Chapter 35

132 26 36
                                    

Selesai ia menyempatkan mengunjungi kediaman keluarga Radyatama lalu ia lanjutkan perjalanan menuju pemakaman untuk berziarah pertama kali pada ibunya yang telah meninggal 16 tahun yang lalu. Motor yang ia tunggangi berbelok menuju komplek pemakaman, begitu sampai di sana ia mematikan mesin motornya dan menurunkan standarnya.


Ia tak langsung turun dari motornya. Sejenak ia membaca papan bertuliskan 'pemakaman umum' itu, sebuah tarikan nafas pelan terdengar samar. Cowok itu masih terdiam mempersiapkan hati untuk melangkah ke sana. Ada gejolak sesak yang mulai merayap dan menekan dadanya.

"Bismillah," gumamnya dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat. Ia turun dari motornya sambil menenteng kantong kresek berisi bunga yang nantinya akan ditaburkan di permukaan tanah pekuburan ibunya, lalu ia melangkah memasuki area pemakaman luas itu.

Debaran jantungnya berdegup kencang seiring langkahnya menyusuri jalan kecil melewati setiap nisan. Ia berbelok ke arah kanan sedikit melangkah ke arah jam 2. Hingga ia sampai di dekat nisan itu, perlahan ia duduk jongkok seraya melepas helmnya. Diusapnya nisan bertuliskan:

'Eliana Fazira Aryani
binti Gifar
Lahir: 14 Februari 1988
Wafat: 18 Agustus 2004'

Tak bisa ia tahan lagi genangan cairan bening di kedua matanya. Ia masih tak percaya bahwa makam di dekatnya itu adalah rumah kedamaian ibu kandungnya.
"Assalamualaikum, M–mama." Ia menarik nafasnya lagi dengan berat, "Der–Dervin datang, Maa." Dervin membiarkan cairan bening itu mengalir di pipinya, dengan tangan bergetar merayap mencabuti rumput-rumput kecil yang tumbuh di permukaan tanah makam Eliana. Selesai mencabuti rumput liar itu, Dervin mulai membacakan surat Yasin dan doa-doa lainnya untuk mendoakan ibunya, diiringi dengan senggukkan tangis tertahannya.

Dervin mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajahnya yang sebelumnya ia tengadahkan sambil membaca doa-doa. Dervin menaburkan bunga yang ia bawa tadi ke makam ibunya.

Seperti obat penyembuh. Begitu ia selesai menaburkan bunga dan memanjatkan doa-doa, rasa sesak yang semula meremas dadanya perlahan hilang berganti ketenangan hati yang selama ini ia rindukan. Ingin rasanya ia memeluk tubuh wanita itu namun tak bisa ia lakukan terkecuali hanya lewat doa-doa yang menjadi penyembuh rindu pada ibunya.

"Maaf Dervin datang ga sama Dervan, Dervin janji nanti bakal ajak Dervan sama... Om— Ehm, Pa–pa Edgard ke sini," ujarnya sedikit kesulitan untuk melisankan nama Edgard. Ia mengecup nisan itu sejenak.

"Meskipun Dervin ga inget kenangan terakhir sama Mama, tapi Dervin yakin mama sayang banget sama Dervin dan Dervan. Mama wanita hebat dan luar biasa yang Dervin punya. Love you, Mom." Dervin perlahan bangkit berdiri membawa helmnya lalu meninggalkan area pemakaman itu.

Dervin akan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Edgard dan menerima semua masa lalunya. Nasihat dari Fitri akan selalu ia ingat. Mungkin Dervan memang sudah pasrah dan menerima Edgard dengan ikhlas, maka ia pun sama seharusnya bisa memaafkan semua kesalahan Edgard. Tapi, Dervin masih belum bisa menemui Edgard untuk waktu sekarang. Ia masih membutuhkan waktu meskipun ia sudah memaafkan semuanya.

Dervin kembali menaiki motornya setelah memasang helmnya. Suara mesin motor yang baru saja dinyalakan terdengar sedikit bising, lalu ia segera meninggalkan tempat itu. Besok, ia harus bersiap untuk menghadapi ujian kelulusan di sekolahnya.

═════  ࿇  ═════

"Aku cemburu dengan sibukmu itu, dan teman-temanmu yang selalu mendapat waktu bersamamu."
-Selvin

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now