Chapter 30: Who's back?

141 21 2
                                    

Motor Dervin dan Andre saling berdampingan. Mereka berdua sedang menuju lokasi yang sudah ditentukan untuk bertemu dengan pihak Bragasdon. Lokasinya lumayan jauh dari perkotaan, hingga waktu yang dibutuhkan pun cukup lama.

Sesampainya di lokasi, Bragasdon juga sepertinya baru sampai. Dervin tersenyum puas ternyata ketua Bragasdon itu benar-benar menuruti keputusannya. Padahal sebelumnya ia berniat membubarkan secara baik-baik pada Bragasdon, namun mereka terlalu membesarkan ego dan gengsinya. Malah justru menantangnya untuk tetap balapan hanya karena merasa direndahkan oleh anggota inti Chain. Akhirnya Chain menyetujui, asalkan dengan syarat melaksanakan balapan itu di tempat khusus yaitu sirkuit. Mereka memaksa ingin balap di jalan umum hanya ingin menunjukkan skill siapa yang berhak ditinggikan.

"Sesuai bacotan lo kemarin, gue kesini sama temen gue. Buruan bahas, mau lo gimana?" ujar Farel dengan nada yang tak bersahabat.

"Duduk dulu, biar sopan!" Dervin melangkah menuju sebuah meja kecil di kedai tradisional itu, Bragasdon pun terpaksa mengikuti. Sedangkan Andre memesan dua botol air mineral untuk dirinya dan Dervin, lalu untuk Bragasdon? Masa bodoh ia tak peduli.

"Langsung bahas ke intinya, Derv–an."
hampir saja Andre salah menyebut nama. Ia baru sadar, Bragasdon mengenal Dervin sebagai Dervan.

"Gini, Far. Gue tanya duluan ke lu, mau lu balapan dimana?" tanya Dervin memulai sesi pembahasannya perihal rencana balapan.

"Tetep jalan umum." Farel menjawab tegas, tetap dalam pendiriannya.

"Kenapa?" tanya Dervin lagi.

"Lo tanya kenapa?! jalan umum lebih menantang skill. Kalo emang jago balap, harusnya mau di jalan umum atau sirkuit ya tetep gas!" balas Farel sewot dan terkesan ngotot.

Dervin tersenyum miris, "Ga gitu konsepnya, mentang-mentang jago balap terus lo milih arena balap di jalan umum. Barusan lo ngomong gitu, dipikir dulu pake otak ga?"

Farel menggebrak meja yang memisahkan tempatnya duduk dan Dervin, ia menatap penuh intimidasi pada cowok itu.
"Itu tandanya lo ga berani, lo ga punya skill buat balap di jalanan. Makanya kalo nyali lo cetek, skill lo rendahan, ga usah sok-sokan bubarin Bragasdon balapan kemaren sama geng sebelah. Disuruh ganti posisi aja malah banyak bacot!" kelakar Farel sambil maju menunjuk wajah Dervin yang menatapnya datar.

"Santai, bro!" ujar Andre seraya mendorong Farel kembali duduk dengan sedikit kasar.

"Kenapa lo ga mau balap di sirkuit? Apa alasan lo selain milih jalan umum cuma karena pengen nunjukin skill? di sirkuit juga sama, kita adu skill." Dervin masih dalam emosi yang stabil, tak sedikitpun ia tersulut ingin membalas Farel dengan emosi juga.

Dilihat Farel tak bisa menjawab, Dervin kembali melanjutkan ucapannya.
"Ga ada modal ke sirkuit? kita yang nanggung. Lo cuma bawa diri lo doang, tinggal gas balap di sana. Selesai," ucap Dervin enteng.

"Coba kalau di jalan umum. Celaka, yang repot diri sendiri. Masih mending kalau ada yang nolongin ya selamat, kalau engga ya udah lo tamat di sana. Belum lagi kalau yang celaka oranglain, urusannya sama nyawa oranglain, polisi, ditambah harus tanggungjawab biaya rumah sakit," Dervin menjedanya sebentar, ia bangkit menekan sisi kepala Farel, "Pikirin yang panjang! jangan cuma otak lo dipakai mikir skill terus!" tandasnya dengan sekali tekanan mendorong sisi kepala Farel hingga sedikit terhuyung.

"Lo ngaku jago balap tapi minta balapan di jalan umum. Salah server, anjim! mana ada pembalap milih arena balap di jalan umum. Bego lo jangan diabisin sendiri, bro!" kini Andre ikut menimpli semakin membuat Farel bungkam.

"Kalau lo celaka, terus mati. Mati konyol, menang kaga malah mati. Coba pertimbangkan lagi! kita pilih sirkuit karena di sana aman, wearpack ada, lintasan udah pasti ga bisa diragukan lagi," tambah Dervin mencoba sedikit membenarkan jalan pikiran Farel.

No Leader! || ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن