Ingat

67 18 30
                                    

🎶: I Fall In Love (Ha Sung Woon)

.
.
.



°•°•°•°

"Maaf"

Bibirku mengulum senyum menyembunyikan suatu rasa bahagia yang tidak bisa diutarakan sembari menahan tawa untuk kalimat tidak penting dari mulutku sekarang.

"Maaf ?" Terlihat Dino sedikit heran atas ucapanku tetapi masih diam tidak berkutik menunggu diriku yang menyelesaikan kalimat lebih dulu.

"Iya maaf, soalnya gue udah suka sama orang lain." Kembali kutatap pada mata yang masih setia menatap penuh pertanyaan itu.

"Sama siapa?"

"Sama saurus, bukan Dino." Kini senyumku lepas diiringi senyum manis yang juga ikut terpampang pada wajah laki-laki itu.

"Penawaran sekali seumur hidup nih Lin, Yes atau iya?"

"Yaudah, kalau gitu gue mau yes."

Dekapan hangat sontak jatuh pada tubuhku ketika terucap satu kata itu di depannya yang sedari tadi kurasa menunggu.

Apa hanya sebuah perasaan atau itu memang akan menjadi sekali dalam hidupku?

Apa hanya sebuah perasaan atau itu memang akan menjadi sekali dalam hidupku?

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Argh." Laki-laki dengan helaian rambut berwarna coklat yang semakin terlihat lebih terang ketika paparan sinar matahari jatuh mengenainya itu meringis saat jemariku menaruh pelan gumpalan kapas kecil untuk membersihkan cairan merah yang ada pada sudut bibir laki-laki ini.

"Minggir dulu tangan lo," pintaku saat tangannya ikut menyentuh sudut bibir yang telah berubah warna menjadi biru berpadu ungu.

Aku beranjak dari tempat yang kududuki dan lebih mendekat kearahnya untuk menutup luka dalam pada pangkal hidung itu dengan plester luka yang baru saja kubuka.

Jelas, hal itu tentu semakin mengikis jarak antar wajahku dengan Aron.

Bodoh, melihatnya dengan jarak terlalu dekat seperti ini membuatku hilang fokus dalam sekejap.

"Jangan kelamaan Lin, nanti gue salah fokus."
Sontak tanganku memukul keras pada bagian lengan Aron yang membuatnya tertawa kencang dan bukan meringis.

Aku membenarkan posisiku kembali duduk seperti semula sembari menatapnya tajam, lalu memasukkan semua peralatan ini kedalam kotak P3K.

"Sesekali kenalin lah gue sama dia, masa lo nggak mau kenalin dia ke gue, Ron?" Kalimat itu lepas begitu saja dari dalam mulutku setelah kulihat laki-laki satu ini mulai sedikit berhenti tertawa ketika notifikasi masuk pada ponselnya, hal itu membuat dia menampilkan senyum tidak karuan layaknya seseorang yang kehilangan akal.

"Sama siapa?"
Aku tau sebenarnya Aron mengerti apa yang kuucapkan sebelumnya saat dia menanyakan hal itu kembali, laki-laki ini hanya memilih bertingkah dengan berpura-pura bodoh sekarang.

Like a Destiny [HIAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora