Chapter 50: In the End

135 30 7
                                    

Dervin menelpon Dery untuk menanyakan proses selanjutnya pengantaran jenazah Dervan ke markas besar CRC. Ia menjauh dari ruangan di mana Elzavira tengah terlelap, Dervin tidak mau jika nantinya perempuan itu mendengar.

"Halo, Der. Gimana?"

"Om Edgard maksain ikut katanya, jenazah Dervan bakalan diantar sekitar jam tujuh pagi. Lo mending bawa Elzavira pergi dulu!"

"Lah gimana gue mau bawa dia pergi orang dia aja baru tidur gara-gara nunggu gue pulang." Dervin mengacak rambutnya memikirkan waktu yang tepat untuk membawa wanita itu pergi.

"Ya mau gimana lagi, Vin? emang lo mau dia nanti syok sampe ga sadar pas tau kebenarannya? ga ada pilihan lain, Vin. Lo harus bawa dia pergi secepatnya!"

"Ok deh," tukas Dervin pada akhirnya. Sebelum panggilan ditutup Dery dengan cepat ia kembali bersuara, "Om Edrico udah balik?"

"Udah, baru aja nyampe. Nanti katanya setelah Dervan dimakamin, semua anggota, komunitas disuruh kumpul di markas CRC buat bahas permasalahan ini. Gue cuma bisa berharap yang terbaik aja, Vin."

"Hm, ok thanks infonya Der." Dervin menutup panggilannya. Ia kembali berbalik menuju ruangan Dervan untuk membersihkan badannya.

Selesai mandi, Dervin melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi. Mungkin masih ada sedikit waktu untuk dirinya menunaikan ibadah solat shubuh. Lelaki itu memakai pakaian kokonya lalu menggelarkan sejadah dan segera menjalankan ibadahnya.

15 menit berlalu tepat setelah Dervin selesai solat, Elzavira sedikit terusik dari tidurnya dan perlahan membuka kelopak matanya. Dervin segera saja membereskan sejadahnya lalu menghampiri perempuan itu.
"Ada apa?"

"Kita mau pergi kan, Van?" tanya Vira dengan suara serak khas bangun tidur.

"Yakin kamu ga ngantuk? kamu baru tidur satu jam lebih, loh."

Elzavira menggeleng pelan, "engga kok, aku udah cukup istirahatnya. Aku siap-siap dulu ya, Van." pelan, Elzavira turun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi dan Dervin masih tak lepas menatapnya meskipun perempuan itu sudah menghilang dibalik pintu.

═════  ࿇  ═════


Dervin mengambil kunci motor di nakas. Ia sudah rapi dengan hoodie putih berlogo motor sport dengan tulisan 'Ride with your limit', jeans hitam dengan sepatu Nike Air Jordan warna hitam putih. Dervin sengaja mengubah penampilannya agar mirip dengan Dervan. Lelaki itu menoleh ke arah kamar mandi di mana Elzavira baru saja keluar selesai mandi.

"Aku tunggu di bawah, Vir. Baju kamu udah aku siapin, itu punya anggota cewek di sini buat dipinjemin ke kamu. Sarapan dulu, aku siapin di bawah." Setelah mendapat anggukan, Dervin langsung saja keluar dari ruangan itu sambil memakai waistbag dan memegang sarung tangannya.

Dervin menaruh sarung tangannya di tepian meja makan. Sebelum pergi ada baiknya Dervin menyiapkan sarapan sederhana untuk Elzavira, hanya dua lembar roti dengan selai blueberry dan segelas susu. Dervin hanya menyiapkan itu untuk Elzavira saja, dirinya masih belum berselera makan.

Selesai menyiapkan sarapan, Dervin melenggang menuju garasi untuk menyalakan motornya. Rasanya tak mungkin membawa ibu hamil dengan motor sport karena jelas tak akan membuat nyaman. Dervin menghampiri motor matic lainnya yang sekiranya nyaman untuk Vira dan memanaskan mesin motor terlebih dulu.

Baru saja ia akan kembali ke ruang utama, ponselnya bergetar di saku jeansnya. Ia melihat nama pemanggil dan cepat-cepat menerimanya.
"Halo, Selvin."

"H–hay, Dervin. Gimana kondisi Elzavira?"

Dervin terdiam ketika mendengar pertanyaan itu menusuk gendang telinganya. Dervin kembali merasa sesak, di saat hati gadis itu telah hancur masih saja menanyakan kondisi oranglain. Sungguh Dervin sangat ingin memeluknya tetapi terlalu banyak rintangan hanya untuk sekedar bertemu dan membicarakan persoalan ini.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now