No Leader! || ✔️

Chapter 42: Last day

"Dervin!" seru gadis itu begitu turun dari motor Dery. Setelah pulang dari minimarket dan tak sengaja bertemu dengan sosok lelaki mirip dengan Dervin, Selvin langsung menelpon Dery dan memintanya untuk mengantarnya ke rumah Dervin ataupun kostan dimana Dervin tinggal. Ia hanya ingin memastikan lelaki itu benar-benar Dervin atau bukan.

Awalnya Dery tak percaya begitu saja dengan apa yang Selvin lihat, mengingat Dervin mempunyai kembaran mungkin saja sosok yang dilihat Selvin adalah Dervan. Di sinilah Dery berada bersama Selvin, di rumah kediaman keluarga yang merawat Dervin. Setelah memeriksa keberadaan Dervin di kostan tetapi di sana kosong. Pasalnya Dery, Daffa atau rekannya yang lain tak mengetahui dimana lelaki pengecut itu berada. Dervin seolah benar-benar menjauhi dunia setelah kejadian dimana ia meninggalkan markas Chains ketika bertemu dengan ayah kandungnya.

"Ayo, Kak! temenin Selvin," ujar gadis itu seraya menarik tangan Dery untuk mengikuti langkahnya memasuki halaman rumah keluarga Dervin.

Dery mengetuk pintu rumah besar itu, beberapa kali tidak ada sahutan. Dery dan Selvin menatap sendu daun pintu yang tak kunjung dibuka oleh tuan rumah itu. Dery tak yakin Dervin ada di rumah itu.

"Sel, kita cari Dervin ke tempat lain. Kalau kita ga ketemu Dervin, besok kita cari lagi. Kalau diterusin juga ga akan bener. Udah malam soalnya," ujar Dery seraya merangkul Selvin yang tampak cemas karena tak juga bertemu Dervin.

Dervin benar-benar berhasil membuatnya jatuh cinta sedalam itu. Mana ada sepasang kekasih yang menjalani hubungan seperti yang dialami Selvin, ia saja kalah oleh pasangan jarak jauh yang minimal dua kali berkabar dalam satu hari atau beberapa hari. Sedangkan dirinya sama sekali tidak. Dervin datang semaunya sendiri, dan Selvin tak ada kuasa untuk memaksanya selalu berkabar. Selvin ingin Dervin sadar sendiri tanpa harus diberitahu bahwa dirinya membutuhkannya. Dervin selalu saja sibuk dengan dunianya sendiri, lalu apa gunanya Selvin berstatus sebagai kekasih lelaki itu. Jika seperti itu dalam waktu lama, Selvin tak yakin bisa terus bertahan. Di saat ia mencoba untuk mempertahankan semuanya, tetapi Dervin justru semakin sulit untuk dipertahankan.

Selama Dervin menghilang tanpa kabar, Selvin justru semakin dekat dengan Dery. Apapun itu Selvin selalu meminta bantuan Dery, tak mungkin ia menghubungi Dervin karena ponsel lelaki itu selalu saja tidak bisa dihubungi, dan keberadaannya pun tak pernah tentu ada dimana.

"Kak Dery, gue ga tau hubungan gue sama Dervin mau sampai mana. Kita ga ada tujuan, makin hari makin ga jelas." tangisan Selvin akhirnya meluruh juga, tak mampu ditahan lagi ia menghambur memeluk Dery mencari ketenangan seperti yang selalu ia lakukan jika memeluk Dervin. Namun tetap saja ia tak bisa menemukan tempat ternyaman karena Dery bukanlah Dervin. Ragu, Dery perlahan membalas pelukan kekasih sahabatnya itu.

"Kalau gue tau dimana Dervin, udah gue susul dan bawa dia ke hadapan lo. Sayangnya, Dervin terlalu pengecut dan dia bukan Dervin yang gue kenal," gumam Dery seraya menghela nafas lelah. Ia pun lelah menghadapi sahabatnya itu, semua siap membantunya mencari jalan keluar dari masalah tapi Dervin keras kepala ingin menyelesaikan semuanya sendirian dengan embel-embel bahwa itu masalah pribadinya.

"Berasa ga guna banget gue jadi sahabat dia. Sebisa mungkin gue pasang badan buat bantu dia malah ga diterima," gerutu Dery benar-benar kesal dengan sahabatnya. Dery melepas pelukan gadis itu, mengusap airmatanya lalu mengajaknya pergi dari rumah itu.

═════  ࿇  ═════

Bukit Moko, tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk menikmati indahnya kota Bandung secara keseluruhan dari ketinggian 1500mdpl. Tempat itu satu-satunya tempat terakhir yang dikunjunginya malam ini, tempat yang ia pilih untuk menenangkan segala pikiran dan melepas penat hidup yang penuh berbagai cobaan. Dervin tau dirinya benar-benar keterlaluan, sengaja menjauh dari teman-temannya termasuk kekasihnya sendiri dan keluarganya.