Chapter 21: Terrible Step Began

174 30 25
                                    

Daffa lebih dulu keluar dari kelas begitu bel pulang berbunyi, ia berniat untuk mengajak Diva mengobrol. Dery dan Dervin sengaja memberikan ia privasi untuk menyelesaikan masalahnya dengan syarat Daffa bisa mengendalikan emosinya.

"Tino, lo udah mendingan? yakin?" tanya Diva begitu keluar dari ruang UKS sambil memapah tubuh Tino menyusuri koridor sekolah yang tidak terlalu ramai.

"Gue gak apa-apa, lo ga perlu khawatir. Thanks, Diva," balas Tino tersenyum tipis.

"Yakin lo bisa ngendarain motor sendiri?" tanya Diva masih dengan raut khawatir.

Tino terkekeh kecil sambil mengacak rambut Diva dengan pelan, "Hey, yang ditonjok tuh cuma pipi gue. So, gue masih bisa ngendarain motor sendiri." jawabnya yang diangguki pelan oleh Diva.

"Lo pulang bareng gue, skuy,"

Diva tersenyum lalu mengangguk, "Boleh, ayo." sahutnya bersemangat dengan tangan Tino yang merangkul pundaknya melanjutkan langkah.

Baru beberapa langkah berbelok ke arah koridor lain, dari belakang seseorang menarik tas Diva hingga cewek itu tersentak membentur dada orang tersebut. Baru saja akan memaki, Diva bungkam ketika melihat siapa pelakunya. Daffa yang mendekap tubuh Diva dari belakang.

"Lo sengaja nyari ribut terus sama gua? gimana masalah mau kelar, hah?" tanya Daffa dengan kilatan tajamnya, tatapannya beralih pada Tino yang juga menatapnya penuh permusuhan, "Pergi lo, sebelum gue retakin tulang hidung lo!" ucapnya menyematkan ancaman yang tak main-main. Tino meninggalkan Daffa dan Diva, ia akan melakukan sesuatu nanti untuk keduanya.

Diva menatap takut pada sosok Daffa yang begitu berbeda, ia melihat siapa Daffa sebenarnya yang bertolak belakang dengan Daffa yang ia kenal sebelumnya. Cowok itu menatap datar pada Diva dan langsung menyeretnya melangkah menuju parkiran tanpa mengucapkan apapun, Diva sendiri sudah tau apa yang akan Daffa lakukan.

Begitu sampai di parkiran, Daffa memakai helm dan langsung menaiki motor CRF nya disusul Diva yang duduk di jok belakang. Ia ingin jujur pada Daffa namun nyalinya begitu kecil jika dihadapkan dengan Daffa yang membuatnya takut. Sejujurnya Diva mengaku telah melanggar atas apa yang pernah ia janjikan dengan Chain Rider dan Bragasdon, yang dikatakan Tino saat di UKS adalah peringatan awal untuknya.

"Daffa, jangan ngebut please," cicitnya sambil mengeratkan pegangan pada perut cowok itu.

"Gue lagi ngirit waktu, makanya ngebut. Sekali lagi lo protes, gue turunin pinggir jalan." sahut Daffa dengan sadisnya membuat Diva bungkam kembali.

Sesampainya di tempat yang tidak Diva kenali, laju motornya mulai berhenti dan menyuruh Diva turun namun cewek itu malah menggeleng keras dan semakin mengeratkan pelukannya, takut jika Daffa memang menurunkan dirinya di jalanan sepi yang tidak ia ketahui.

"Aku engga mau turun, aku kan udah nurut gak banyak protes lagi. Kenapa kamu beneran turunin aku di tempat sepi gini? jangan tinggalin aku, please." cerocos Diva yang membuat Daffa melongo tak mengerti sekaligus ingin tertawa. Memangnya ia akan setega itu meninggalkan kekasihnya di tempat sepi, oh no. Daffa sedikit luluh dengan tingkah Diva yang takut ia tinggalkan, ia mengelus punggung tangan cewek itu dengan lembut sambil tersenyum di balik helm.

"Gue gak akan tinggalin lo, gue cuma nyuruh lo turun. Motor gue mogok," balasnya sedikit terkekeh yang langsung membuat Diva salah tingkah, cewek itu langsung turun dari jok belakang. Ia telah salah mengira ternyata.

Daffa mencari sesuatu di tas punggungnya, ia menemukan topi hitam dengan tulisan Droven dan memakaikannya pada kepala Diva karena terik matahari sore itu cukup panas. Ya, itu topi resmi yang dimiliki setiap anggota yang bergabung di komunitas kecilnya.

No Leader! || ✔️Where stories live. Discover now