuah pintu kokoh tertutup dengan papan kecil yang tergantung pada dindingnya, namun bodohnya aku malah menabrak seseorang ketika ingin berlari ke arah sana.

"Ck, sialan," umpatku pelan sembari membersihkan lenganku yang sedikit kotor karena butiran pasir pada lantai.

Aku mendongakkan kepalaku sedikit untuk menatap pada dua laki-laki yang kini ikut menatapku, salah satunya kini mengulurkan tangan untuk membantu.

Menghela nafas malas, aku hanya memutar bola mataku dan menepis tangan laki-laki itu ketika melihat kelas yang tertulis dilengan seragam milik keduanya.

Sial, kakak kelasku.

Kakiku berdiri dengan sedikit gemetar ketika lututku terasa sedikit perih namun tidak ada luka disana.

Aku melanjutkan langkahku yang kupercepat setelah melemparkan tatapan tajam pada mereka berdua yang kini salah satunya ikut menatap wajahku dengan, sarkas?

"Woi! Jalan tuh pake mata ?!?"

"Woi! Jalan tuh pake mata ?!?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Like a Destiny [HIAT]Where stories live. Discover now