Chapter 7

321 76 49
                                    

Dervin sampai di alamat yang ditunjukan gadis itu. Mesin motor ia matikan dan menatap gadis itu yang menempelken dagunya di pundak Dervin dengan mata terpejam. Ia melepas helmnya dan menyimpan di tangki bensin.

"Hey, udah sampe," ucap Dervin sambil menepuk tangan gadis itu yang terlilit di perutnya.

Tak ada reaksi membuat Dervin perlahan turun dari motor dan masih memegang lengan gadis itu agar tidak terjatuh. Dervin dengan sigap mengalihkan posisi menjadi menggendong gadis itu di punggungnya. Perlahan kakinya melangkah menghampiri pintu rumah itu dan menekan bel beberapa kali.

Menunggu lama, akhirnya pintu rumah itu terbuka menunjukan seorang kakek paruh baya yang jelas kebingungan ketika ada orang yang tak ia kenal bersama cucunya yang ada dalam gendongan Dervin.

"Maaf kakek, saya mengganggu waktu istirahatnya. Tapi saya ke sini mengantarkan cucu kakek yang kebetulan tak sengaja bertemu dengan saya," jelas Dervin begitu sopan.

"Oh silahkan masuk," balas si Kakek meskipun ia jelas masih butuh penjelasan lain.

Dervin masuk kedalam rumah itu diikuti oleh si kakek menuju kamar tamu. Dervin langsung saja membaringkan gadis itu di atas kasur setelah melepas tas di punggung gadis itu, ia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu.

Setelahnya kedua lelaki berbeda usia itu berjalan keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu utama.
"Terimakasih, nak," ucap kakek tersebut sambil tersenyum.

Dervin mengangguk tersenyum, "Iya Kek, sama-sama. Saya khawatirnya tadi cucu kakek diem di pinggiran jalanan sepi. Takutnya ada orang yang macam-macam makanya saya segera meminta dia untuk menunjukan arah tujuannya menuju kemari," ucap Dervin sedikit membuat si kakek paham.

"Baiklah, nak. Syukurnya ada lelaki baik seperti kamu mengantarkan cucu saya kemari," balas si kakek begitu bersyukur.

"Iya Kek, kalau gitu saya pamit pulang. Assalamualaikum," ucap Dervin berpamitan sambil menyalami tangan si kakek.

"Wa alaikumsalam, hati-hati nak," balas si kakek tersenyum.

Dervin mengangguk lalu segera menghampiri motornya yang terparkir. Ia menaiki motornya dan memakai helmnya, menghidupkan mesin motornya dan segera meninggalkan rumah itu.

═════  ࿇  ═════

Mentari pagi bersinar terang menerobos jendela kamar bernuansa biru itu. Ini hari Senin, biasanya setiap pagi ia akan sibuk sendiri menyiapkan segala peralatan sekolah secara mendadak. Namun kali ini tidak, karena ia kabur dari rumahnya dan tidak mau lagi kembali ke sana.

Gadis itu mengerjap dan membuka matanya sempurna, masih mengamati dimana dirinya sekarang. Perlahan ia duduk dan melihat sekeliling dan ia baru sadar sekarang ia ada di rumah kakeknya. Tapi, matanya jatuh pada jaket seseorang yang jelas bukan miliknya tergeletak di tempat tidurnya.

Lintasan ingatan pada malam itu membuat ia beranjak dari tempat tidur dan keluar mencari kakeknya.
"Kakeeeek!"

"Kakek di halaman belakang, nak." sahut si kakek dengan suara keras ketika mendengar panggilan dari cucunya.

Tak banyak berpikir ia segera menuju halaman belakang dan menghampiri kakeknya yang tengah memberi makan ikan-ikan hias di kolam ikan. Senyuman hangat sang kakek menyambut kedatangannya, "Gimana tidurnya?"

"Nyenyak, Kek. Oh ya, Kek, tadi malam Selvin ketemu cowok aneh yang konyol banget nawarin Selvin diantar pulang," jawab Selvin setelah mengingat kejadian tadi malam.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now