Chapter 10: Fact

281 60 36
                                    

"Belajarlah menjadi pemaaf, berhenti menjadi pembenci, berhenti salahkan orang, belajar perbaiki diri."
-Dervan Divandrio
-Dervino Gevandrio

Dervin meringis sakit, namun sebenarnya gigitan gadis itu tak sedikit juga membuatnya sakit sungguhan. Ia hanya berakting untuk menutupi rasa malunya karena salah dugaan. Dervin berpikir kenapa gadis itu ada di tempat yang sama. Apa yang mengikutinya sedari tadi adalah gadis itu? Tapi untuk apa?

"Eh, gue kira bukan lo. Lagian salah lo sendiri pake narik tiba-tiba. Gue takutnya lo itu orang jahat. Ternyata cowok gesrek seminggu lalu," ucap gadis itu dengan wajah panik yang dibuat-buat.

Dervin semakin melancarkan aktingnya hingga membuat gadis itu panik sungguhan dengan ucapannya,
"Aduh, rabies gue ini mah digigit cewek kayak lo. Jantung gue makin gila aja detakannya, nafas gue sesak mendadak, kaki gue lemes juga kayak jelly, bentar lagi kayaknya gue kejang-kejang juga gara-gara ketemu lagi cewe cantik kayak lo."

Bugh!

Gadis itu memukul lengan Dervin dengan tas selempangnya.
"Sembarangan! ih modus cowo gesrek! modus modus modus! Nyebelin bikin orang panik! ga jelas! kurang kerjaan! sinting! gesrek! drama! alay!" balas gadis itu bertubi-tubi kesal ketika Dervin malah tertawa.

"Suer gue ga modus, tangan gue sakit beneran! bukan cuma itu, lo beneran bikin gue kena diabetes, jantungan dadakan, dan gejala bucin kronis lainnya. Tanggung jawab! obatin dong! cium kek, atau kasih senyumlah minimal," tukas Dervin menatap penuh arti pada gadis itu.

Dervin gercep!

"Nyesel gue nyusul lo. Heh! lo mau gue tendang ke pluto?" bentak gadis itu kesal sambil menonjok Dervin, dan lelaki itu pasrah saja.

"Ke KUA aja yuk!" balas Dervin sambil menghentikan tangan gadis itu yang terus menonjoknya.

Dervin menatap lekat gadis itu dengan senyum yang sudah lama tak pernah ditunjukkan, dan senyuman itu terbit begitu saja membuat gadis itu berhasil bungkam dan terpana dengan senyuman serta tatapan lembut lelaki di hadapannya.

"Lo kayak magnet sejak awal ketemu," ucap Dervin sangat pelan.

Gadis itu melepas tangannya yang digenggam Dervin dan menekuk raut wajahnya, "Ngaco lo tukang modus!"

"Bodoamat! Gue mau tau apa tujuan lo ngikutin gue kalo bukan karena adanya magnet di antara kita, ya 'kan? ngaku buruan!" balas Dervin dengan wajah menyebalkan penuh ledekan itu.

"Ish geer! pede! dasar sinting! ga waras!" gerutu gadis itu kesal.

"Oke, terus apa?" tanya Dervin mengangkat sebelah alisnya, menyandarkan tubuhnya pada tembok dengan sebelah kaki di tempelkan ke tembok di belakangnya.

Gadis itu melepas hoodie yang ia pakai dan memberikannya pada Dervin, "Tuh! kebetulan banget ga sengaja kita ketemu, ya udah sekalian gue niat balikin hoodie lo!" jawab gadis itu masih dengan wajah cemberut.

"Itu doang? selain itu, ga ada? hm, gue agak aneh aja kenapa bisa kebetulan gini," ujar Dervin seolah tengah berpikir.

"Mana gue tau! Bodoamat kang modus!" balas gadis itu ketus.

"Nah, kalo gini gue beneran yakin! Kalo kita ditakdirkan untuk—"

"Ga usah halu, kang modus!" potong gadis itu sambil menutup visor helm Dervin dengan keras lalu pergi meninggalkan tempat menuju mobilnya.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now