Epilog

97 13 8
                                    

Tino, Dervin, serta ketua dan wakil ketua CRC baru saja menyelesaikan urusan di pihak yang berwenang tentang proses penyelidikan markas Bragasdon yang berhasil digeledah. Tak ada yang tersisa satu pun anggota Bragasdon berkeliaran bahkan anggota geng motor lain yang terlibat dengan Bragasdon juga ikut terseret, pihak berwajib sudah menahan mereka dengan hukuman yang sesuai.

Keberadaan CRC, pada akhirnya diputuskan untuk bubar dan Edgard menyerahkan kekuasannya pada Dervin jika putranya itu ingin kembali melanjutkan CRC.
"Pada akhirnya, semua akan menemui titik usai. Dervin, Papa minta kamu untuk terus menjaga Elzavira dan anak dalam kandungannya," ucap Edgard seraya menepuk bahu Dervin.

Dervin hanya menunduk dan merespon ucapan Papanya dengan anggukan singkat. Setelah itu, Dervin meninggalkan parkiran gedung kepolisian dengan motor besarnya menuju tempat tinggal barunya bersama Elzavira.

Sepanjang perjalanan pulang Dervin hanya melamun dengan pikiran tak tentu arah. Hingga sampailah ia di rumahnya, namun ketika ia baru saja menginjakkan kaki di teras depan, terdengar suara jeritan dan tangisan yang meraung dari dalam rumah.

Dervin seketika dirundung panik, ia berusaha membuka pintu namun sepertinya pintu tersebut terkunci. Awalnya ia menggedor pintu sambil memanggil Elzavira. "Zav! Buka pintunya! Zav!"

Tak juga ditanggapi dan jeritan dari dalam rumah semakin tak terkendali, akhirnya Dervin mendobrak dengan beberapa kali hingga pintu tersebut terbuka. Belum sampai paniknya mereda, ia harus dikejutkan lagi dengan banyaknya tetesan darah dan bangkai tikus di sepanjang ruang tamu menuju kamar utama yang tak lain adalah kamarnya bersama Elzavira.

"Shit!"

Dervin berlari menuju kamar utama, sialnya lagi pintu kamar juga terkunci. "Zav! Buka pintunya!" Teriak Dervin berusaha mendorong pintu tersebut. Keringat bercucuran hingga membasahi lehernya.

"Dervin! Help me out!"

Dervin terus mendorong pintu tersebut. Ia yakin pintu itu tidak dikunci namun seperti terhalangi oleh benda-benda berat, membuat Dervin mengambil ancang-ancang untuk menerobos pintu dengan terjangan kuat oleh kakinya.

Begitu pintu terbuka, Dervin menemukan Elzavira yang terduduk di sudut ruangan dengan kondisi wajah terdapat luka memar. Kondisi kamar juga sangat berantakan menandakan telah terjadinya kekacauan entah siapa pelakunya yang jelas Dervin akan berusaha mencari taunya nanti.

Ia menarik Elzavira ke dalam pelukannya. "Tenang! I'm here. Jangan takut!" Ucapnya dengan lembut begitu menenangkan bahkan ia menyematkan beberapa ciuman dalam di puncak kepalanya.

Elzavira yang sudah sangat ketakutan hanya bisa memeluk erat tubuh Dervin dengan wajah yang tersembunyi di dada bidang suaminya. Ia benar-benar diliputi kecemasan dan ketakutan, tatapan matanya seperti kosong. Sesekali ia menggeleng kecil lalu diakhiri dengan tangisan memilukan.

Dervin tak hentinya mengusap puncak kepala istrinya untuk memberi ketenangan. Ia menyesal meninggalkan istrinya dalam kondisi psikis yang tidak stabil semenjak mengetahui tentang kematian Dervan dari seseorang yang tak ia kenal tanpa sepengetahuan Dervin atau siapapun.

Sejak saat itulah, psikisnya semakin diperparah dengan berbagai teror menakutkan yang akhirnya membuat Elzavira dalam kondisi seperti saat ini. Dervin juga tak bisa dengan spontan bertanya tentang apa yang terjadi selama ia tak bersama istrinya, ia takut membuat kondisi istrinya semakin parah jika dipaksa untuk bercerita. Maka itu, ia hanya bisa menunggu istrinya berterus terang sesuai keinginan tanpa paksaan selagi Dervin mencari tau sendiri siapa dalang di balik teror ini.

Dervin merasa rumahnya tak aman untuk saat ini, ia membantu Elzavira bangkit namun wanita itu menggeleng keras. "I'm so scared. Don't leave me alone, please!" Gumamnya dengan suara bergetar sambil mencengkram kuat kaos putih suaminya.

"Tenang, Zav! Aku akan membawamu pergi dari sini. Aku akan terus bersamamu," balas Dervin sungguh-sungguh. Ia menggendong Elzavira seperti bayi koala dan membawanya pergi dari rumah itu dengan mobilnya menuju suatu tempat persembunyian.

Merasa sudah cukup jauh dari rumahnya, Dervin menghentikan sejenak mobilnya di rest area. Ia menatap Elzavira yang sejak tadi terus melamun menatap ke luar jendela mobil. Dervin bergerak mendekat, ia mengusap surai panjang istrinya begitu lembut hingga membuat wanita itu menatapnya juga.

Dervin meneliti setiap inchi wajah istrinya yang terdapat memar, lalu turun menatap leher jenjang istrinya yang di sana tercetak jelas sebuah memar bekas cekikan, dan terakhir Dervin menatap lutut istrinya yang terdapat luka gores memanjang dengan darah yang mengering.

"Ini mulai keterlaluan. Bukan psikisnya aja yang terluka, tapi pelaku teror sialan itu mulai berani menyerang fisik istri gue. Lo bakalan tau balasannya, bajingan!" Gumam Dervin menahan letupan amarahnya. Ia tak akan cepat-cepat mencari pelaku tersebut, yang harus ia lakukan adalah memastikan Elzavira aman serta kondisi psikisnya segera membaik dan setelah itu barulah ia akan mencari pelaku teror tersebut.

═════  ••  ═════

"Harusnya kamu jujur dari awal! Ga ada bedanya, rasanya akan tetap sama! Sakitnya terasa sama. Kenapa kamu repot-repot berusaha menyamai Dervan?! Sampai kapanpun kamu ga akan bisa menyamai Dervan! Karena kamu bukan Dervan!"

"Berhenti bersikap seolah kamu itu Dervan! Ini yang menjadi pemicu teror itu terus datang, Vin! Hidup aku ga pernah tenang sejak menikah dengan kamu!"

"Udah cukup atas penderitaan ini! Aku cuma pengen hidup tenang biarpun aku harus mengurus anak ini sendirian, daripada didampingi sama kamu."

"Elzavira, please!" Dervin berusaha menggapai istrinya yang perlahan terus menghindar.

"Jangan mendekat! Aku cuma pengen hidup tenang, Dervin! Apa kamu ga ngerti?" Bentak Elzavira lagi-lagi mendorong kuat tubuh Dervin.

Dervin semakin merasa sakit jika terus membiarkan Elzavira sekacau itu. "Sayang, tolong! Jangan bicara seperti itu!" Dervin terus mendekat berusaha meraih pergelangan istrinya

Namun sesuatu tak terduga terjadi sebelum Dervin meraih pergelangan tangan istrinya, wanita itu berteriak kencang menutup mata dan telinganya. Elzavira terus berteriak ketika melihat seseorang yang ia lihat jauh di belakang Dervin menatapnya dengan sorot tajam di balik wajahnya yang tertutup masker sambil menenteng bangkai tikus yang sudah tak berbentuk.

"Pergi! Pergi! PERGI!!! Hubungan ini bukan kemauan gue! Jangan ganggu gue, sialan!"

Dervin mengikuti arah pandangan Elzavira namun ia tak menemukan siapapun di sana, hanya ada dirinya dan Elzavira saja di tempat itu. Dervin meraih tubuh istrinya ke dalam dekapannya, ia benar-benar harus membawa Elzavira pergi jauh.

Jika pelaku itu adalah musuh Dervan, ia perlu mencari tau sendiri dengan menanyakan langsung pada anggota Trexton. Ditambah dengan ucapan Elzavira yang sangat frustrasi dan menyebut tentang hubungannya, sungguh itu menjadi tanda tanya besar.

Hanya ada dua orang yang ia curigai, namun Dervin juga meragukannya. Sebab jika benar dialah orangnya, sungguh Dervin tak akan tinggal diam.

═════ •TAMAT• ═════

VOTE
COMMENT
SHARE

thx,
Febryan

Judul Sequel:
STAY UNBOUND

No Leader! || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang