Chapter 1

978 158 168
                                    

"Tumben lo kesini, mau ngapain?" tanya lelaki yang memiliki bentuk wajah dan fisik yang sama dengannya.

Dervin menutup pintu kamar dan menghampiri lelaki itu yang tengah merokok sambil bermain gitar di balkon.
"Ga boleh ya, Van?" Dervin ikut duduk di samping lelaki itu.

Lelaki itu mengedikkan kedua bahunya menanggapi acuh pertanyaan Dervin. "Terserah lo sih, 'kan gue cuma tanya doang. Tumben lo pulang ke sini. Gue kira lo udah ga inget punya rumah," kata lelaki itu dengan menarik sudut bibirnya sinis.

Kata-katanya begitu menusuk, namun itu sudah biasa bagi Dervin. Begitulah sikap kakak kembarnya.
"Kok lo gitu ngomongnya? Gini Dervan, gue ke sini niatnya cuma mau minta saran dari lo. Bukan niat lain-lain," balas Dervin menatap serius lelaki itu. Ada gurat luka di kedua mata Dervin dengan sikap kembarannya itu yang memang sedari dulu selalu menjauhinya, tak seperti anak kembar lain yang selalu kompak dan bersama-sama.

Dervan mematikan rokoknya dan meletakkan gitar di samping lainnya. Ia menoleh pada Dervin. "Apa?" tanyanya singkat.

"Minggu depan rencananya gue ikut touring ke Bogor. Nah, kebetulan helm gue mau gue jual terus nanti gue beli helm baru lagi. Menurut lo, yang bagus apaan?" jawab Dervin sekaligus bertanya penuh semangat.

"Lo gak tau selera sendiri?" tanya Dervan datar seolah menyindir bahwa Dervin tak mempunyai selera yang bagus.

Dervin tersenyum tipis memaklumi sikap kembarannya yang terkesan tak mengenakkan. "Emm, ya engga gitu. Helm apa pun yang lo punya keren-keren dan pasti cocok sama lo. Nah, makanya gue nanya sama lo. Menurut lo yang cocok buat gue yang mana?" balas Dervin menjelaskan detailnya. Pelan-pelan ia terus memadamkan gejolak perih dalam hatinya.

"Lo jauh-jauh kesini cuma nanyain itu doang? di chat whatsapp 'kan bisa," kata Dervan tertawa garing sambil beranjak ke dalam ruangan meninggalkan Dervin dengan deruan nafas yang mati-matian ia tahan emosinya.

"Dervan! Tinggal lo jawab apa susahnya? Dari tadi lo muter-muter pembicaraan, gak jelas!" tekan Dervin penuh kesal.

Dervan menghentikan langkahnya ketika sampai di ambang pintu ruangan tempat di mana koleksi helmnya berada, "Ya udah sini lo gak usah bacot di situ!" Dervan melanjutkan langkah memasuki ruangan itu.

"Lo yang bacot dari tadi," balas Dervin seraya beranjak menghampiri Dervan di ruangan kecil yang di sana tersimpan berbagai koleksi helm dengan berbagai merk dan corak yang menarik serta aksesoris helm lainnya.

"Lo gak usah beli, Vin. Pake aja terserah lo mau yang mana," ucap Dervan datar tanpa mengalihkan pandangan dari rak-rak yang terdapat koleksi helm kerennya. Dervan yang tak tertebak kini kembali bersahabat dari sikap dingin dan acuh sebelumnya.

"Gue seneng lo akhirnya ke sini, Vin. Waktunya juga tepat, lo bisa bebas ke sini kalau mama sama papa lagi gak di rumah," batin Dervan menyunggingkan senyum tipis seraya memperhatikan Dervin yang begitu antusias memilih helm yang ia punya.

"Helm lo makin banyak aja ya, Van. Udah kayak toko helm," gumam Dervin terkekeh pelan sambil menyusuri setiap helm yang terpajang dan terawat di atas rak.

Dervan mengabaikan gumaman kembarannya yang begitu antusias, ia mengambil salah satu helm yang menurutnya cocok untuk dipakai kembarannya. "Ini kayaknya cocok lo pake, Vin. Coba nih!" ujar Dervan sambil menyerahkan helm pada Dervin yang begitu berbinar menatap helmnya.

 Coba nih!" ujar Dervan sambil menyerahkan helm pada Dervin yang begitu berbinar menatap helmnya

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
No Leader! || ✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum