(11) Malaikat or Iblis?

562 367 267
                                    

Happy reading 💞
Voment buat yaamoon!

•••

"Jika dibanding mereka, tentu gadis gua lah yang terbaik!"

- Ginela Ranabenua

••••

"Nih, basuh kepala lo."

"Ternyata lo baik juga," balas Benua menerima sodoran handuk dari Rici.

"Syukurlah, hatinya masih tergerak."

"Oh, jadi menurut lo selama ini gua nggak baik gitu?"

"Bukannya nggak baik, lo cuma kurang rasa manusiawi nya aja, dikit."

Rici memutar bola matanya malas. "Itu namanya sama aja!" gerutu nya kesal. Meskipun percakapan mereka dibatasi dinding, Benua tetap tampak menyebalkan. Selalu saja pria itu membuat emosi Rici naik seketika.

Benua mengeringkan rambutnya yang basah karena hujan. Di saat perjalanan ke rumah Rici, Benua memilih untuk menerobos hujan. Benua takut Rici sudah tidur dan tidak bisa mendapati hadiah yang dibawa olehnya. "Ci, gua berniat adopsi boneka kuning yang di kasur lo dong," pinta Benua dengan mata melirik ke arah boneka yang dimaksud.

"Boleh nggak?"

"Enggak, nggak ada ya acara adopsi boneka!"

"Yang kuning porsi nya banyak dari yang lain. Ikhlaskan satu buat gua, nggak rugi kali."

Tangan Rici terlipat di depan dada lalu berucap, "Justru karna jumlahnya banyak, dia diharamkan buat punah," tekan Rici yang tidak setuju bila Benua menginginkan chimmy.

Bola mata Rici melirik Benua yang masih disibukkan dengan handuk. "Tunggu deh."

"Sejak kapan lo tau alamat rumah gua?" tanya Rici sadar akan keganjalan yang dilupakan.

Jemari Rici kian menunjuk Benua seraya menuding seorang pelaku kejahatan. "Jangan-jangan lo ngikutin gua lagi." Tak segan, Rici melontarkan tatapan penuh selidik kepada Benua. Pria yang satu ini sungguh tidak ada takutnya, padahal Rici selalu memperingati Benua untuk menjauh secepat mungkin.

"Dan jangan-jangan, lo denger semua percakapan gua sama bokap waktu di ruang tamu," ujar Rici ketika sadar gubuk kecil ini tidak memiliki kemampuan meredam suara meski, volume nya paling kecil.

Dengan kikuk, Benua menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sedikit terdengar," cicit Benua membuat Rici menghembuskan napasnya gusar.

"Gua udah pernah bilang, bukan? Gua adalah paparazi lo yang berniat baik."

"Lo tuh aneh, serius deh."

"Gua bahkan bingung, kenapa harus banget gua ketemu sama lo terus kita saling kenal ?"

"Jawabannya simpel, karna sudah waktunya takdir menjalankan skenario tuhan."

Wajah Benua berpaling, memandang langit gelap yang beraroma basah. Dengan spontan, Benua menerbitkan senyuman tulus.

"Sepertinya tuhan telah membuktikan bahwa setiap umatnya memiliki skenario kehidupan masing-masing."

Hembusan napas keluar bebas dengan semestinya. "Jadi, sebagai salah satu umatnya, lo nggak perlu meniti naskah sampai panjang. Apalagi bersama orang yang mustahil buat lo gapai," lirih Benua membuat Rici menoleh cepat menggunakan tatapan tajam. Firasatnya mengatakan sesuatu yang tidak enak sedang berlangsung.

"Mahir juga sindiran lo, tapi sayang banget gua kebal sama hal kayak gitu," ungkap Rici.

Benua membenarkan posisi tubuhnya agar dapat berhadapan penuh dengan Rici. "Lo beneran berharap bisa gapai sosok Jimin?" tanya Benua yang berpindah alih menjadi mode serius.

She's a Fangirl || EndWhere stories live. Discover now