Chapter 25

139 29 13
                                    

"Kurang ajar ya lo, Der," desis Diva menatap dengan sorot geramnya. Ia kembali memasang satu kancing seragamnya yang sempat dilepas Dery.

Dery terkekeh meremehkan, ia menggeleng pelan menatap Diva penuh cemoohan.
"Gue? kurang ajar di bagian mana? omongan gue yang lo sebut kurang ajar, hm? NGACA! LO LEBIH KURANG AJAR!" telunjuk Dery menekan bahu cewek itu, bahkan bentakannya begitu membuat Diva kaget.

"Jangan pikir kalau gue diem ga tau apapun, Divanka. Gue bicara fakta, gue diem-diem gali informasi apapun yang mengintai kedua sahabat gue," Dery mengurung tubuh Diva dengan kedua tangannya yang ia tempelkan di dinding.

Dery mensejajarkan wajahnya dengan Diva agar cewek itu mendengar setiap bisikannya, "Pembicaraan lo di UKS sama Tino, gue denger. Karena dari awal lo pacaran sama Daffa, gue udah ngendus maksud buruk lo. Bodohnya gue malah diem aja saat itu karena gue terlalu berpikiran positif tentang lo," bersamaan dengan itu Dery meninju tembok dengan kepalannya tepat di samping telinga Diva hingga membuat cewek itu terperanjat dan meneteskan airmata.

Diva mengaku ia salah dan ia menyesal. Tujuannya menerima Daffa hanya ingin memanfaatkannya untuk menggali informasi tentang keberadaan pemimpin komunitas motor yang dicari oleh ketua gengnya dengan maksud yang Diva sendiri tidak tau karena ia hanya ditugaskan menemukan orangnya, namun tak sedikitpun informasi apapun ia dapatkan. Ia terjebak dalam perasaannya sendiri terhadap Daffa.

Tentang Diva bersama Bragasdon itu karena keterpaksaan. Mereka mengetahui dirinya adalah anggota sebuah komunitas motor yang ketat dengan segala peraturan termasuk larangan melibatkan urusan perasaan dengan komunitas lainnya, Bragasdon mengancam Diva akan melaporkan kelakuannya yang telah melanggar aturan tersebut. Akhirnya Diva terpaksa menuruti apa mau Bragasdon.

"Sekarang lo emang tau siapa gue sebenarnya. Tapi lo ga tau gimana tertekannya gue. Gue terpaksa. Bragasdon tau semua tentang gue dan mereka ngancam gue bakal—"

Dery mengibaskan tangannya tepat di wajah Diva. Ia jengah mendengar ocehan Diva yang jelas sudah salah malah memutar-mutar perkataannya seolah mencari pembelaan.

"Itu bukan urusan gue. Ga usah playing victim seolah lo yang paling tersakiti dan terbebani. Tanpa lo jelasin, gue udah tau semuanya. Apapun masalah lo sekarang, balik lagi ke diri lo sendiri karena semua yang menimpa lo itu akibat dari kesalahan sendiri." selesai mengucapkan kalimat yang membuat Diva bungkam, Dery langsung meninggalkan cewek itu sendirian di ruang laboratorium.

═════  ࿇  ═════

"Sorry, tadi gue reflek." Dervin nyaris seperti bergumam mengucapkannya, bahkan ia tak menatap Selvin yang berada di sampingnya. Mereka duduk di bangku taman tempat pertama kali mereka bertemu di sekolah.

Selvin menyentuh lengan Dervin agar menghadapnya saat bicara, "Tapi kenapa, Vin? lo sengaja ngehindar dari gue, kenapa?" tanyanya penuh desakkan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Dervin.

"Dervin, kenapa?" tanya Selvin mencoba untuk Dervin berbicara namun percuma saja karena Dervin tetap diam saja kembali menatap depan bahkan perlahan ia melepas pegangan Selvin di tangannya.

Dervin belum bisa terus terang, percuma jika ia menjelaskan gadis itu tetap tidak akan mengerti. Gadis itu akan kaget atau lebih parahnya akan semakin menjauhinya jika tau dirinya menjadi anggota komunitas motor yang mempunyai kuasa tinggi.

Selvin tak mau lagi memaksa cowok itu bicara, jadi ia putuskan untuk dirinya saja yang berbicara mungkin nanti cowok itu akan sedikit saja mendengarkannya. Ia begitu canggung dengan sikap Dervin sekarang.

"Vin, lo masih ingat ga waktu hari itu lo ngajak gue pulang bareng tapi gue kabur dan berakhir balik lagi samperin lo karena ada kakak gue di gerbang sekolah." Selvin memperhatikan setiap perubahan raut wajah cowok di sampingnya yang masih setia menatap lurus ke depan. Ia yakin Dervin mendengarkannya, lalu ia kembali bercerita.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now