(48) Your Support

62 35 70
                                    

Happy reading 💓
Voment Yamoon Too

••••

"Gua malas mempertahankan seseorang yang tidak bersyukur sudah memiliki gua. Sorry, you're not the only one, man."

- Yamoon

••••

Sore hari menyapa langit dan penghuninya. Memancarkan sinar jingga yang sangat berharga. Menemani sosok gadis yang sedang berdiam diri, larut akan pikiran.

Rici menghela napasnya mensyukuri masih bisa bernapas detik ini. Jika dilihat dari atas dunia terlalu besar, untuk Rici yang enggan tumbuh.

Banyak hal yang dipikirkan oleh Rici. Terlebih ketika melihat pertengkaran Miley dan Gendis di cafe. Semua pikiran terus menyerbu otak Rici layaknya mengajak perang dalam diam.

"Ah, melelahkan. Gua ingin menggapainya," cicit Rici.

Di atas penyebrangan jalan ini, Rici bersumpah semua orang memiliki mimpi. Begitupun dengan Rici yang turut bertahan pada jalan kehidupan.

Lihatlah, mimpi Rici benar-benar berdiri kokoh di tengah kerumunan kota.

"Universitas Negeri Jakarta," lirih Rici menyempatkan senyuman tipisnya terlukis indah.

"Tersisa satu tahun lagi waktu gua untuk mengejar semua mimpi itu."

"Tapi sampai saat ini gua masih nggak tahu, apa gua harus tetap mengejarnya atau malah melepaskan hal-hal yang gua inginkan?"

Masa depan akan segera tiba-tiba. Siap ataupun tidak, Rici akan berhadapan dengan masa yang menggulir waktu. Dalam kesibukan hari-hari Rici, tentu di balik semua itu Rici memiliki mimpi.

Akan tetapi Rici pun tidak tahu apakah dirinya pantas mengejar semua mimpi itu sama halnya Miley.

"Terlalu sulit," gumam Rici.

"Hal apa yang sulit?"

"Bukankah cewek kuat di sebelah gua ini lihai menanganinya?" sahut seseorang yang ikut nimbrung di tengah lamunan Rici.

Kepala Rici menoleh, tidak diragukan sahutan suara sok akrab itu milik sosok yang dikenali olehnya. Ginela Ranabenua. Pria itu selalu berada di mana-mana. Tidak melepaskan Rici sama sekali.

Sungguh menyebalkan.

Di tempatnya berdiri, Benua hanya bisa tersenyum. Menyodorkan tiga mangkok es krim kesukaan Rici. "Kepala lo terlalu banyak mengeluarkan asap. Nah, makan es krim," lontar Benua.

"Bisa diterima," gumam Rici menerima sodoran tersebut. Tidak ada hal yang tidak bisa dilewati jika Rici bersama es krim.

"Kenapa lo fokus melihat gedung kampus gua?" tanya Benua.

"Kampus lo?" tanya Rici balik sambil menaikkan alisnya saat tengah menikmati es krim.

Wajah Benua berubah masam. "Hanya gua yang tahu dunia lo, sampai lo nggak tahu dunia gua," gerutu Benua.

"Gua kuliah di manapun lo nggak tahu!" Benua mencibir kesal akibat Rici yang tidak ada rasa perhatiannya sama sekali.

"Lo terlalu menyebalkan buat diselidiki," balas Rici sembarangan.

"Meskipun begitu gua masih unggul satu persen daripada idola lo, Park Jimin."

Bola mata Rici berputar seketika. Lagi dan lagi Benua merasa bangga akan penuturan Rici beberapa hari lalu. Seolah penghargaan mulia, selalu saja Benua sebutkan.

She's a Fangirl || EndWhere stories live. Discover now